KEPULANGAN MAMA FARAH

Ava membawa Rain ke klinik tempat langganan Mami Lidia, karena gadis itu mengkhawatirkan keadaan Rain yang tidak baik-baik saja.

"Ava, ada apa sayang? Siapa yang sakit?" tanya dokter Amira, sahabatnya Mami Lidia.

"Teman saya, Tante! kami habis bermain rollercoaster di Dufan. Rain pusing dan muntah-muntah, aku mencemaskannya!" keluh Ava. Gadis itu memapah Rain untuk berbaring di ranjang pemeriksaan di klinik.

"Tidak usah khawatir Ava, istirahat saja dulu yang cukup, 1 atau 2 jam lagi, Rain bisa pulih kembali, Tante akan memberinya obat mengatasi mual, Antasida bisa meredakan mual, setelah itu Rain bisa makan sedikit-sedikit," terang dokter Amira.

"Terimakasih Tante Amira! kalau begitu saya pamit dulu, biar Rain istirahat di rumah saja!" kata Ava sambil kembali membawa Rain ke mobil dan mengantarnya pulang.

 

"Mami....!" teriak Laura begitu sampai di rumah nya. Gadis berwajah manis itu berteriak memanggil Sang Mami dari ruang tamu, sambil menghempaskan tubuhnya di sofa dan melempar tas sekolahnya ke sembarang arah.

"Laura, ada apa sayang? datang-datang kok teriak-teriak nggak jelas!" Mami Helen datang dari arah dapur.

"Aku kesal Mami!" rengek Laura manja.

"Kesal kenapa? Ngomongnya yang jelas,"

Mami Helen memandang wajah putrinya dengan kesal.

"Rain, Mami, dia pacaran sama temanku Ava, padahal Ava tau, aku sangat mencintai Rain!" Ujar Laura merengek manja.

"Hah, mami kirain apa? Laura, belajar dulu yang rajin, jangan mikirin cinta-cintaan!" ujar Mami Helen.

"Tapi, Rain itu tampan Mami, tidak ada yang boleh memiliki Rain selain aku!" ucap Laura egois.

"Rain yang suka bikin onar disekolah itu? ngapain suka sama dia Laura, kayak nggak ada cowok yang lain saja!" gerutu sang mami.

"Mami, Rain itu kaya dan tampan, Mami! Dia anaknya Om Reynald, bos tempat Papi bekerja," kata Laura lagi.

"Lalu Ava itu siapa?" tanya Mami Helen lagi.

"Dia anak baru di kelas aku Mi, di pindahan dari Amerika, dia itu tomboy, nggak cantik kayak aku Mi, tapi Rain menyukainya."

"Oh...ya sudah, nanti Mami bicara sama Papi!" kata Mami Helen menenangkan putrinya yang manja itu.

"Benar ya, Mi! awas kalau mami bohong?Aku ingin Rain, mami! Rain harus menjadi milikku!" ancam Laura.

Mami Helen menarik nafas panjang, putri satu-satunya itu, memang mempunyai adat yang buruk, suka memaksakan kehendak, jika tidak dituruti, Laura akan marah-marah sepanjang hari, bahkan nekad melakukan hal-hal yang diluar nalar.

Mami Helen, mencoba mencari kontak orang tua Rain di buku agenda suaminya. Dia ingat sesuatu, Farah! Ya, Farah adalah sahabat Helen waktu mereka masih kuliah dulu, tapi dia tidak begitu mengenal Reynald.

"Halo, selamat siang, apakah ini dengan Bu Farah, orang tuanya Rain?" tanya Mami Helen, saat kontak mereka terhubung.

"Ya, saya Farah, ini siapa ya?" tanya seseorang diujung talian nya.

"Farah, ini aku Helen!"

"Oh ya, Helen...! Ada apa ya?" tanya Farah.

"Farah, kamu dimana sekarang, aku hanya ingin bertemu, kebetulan, anakku Laura dan Rain putramu menjalin hubungan!" kata Helen sedikit berbohong.

"Oh ya! Aku sekarang masih di Amerika, Helen! Mungkin lusa aku pulang, nanti kita ketemuan di Jakarta ya!" jawab Farah.

"Baiklah, Terimakasih Farah!" Helen menutup teleponnya dengan senyum sumringah.

Ava masih menemani Rain di rumahnya. Sepertinya, Rain sengaja membuat Ava menunggu lebih lama,

"Rain, maafin ya! Aku menyesal memaksamu menaiki wahana itu!" Ava tampak menyalahkan dirinya sendiri. Rain tidak bergeming.

"Rain, jawab aku dong!" Wajah Ava berubah muram, air matanya hampir tumpah, karena khawatir.

Rain membuka sebelah matanya, mengintip Ava yang sedang menghapus air matanya, dia tersenyum jahil.

