Aku keluar dari toilet dan segera menuju meja kerjaku.
5 menit lagi meetingnya akan mulai. Ajeng pun sudah siap membawa berkas laporannya dan mengajakku bersama menuju ke ruangan meeting.
Sesampainya di ruang meeting sudah beberapa staff menempati kursinya masing-masing, segera aku dan Ajeng duduk berdampingan.
Dan akhirnya Pak Mirza datang dengan seorang laki-laki. Semuanya terdiam dan mungkin di dalam hati juga bertanya-tanya, siapa laki-laki itu?
Begitupun aku, laki-laki yang tadi bertabrakan dengan ku ternyata yang bersama Pak Mirza.
Rasa malu yang masih aku rasakan pelan-pelan aku hilang kan. Sedikit demi sedikit aku menghela nafas, agar rasa malu dan grogiku hilang.
" Selamat pagi semuanya. " sapaan Pak Mirza seraya berjalan menuju kursi meetingnya.
Jawab kita semua yang di ada di ruang meeting kompak,
"Pagi pak."
Setelah semua duduk kembali akhirnya meeting di mulai dan laki-laki itu duduk di samping Pak Mirza yang artinya bersebelahan denganku juga.
Tapi aku berusaha profesional dan bersikap seakan tadi tidak terjadi apa-apa.
" Baik, semuanya saya kenal kan rekan kerja kita yang baru, nama nya Mas Satria, ke depannya yang akan membantu saya mengawasi bagian eksport import dan menjadi asisten saya karena saya juga harus sering keluar kota untuk fokus pembangunan cabang kantor kita yang baru, " jelas Pak Mirza membuka meeting hari ini.
Sambil saling melirik antara aku dan Ajeng senyum dan berkode dengan mata kita.
" Silahkan Mas Satria, perkenalkan diri anda ke teman-teman semua, " ucap Pak Mirza.
Dengan penuh percaya diri dan santai laki-laki itu segera memperkenalkan diri.
" Baik Pak. Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya Satria Wijaya Putra, usia saya 32 tahun. Terima kasih sudah memberikan saya kesempatan bergabung di perusahaan ini. Mohon kerjasama dan bimbingannya. "
Perkenalan yang singkat sudah selesai. Setelah itu kita membahas meeting laporan harian seperti biasa.
Masing-masing bagian mempresentasikan laporan secara bergantian. Dan meeting pun selesai.
Semua satu per satu meninggalkan ruangan meeting. Aku dan Ajeng berjalan bersamaan menuju meja kita masing-masing.
Sambil berbisik lirih si Ajeng berkata,
" Nja, ganteng dan gagah ya, gak keliatan umur 32 louch Pak Satria, coba Putri masuk pasti tambah heboh. "
Aku hanya tersenyum membalas ucapan Ajeng, karena ingat kejadian tadi pagi. Dan memang aku tidak cerita dengan Ajeng, nanti dia heboh.
Sesampainya di meja kerja, aku merapihkan berkas laporan dan menyimpan nya di tempat biasa.
Aku cek email lagi, barang kali ada konfirmasi dari customer.
Tak lama telepon di meja kerjaku berdering dan segera aku angkat.
" Halo, selamat pagi dengan Senja, ada yang bisa di bantu? "
" Pagi, Mbak Senja di tunggu di ruangan bapak sekarang. " sahut suara di balik telepon dan ternyata dari sekertaris Pak Mirza.
" Baik Mbak " jawabku singkat.
Setelah aku tutup telepon, segera aku menuju ruangan Pak Mirza.
Dengan santai aku berjalan dan setelah sampai pintu aku ketok dan masuk.
" Permisi pak, selamat pagi, " ucapku.
" Bagi Mbak, silahkan duduk, " jawab Pak Mirza santai.
Beberapa hal pekerjaan di tanyakan Pak Mirza. Alhamdulillah semuanya lancar dan tak ada masalah. Dan tak lama terdengar pintu terbuka.
" Permisi pak, " terdengar suara laki-laki masuk dan aku sedikit menengok.
Dan ternyata Pak Satria yang masuk. Haduh!! rasanya bingung dan malu.
" Silahkan duduk Mas, kita bahas job desk kerjaan Mas sama Mb Senja ya, Mbak Senja ini nanti yang akan membantu Mas di perusahaan ini, jadi kalau ada apa-apa bisa konfirmasi langsung sama Mbak Senja." Penjelasan Pak Mirza yang membuat hatiku semakin deg-deg kan.
Tak lama Pak Satria tiba-tiba menyodorkan tangan nya dan mengajakku berjabat tangan.
Dan langsung berkata,
" Saya Satria, mohon bantuan dan bimbingannya ya Mbak Senja. "
" Baik Pak semoga saya bisa membantu dan memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini, " jawab ku dengan senyuman yang sebenarnya malu.
Dan kita berbincang membahas bagaimana untuk persiapan cabang kantor baru, bagaimana nanti agar perusahaan kita tetap stabil.
