Aku dan Ajeng melihat Pak Satria yang perlahan dengan senyum nya berjalan mendekati meja kita.
Perasaan ku yang semakin degdegkan.
Ingin ku dia tidak gabung dengan kita, tapi tiba-tiba Ajeng melambaikan tangannya, dan melemparkan senyum ganjenya ke arah Pak Satria.
" Pak.… Pak... Sini gabung dengan kita, biar tambah seru dan akrab sama kita, hehehehe. "
Aku yang sedang menikmati es ku, tiba-tiba tersedak mendengar kata-kata Ajeng.
" Ehmm… uhuk.. uhuk.. gluk.. gluk.., maaf-maaf, " ungkap ku yang sebenernya grogi.
" Kenapa Nja? pelan-pelan sih minum nya, grogi ya, ada Pak Satria, hehehehhe, " kata Ajeng yang meledek.
" Iya, kenapa Mbak Senja? Nyampe tersedak gitu? nggakpapa kan? "kata Pak Satria yang membuat ku bingung harus jawab apa.
" Hehehhehee, es batunya sedikit nyangkut di tenggorokan, iya nggakpapa cuman sedikit bikin tenggorokan gatal, " aku berusaha menjawab dengan santai.
" Kok bapak tahu tempat ini? Kan bapak baru disini? " tanya Ajeng ke Pak Satria.
" Iya, saya di kasih tahu Pak Mirza dan juga searching disini katanya tempatnya enak, makanan dan minuman nya juga enak, terjangkau pula. Tadinya saya pengen take away, tapi karena melihat kalian ya gabung saja, gak papa kan? " jelas Pak Satria.
Ajeng langsung menjawab dengan semangat,
" Iya boleh Pak. Benar kata Pak Mirza, Aku sama Senja juga suka nongkrong disini dan ada teman satu lagi Putri tapi dia cuti hari ini."
Tak lama Pak Satria memanggil pelayan kafe dan segera memesan makanan dan minuman.
Aku yg sedang chat dengan Sera untuk memberi tahu bahwa aku pulang telat, hanya melirik Pak Satria yang memang terlihat ganteng, kalem, dan dewasa.
Ajeng begitu memperhatikan Pak Satria, ya begitu lah dia emang ganjen, tapi masih wajar sesuai batasan.
" Ciek.. ciek, Pak Satria pesanannya sama persis kayak Senja. Jangan-jangan kalian jodoh, hehehehehehe. "
Ungkapan Ajeng yang membuat aku dan Pak Satria kebingungan.
" Masa sih? aaahh!! kebetulan saja kali Jeng, kamu bisa ajah, hehehehe. Ehm, maaf ya Pak, Ajeng emang sukanya gitu, heboh sendiri, " jawab ku dengan senyuman malu.
" Ohw.. gitu ya, mungkin memang kebetulan saja Mbak Ajeng. " jawab Pak Satria santai.
Rasanya aku butuh menata perasaan ku yang semakin berdebar, kacau, dan bingung.
Aku pun berpamitan sebentar ke toilet untuk sedikit menarik nafas.
"Ehm…. Aku mau ke toilet dulu ya. "
" Iya jangan lama-lama, sebentar lagi Ilyas jemput aku soalnya, " jawab Ajeng.
Aku melihat Pak Satria yang tersenyum kepadaku.
Aku pun segera berjalan sedikit cepat ke toliet. Aku sempatkan melirik ke arah Ajeng dan Pak Satria yang terlihat asyik ngobrol.
Sesampainya di toilet aku mencuci muka ku,
dan berguman terus dalam hati sambil berkaca. Untung toilet nya sepi hanya ada aku.
Aku yang tak biasa merasakan grogi dengan laki-laki, kenapa dengan Pak Satria beda. Ah mungkin hanya aku saja yang GR.
Aku pun bergegas menuju ke meja, bergabung lagi dengan Ajeng dan Pak Satria.
Aku tidak melihat Pak Satria, mungkin dia sudah pulang. Ah semoga saja begitu.
" Pak Satria udah pulang ya Jeng? " tanyaku.
" Lagi ke toilet barusan, ehm tahu gak, dia itu single, jomblo kayak kamu, ciek... ciek " ledek Ajeng.
" Terus kenapa kalau dia jomblo, kan bukan urusan kita, mungkin pilihan dia ingin sendiri dulu. Kayak aku.. wekk...." tegasku.
Semoga Pak Satria tidak menceritakan kejadian tadi pagi dan siang sama Ajeng.
Kalau sampai dia keceplosan mau taruh dimana muka ku?
" Ya.. barang kali kalian jodoh, mau sampai kapan kamu jomblo terus. Umur udah kepala 3 juga, " ungkap Ajeng yang sedikit kesal.
Karena selama ini ketika di dekati laki-laki atau di jodoh-jodoh kan aku tidak pernah merespon.
Pasrah kan saja sama Yang Maha Kuasa, jodoh itu sudah di atur olehNya.
" Ya.. Rejeki, jodoh, dan maut kan udah di atur oleh Allah Yang Maha Esa. Sabar nanti juga aku ketemu sama jodoh ku ," jawab ku yang tenang.
