Farah baru saja keluar dari unit apartemennya , dengan menaiki mobil yang telah disediakan Mario. Farah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju kediaman Reynald Abiyasa.
Farah memarkirkan mobilnya di depan pos penjaga. Wanita itu melangkah masuk kedalam rumah, yang pernah dia tinggali. Rumah itu tampak sepi.
"Nyonya Farah?" Bi Surti tampak kaget dengan kehadiran Nyonya Farah di rumah itu dengan tiba-tiba, setelah sekian lama pergi meninggalkan Rain dan Ayahnya.
"Rain, sudah pulang dari sekolah, Bi?"tanya Farah, sambil memainkan ponselnya, dari dalam tas branded nya.
"Rain, belum pulang Surti?" tanya Farah.
"Belum nyonya, sebentar lagi den Rain pasti pulang, silahkan duduk dulu, saya ambilkan minum, Nyonya," Surti menunduk hormat.
Farah hanya mengangguk,
"Baiklah aku akan menunggu!" kata Farah. Merasa bosan Farah berjalan-jalan di sekitar rumah. Hatinya tergerak untuk masuk kedalam kamar Rain. Semua masih sama seperti yang dulu! tidak ada yang berubah di rumah itu. Sebuah potret diatas nakas menarik perhatian Farah. Sebuah foto dengan bingkai hati, dimana Rain sedang berpelukan dengan seorang gadis.
"Mmh, kamu sudah besar sekarang, Rain, sudah punya pacar juga, cantik juga!" Farah tersenyum memandang potret itu, sebuah caption bertuliskan Ava in the Rain, tergores di sudut kiri foto itu.
"Sedang apa Mama disini?" suara ketus Rain mengagetkan Farah yang sedang berdiri mematung.
"Hai Rain, baru pulang, nak?" Farah mendekati putranya itu dan berusaha memeluknya, namun Rain menepis tangan wanita itu. Farah tampak kecewa.
"Rain, ada apa dengan mu, nak?" Suara Farah terdengar lemah.
"Untuk apa Mama kembali lagi lagi ke mari, kami tidak butuh mama, aku dan Papa sudah biasa hidup tanpa kehadiran Mama," seru Rain emosi.
"Rain, mama mau mengajakmu ke Amerika, Mama sudah menyiapkan semuanya untukmu disana, masa depanmu, kamu akan ikut mama sekarang, sudah cukup kamu tinggal bersama Papamu," ujar bujuk Mama Farah. Cowok itu mengetatkan rahangnya.
"Aku tidak akan pergi Mama, tempatku disini! Bukankah dulu, Mami yang meninggalkan kami!" Rain menarik nafasnya yang terasa berat.
"Rain, Mama pergi, juga karena Papamu yang berselingkuh dari Mama, kamu harus percaya sama Mama, Rain" Wajah Farah mulai terlihat mendung.matanya berkaca-kaca.
"Aku bukan anak kecil lagi, Mama, aku tahu siapa yang benar dan siapa yang salah, jadi mama tidak perlu menyalahkan Papa atas apa yang telah terjadi pada keluarga kita!" Rain mengusap lehernya yang terasa kaku.
"Rain, percaya Mami, nak! Wanita itu mulai menangis,
"Sorry Mama, aku tidak akan luluh dengan air mata mama, sekarang tolong tinggalkan rumah ini!" ucap Rain datar.
"Rain, kamu mengusir Mama?" Farah tidak percaya, jika Rain akan menolaknya dengan cara seperti itu. Sebelumnya Farah berpikir, Rain adalah anak yang baik dan penurut, yang akan luruh melihat ibunya menangis. Tapi kenyataannya, membuat Farah syok.
"Maaf sekali lagi, Mama! Kami bisa hidup berdua tanpa kehadiran Mama!" Rain segera berlalu dari hadapan Farah dan keluar dari rumah itu.
Farah menarik nafas panjang, harinya terluka dengan penolakan Rain. Farah keluar dari kamar putranya itu. Dan terduduk diatas tangga. Rain sudah pergi dengan mobilnya, entah kemana.
Rain memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, tujuannya hanya satu, rumah kediaman Ava. Ava baru saja selesai mandi, saat seseorang mengetuk pintu rumahnya dengan terburu-buru. Ava segera membukakan pintu.
"Rain!" Ava kaget saat cowok itu memeluknya erat, sambil menangis sedih.
"Ada apa, Rain? Kenapa kayak gini, terjadi sesuatu sama Om Reynald?" tanya Ava menduga-duga. Rain menggeleng, Ava mengajaknya duduk di sofa. Baru kali ini Ava melihat cowok yang mendapat julukan bad boy itu menangis. Rain tampak lemah.
"Cerita dong! Ada apa, kenapa nangis kayak gini?" tanya Ava lagi, begitu Rain mulai tenang.
"Mama Farah dirumah, aku bertengkar dengannya," jawab Rain jujur
"Terus kenapa harus kabur?" tanya Ava lagi.
"Aku marah Ava, aku membencinya, tiba-tiba dia datang dan akan mengajakku ke Amerika, tentu saja aku tidak mau. Aku akan tetap disini, bersamamu, bersama Papa!"