Aku tidak sengaja melirik ke jam dinding dan waktu sudah menunjukkan pukul 11.55, yang artinya sebentar lagi jam makan siang.
Tetapi Pak Mirza masih asyik dengan perbincangan hangat menanyakan pengalaman kerja Pak Satria dan aku juga sedikit menceritakan tentang pengalaman di perusahaan ini.
Setelah karyawan satu persatu meninggalkan meja kerjanya, baru lah Pak Mirza menyadari bahwa sudah waktunya jam makan siang.
" Wah, asyik kita berdiskusi ternyata sudah waktunya istirahat jam makan siang, ayo kita makan siang bareng Mas Satria dan Mbak Senja, sekalian ngasih tahu Pak Satria daerah sekitar kantor. " tegas Pak Mirza sambil mengajak kita keluar makan siang bareng.
Dalam hati aku gak enak sama Ajeng, karena udah janjian makan siang bareng apalagi Putri juga masih cuti, selain itu juga malu karena di ajak bareng sama Pak Satria, yang artinya aku wanita sendirian nanti. Tapi, aku juga gak enak sama Pak Mirza jika menolak ajakannya.
Akhirnya kita makan siang bareng. Di kafe yang jaraknya 15 menit dari kantor.
Sesampainya di Kafe kita mencari tempat duduk, Pak Mirza memilih dibagian outdour lantai 2 karena dia suka dengan suasana terbuka, sekalian melihat Pemandangan kota Jakarta.
Kita duduk dan tak lama seorang waitress memberikan daftar menu. Kita masing-masing memilih makanan dan minuman.
Dan tak lama kita memesan dan ternyata pesanan aku dan Pak Satria sama.
Pak Mirza pun meledek,
" Wah selera kalian sama ternyata. "
Aku dan Pak Satria hanya tersenyum dan saling menatap.
" Mungkin kebetulan saja Pak. " Jelas ku yang malu.
Dan dalam hatiku bergumam,
" Kenapa aku jadi tambah grogi dan dedegkan ya, duduk di samping Pak Satria? Aku ini kenapa? padahal biasanya juga kalau sama teman laki-laki aku biasa saja, uuchhh. "
Aku pun meminta ijin untuk ke toilet, untuk menenangkan kan hatiku yang semakin degdegkan.
" Pak, maaf saya mau ke toilet sebentar, " ucapku ijin dengan Pak Mirza.
" Iya mb, jangan lama-lama keburu pesanannya datang ya, " balas Pak Mirza sambil melihat hpnya.
Akupun segera menuju ke toilet, di dalam toilet aku mencuci tangan ku dan sambil menghela nafas aku menenangkan hati dan fikiranku.
Kemudian aku keluar dari toliet, tak lama aku membuka pintu …..
'Craassshhh.. ahhhh.. duuhhhh… cuuupp'
Aku terjatuh, ada rasa dingin di bibirku seakan ada yang menempel dan aku pun perlahan membuka mata. Ternyata iya bibir ku sudah mendarat di bibir seorang laki-laki dan posisi badan ku di atasnya dia.
Aku terdiam sesaat, segera berdiri dan ternyata itu Pak Satria.
Aku hanya terdiam,bingung, dan entahlah gimana hati menjadi semakin kacau.
" Ciuman pertama ku, ya ampun kenapa seperti ini? kenapa karena kecelakaan? Kenapa gak sesuai dengan harapan? kenapa gak dengan cinta pertamaku? " hatiku semakin bergumam, ada rasa sesal tapi ini kan kecelakaan.
" Mbak, Mbak, Mbak Senja, nggak papa? " ucap Pak Satria sambil melambaikan tangannya tepat di depan mataku.
Aku pun tersadar dan segera aku menjawab dengan terbata-bata bercampur rasa malu.
" Nggakak papa Pak, maaf saya gak lihat bapak. "
Dan aku segera menuju ke meja, sedangkan dengan santai Pak Satria masuk ke toilet. Aku heran melihat Pak Satria yang santai seperti tidak terjadi apa-apa.
Sesampainya di meja aku hanya diam memikirkan kejadian tadi sambil mengusap pelan bibirku dengan
tangan kananku.
" Disini masih sama seperti dulu ya mb suasana nya enak " terdengar suara Pak Mirza yang membuyarkan lamunanku.
" Ehm, iya Pak, " balasku dengan tebata-bata.
Tak lama aku melihat Pak Satria menuju meja, rasa hatiku semakin gak karuan, degdegkan, dan malu.
" Apa yang harus aku lakukan??? Aku harus bersikap gimana??? Kenapa dia tenang sekali?? " gumam ku di dalam hati.
……
Bagaimana kelanjutan mereka? Penasaran kan? Tunggu episode berikutnya ya….
🍂 Happy Reading 🍂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Anita Jenius
Like yang banyak buat kakak
2020-09-25
0
Ilham Rasya
hadir thor💪💪😅
2020-09-17
0
🕯️
semangatt kak
salam dari dipaksa arus kehidupan 😁
2020-09-09
0