" Eh.. eh… tadi aku tanya-tanya, ternyata Pak Satria tinggal di Jl. Angsana, itu berarti dekat sama kos an mu. " jelas Ajeng menceritakan hasil obrolannya dengan Pak Satria.
" Ohw gitu, trus hubungan nya apa sama kita? Terutama buat aku? " jawab ku datar.
Karena aku orangnya memang tidak terlalu memikirkan hal-hal yang menurut ku kurang bahkan tidak penting. Lagian apa untungnya aku dengan kehidupan orang lain, mungkin hidup ku juga belum benar. Itu prinsip hidupku.
" Ich!!! kamu gimana sih Nja, kan berarti dekat sama kos an mu, nanti kalau Ilyas sudah jemput aku, kamu pulang sama Pak Satria saja. " Dengan mudahnya Ajeng berkata seperti itu.
Aku bingung dan akhirnya menjawab,
" Ohw iya ya.. dekat sama kos an ku, ah gak usah aku nanti naik grab ajah biasa. "
Begitu ceplas ceplos nya Ajeng mengatakan hal itu, hal sepele yang menambah tidak karuan nya perasaan hari ini.
Pak Satria sudah keluar dari toilet dan perlahan menuju ke meja kita.
Dia pun berbincang sedikit tentang pengalaman kerja sebelum bergabung dengan perusahaan tempat ku bekerja.
Aku dan Ajeng mendengar kan dengan seksama dengan perlahan menghabiskan makanan dan minuman yang masih tersisa.
" Sayang… hai… " tiba-tiba Ilyas nongol di depan kita.
Ajeng kaget dan kegirangan pacarnya sudah menjemput.
" Hai juga sayang ku, uhm… lama banget sih aku tunggu dari tadi kenapa baru sampai? "
" Iya… biasa sayang macet .. tahu sendiri Jakarta, tengah malam aja macet apalagi sore jam pulang kerja, " jawab Ilyas sambil sedikit ngos-ngosan.
Aku dan Pak Satria hanya diam dan tersenyum melihat mereka berdua.
Ajeng pun memaklumi hal itu dan dia memperkenalkan Pak Satria kepada Ilyas.
Mereka berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri. Hanya sebentar Ilyas di Kafe tanpa memesan apapun dan langsung mengajak Ajeng pulang.
" Ya udah Pak Satria dan Senja, kita pulang duluan ya, sudah mau maghrib soalnya, " ucap Ilyas
" Ya kita duluan ya,Senja yang cantik, Pak Satria ( sambil Ajeng senyum meledek ) juga. Oh ya kalau gak keberatan Pak Satria anterin Senja aja, kan pulang nya searah, hehehehe. " Timpa Ajeng kepada ku dan Pak Satria.
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku lebih baik naik ojek online dari pada pulang bareng Pak Satria.
Ajeng dan Ilyas bergandengan pergi meninggalkan kita, aku melihat Ajeng tiba-tiba membalik badan dan mengedipkan satu matanya. Apa maksudnya dia coba, gak ngerti perasaanku yang lagi bingung.
Semoga Pak Satria tidak bisa mengantarkan pulang, semoga, dan semoga.
Aku dan Pak Satria duduk berhadapan, dia hanya diam sesekali tersenyum kepadaku sambil menghabiskan minuman nya.
Aku sedikit melihat keluar kafe, melihat langit senja yang indah, tenang dan syahdu.
" Mb, kita pulang bareng saja kan searah, aku bawa helm satu lagi kok di jok motor, " ucap Pak Satria yang mambuat ku kaget.
" Nggak usah Pak, saya nanti seperti biasa saja naik grab atau ojek online yang lain, saya gak mau ngerepotin bapak. " Jawab ku yang kaget mendengar ajakan Pak Satria.
"Nggakpapa Mbak, itung-itung permintaan maaf ku sama mbak tentang kejadian tadi siang lagian sudah hampir maghrib nanti biar gak kelamaan nunggu abang ojek nya, " dengan sedikit malu Pak Satria mengatakan itu.
Akupun sejenak terdiam, antara iya atau tidak.
Sebenarnya selain kejadian tadi siang aku pun berfikir gak mau merepotkan Pak Satria. Walaupun kita searah, kita baru kan kenal.
Tapi aku ingat pesan ibuku, tidak baik menolak pertolongan dari orang lain, apalagi aku lihat Pak Satria ikhlas ingin mengantar ku pulang.
" Mbak Senja, mbak gimana yuk kita pulang bareng gak ngerepotin kok, apa mbak takut sama saya? " Pak Satria membuyarkan lamunanku.
Aku pun tersadar.
" Ehm, iya Pak. Baik saya ikut bareng bapak, jika tidak merepotkan bapak. "
Kita pun meninggalkan kafe dan menuju ke tempat parkir motor…..
🍂 Happy reading…
Di tunggu episode selanjutnya pasti lebih seru.,
Jangan lupa vote, like and comment ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Aisy Hilyah
halo halo aku datang lagi lanjut baca lagi semangat
2020-09-23
0
Ilham Rasya
jejak
2020-09-17
0
Mia Poei
Hai kak, semangat selalu ya
2020-09-09
0