"Va, peluk aku! Aku kedinginan!" suara Rain lirih.

Ava menoleh, Ava langsung memeluk cowok itu dengan kepala bersandar di dada Rain.

"Ava, jangan pergi! jangan tinggalkan aku sendirian,"

"Aku akan menemanimu disini, sampai sembuh!" Ava menatap Rain sendu.

"Va, cium aku, bibirku gemetar sekali!" Ava menatap Rain curiga, dia tidak habis pikir dengan permintaan Rain yang satu itu.

"Rain, kamu ngerjain aku ya!" Ava melepaskan pelukannya, Rain tampak tertawa lepas. Ava memasang wajah datar. Spontan Ava memukul dada Rain dengan keras. Cowok itu mengaduh.

"Rain,....ih, nyebelin!" Ava mendekap kedua tangannya di dada.

Rain bangkit dari ranjang dan memeluk gadis itu erat.

"Sayang, jangan ngambek dong!"

"Rain, kamu bikin aku khawatir, tau nggak?" Ava menyandarkan wajahnya di dada Rain. mengusap air matanya yang berkaca-kaca.

"Rain...kamu nggak apa-apa?" tanya Papa Reynald yang datang bersama Mami Lidia.

"Lho, papa tau dari mana aku sakit?" tanya Rai, saat Papanya pulang cepat sore itu.

"Ava menelpon Mami Lidia, Papa khawatir kamu kenapa-kenapa, jadi papa cepat pulang?" jawab Papa Reynald. Rain mengangguk, dia senang papanya mulai perhatian padanya.

"Rain membohongi Aku om, dia pura-pura sakit!" Ava tampak cemberut.

"Kamu ini, Rain, Ava menelpon Maminya sampai panik lho!"

"Aku sudah sudah meminta maaf, Pa! tapi Ava tidak mau memaafkan ku," sesal Rain.

"Ya sudah, sekarang kita makan bersama yuk!" Ajak Papa Rain.

"Kita makan dimana Pa?" tanya Rain.

"Di Restoran tempat biasa kita makan! Ayo Va, Mami Lidia juga ikut?" ujar Reynald.

"Ayo!" Ajak Rain merangkul pundak Ava dan mengajaknya keluar mengikuti Mami Lidia dan papa Reynald yang sudah berjalan lebih dulu.

*****

 Seorang wanita cantik bertubuh ramping, berjalan perlahan menuruni anak tangga pesawat, dengan menggunakan kaca mata hitam besarnya, Wanita itu berjalan anggun menuju pintu kedatangan Bandara Soekarno Hatta. Seseorang telah menunggunya di parkiran.

"Selamat datang kembali di Jakarta, Sayang!" seorang pria menyambutnya dengan hangat.

"Hai, Mario, apa kabar?" wanita itu cipika-cipiki dengan pria kemayu itu.

"Kabar baik, Farah! kita kemana nih, ke hotel atau ke Apartemenku?" tanya pria bernama Mario.

"Aku pulang ke Apartemenku saja, Mario!" kata Farah tersenyum ramah.

"Oke, sayang!" Pria membukakan pintu untuk sang wanita cantik itu.

Ya, wanita cantik itu adalah Farah Abiyasa, dia adalah Ibu dari Nicholas Rain Abiyasa. Wanita berusia 40 tahun itu, masih tampak segar diusianya yang tidak lagi muda.

"Kamu sudah memberitahu Rain, kalau kamu pulang hari ini, Farah?" tanya pria itu.

"Belum Mario, aku akan datang ke rumah Reynald besok, hari ini aku lelah sekali, aku ingin beristirahat dulu di apartemenku." ujar Farah pada Mario. Mario adalah Asisten Farah saat dia masih aktif menjadi pengacara. laki-laki gemulai itu, adalah satu-satunya orang yang mengetahui semua tentang rumah tangga Farah dan Reynald. Hingga pada akhirnya mereka berpisah, saat Rain masih berusia 10 tahun.

"Berapa lama kamu berada di Jakarta, Farah?" tanya Mario lagi.

"Tergantung, Mario! Aku akan mengajak Rain, untuk ikut bersamaku ke Amerika, aku dengar hubungan Rain dengan ayahnya tidak begitu baik, ini kesempatan untukku mengajak Rain, tinggal bersamaku!" jawab Farah percaya diri.

"Aku tidak yakin, Farah! soalnya di hari ulang tahun Rain yang ke- 18 kemaren, Reynald memberikan sebuah mobil sport untuk Rain sebagai hadiah. Mereka tampak akrab," sanggah Mario.

"Kita lihat saja nanti!" jawab Farah, sambil melepaskan kaca mata hitamnya. Farah sudah merencanakan masa depan Rain di Amerika, termasuk memilihkan tempat kuliah terbaik di sana.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!