"Rain, walau bagaimana pun, Mama Farah adalah Mamamu, wanita yang telah melahirkan mu, seburuk apa pun dia, dia tetap ibumu!" nasehat Ava.
"Aku tau itu, tapi aku belum bisa menerima kehadirannya, Ava!" Ava mengusap punggung cowok itu lembut.
"Kamu sudah makan, Sayang?" tanya Ava kemudian.
"Belum, aku tidak lapar," Rain mengusap wajahnya dengan tangan, Ava memberikan tisu kering untuknya.
"Kalau begitu, kita jalan-jalan keluar yuk, biar sedihmu hilang!" ajak Ava menarik Rain untuk berdiri.
"Kemana?" tanya Rain menatap kekasihnya itu dengan wajah yang mulai cerah.
"Kemana saja! Kamu kan paling tahu, tempat-tempat yang bagus untuk kita datangi," ujar Ava tersenyum manis.
"Oke, baiklah!" Rain menurut, matanya tampak berbinar, tidak salah dia memilih Ava menjadi kekasihnya, Gadis itu mampu membuat seorang Rain merasa nyaman. Dan Bad Boy itu, sangat bucin sekarang.
"Kita mampir di restoran dulu ya, Sayang!" Rain memutar mobilnya memasuki area restoran ala Korea yang sedang di gemari anak-anak muda.
"Kok kesini, memangnya suka sama makanan Korea?" tanya Ava, saat Rain menariknya untuk masuk ke dalam restoran.
"Ava....! Rain...!" panggil seseorang yang sangat Ava kenal suaranya. Mereka menoleh ke sumber suara lembut itu.
"Mami! Mami ada disini!" Ava mendekat ke arah meja tempat Sang Mami duduk.
"Ayo duduk! Mau pesan apa? pesan saja!" kata Mami Lidia.
"Mami sendirian?" tanya Ava.
"Tidak, bersama Bos nya Mami, kami diundang oleh yang punya Restoran untuk sebuah kerja sama bisnis, " jawab Mami Lidia .
"Trus, Papa mana, Tan?" tanya Rain yang mengerti maksud Mami Lidia, bahwa Bos nya adalah Papa Reynald
"Sedang ke kamar mandi, ayo makan dulu, sebentar lagi pertemuan akan dimulai," Mami Lidia memberikan piring untuk Ava dan Rain.
"Lho, Rain! Kamu belum pulang! belum ganti baju juga," Papa Reynald tak lama datang dan duduk di sebelah putranya.
"Ada mama Farah di rumah, Pa! Aku bertengkar dengannya," jawab Rain jujur. Reynald menatap Lidia yang kebetulan juga sedang memandang kearahnya.
"Mamamu bilang apa?"tanya Reynald penasaran.
"Dia memaksaku untuk ikut dengannya ke Amerika, tentu saja aku menolak Papa, aku tidak akan meninggalkan kalian semua disini!" kata Rain.
"Ya udah, kita makan saja dulu, nanti kita bicara lagi!" ujar Papa Reynald.
Kemudian mereka menikmati makan siang dengan tenang. Tanpa mereka ketahui, seseorang menatap kebersamaan mereka dengan iri.
"Rain, nanti kita bicara dirumah saja ya nak, Papa akan mengadakan pertemuan dengan Mr. Kim di ruangannya, mereka sudah menunggu!" kata Reynald, saat seorang karyawan restoran menjemputnya di meja.
"Ya Pa!" jawab Rain santai.
"Rain, Ava, Mami tinggal dulu ya!" Mami Lidia kemudian berlalu mengikuti Reynald keruangan Mr. Kim, pemilik restoran itu.
Rain dan Ava menggangguk serentak.
"Kita kemana lagi Rain?" tanya Ava, menatap wajah tampan itu dengan tatapan mesra. Rain tersenyum, dia sedang memikirkan suatu tempat yang akan membuatnya merasa tenang.
"Ayo ikut!" Rain menarik tangan Ava, keluar dari Restoran dan segera masuk ke dalam mobil.
"Kemana dulu?" tanya Ava penasaran.
"Kita ke pantai?' Jawab Rain kali ini, memberitahukan tujuannya, biasanya Rain hanya menyuruh Ava untuk diam dan mengikuti kemana pun mobilnya melaju.
Ava tersenyum manis, dia sangat menyukai pantai, berlarian dan bermain pasir adalah kesukaannya. Rain sejenak melupakan kegalauan hatinya, saat berada di pantai.
"Rain, bermain ombak yuk!" Ajak Ava menarik Rain ke bibir pantai. Rain tidak menjawab, namun dia mengikuti Ava dari belakang. Berpegangan tangan sambil berlarian, berkejar-kejaran dengan ombak yang besar. Keduanya tertawa lepas dan bahagia. Tak peduli jika pakaian mereka telah basah oleh air laut.
"I LOVE YOU, AVA!" teriak Rain membentangkan kedua tangannya, kearah laut lepas. Ava pun melakukan hal yang sama, "I LOVE YOU, MORE, RAIN!" balas Ava dan memeluk cowok tampan itu hangat.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Sebenarnya siapa yg selingkuh? Rey bilang Fara yg selingkuh..Lha ini?
2024-10-15
0