Rain dan Ava duduk di kursi tamu di ruang kepala Sekolah. Keduanya saling diam dan duduk berjauhan dan bertolak punggung. Ava duduk dengan gelisah, sementara Rain tampak santai, sambil memainkan ponselnya.
"Dasar monyet, masih aja sempat main game!" gerutu Ava didalam hati.
"Lo ngatain gue monyet?" Rain membulatkan matanya.
"Kok dia bisa dengar ya, gue kan ngomongnya dalam hati?" batin Ava. Tapi dia tidak menjawab omelan Rain.
Rain menatap Ava sekilas, kemudian melanjutkan lagi permainannya.
"Selamat siang!" seorang wanita cantik masuk kedalam ruangan Kepala Sekolah dengan pakaian kerjanya yang tampak rapi dan elegan, rambutnya disanggul dengan anggun.
"Silahkan duduk, Bu Lidia! Terimakasih sudah mau datang memenuhi undangan kami!" sambut Kepala Sekolah dengan ramah.
"Terimakasih, Pak Hasan!" ujar Mami Lidia sambil duduk disamping Ava.
Ava menundukkan wajahnya, saat Mami Lidia menatapnya horor.
"Kamu berantem lagi, Va?" tanya Sang Mami lembut namun tajam.
"Dia yang mulai, Mi!" adu Ava.
Rain hanya tersenyum miring, tanpa memindahkan tatapannya dari ponsel ditangan nya.
"Rain, simpan ponselmu!" perintah Bu Suci.
Rain patuh, dia segera menyimpan ponsel itu dikantong celananya. Kemudian dia duduk dengan santai sambil bersandar di punggung kursi. Sebelah kakinya terangkat keatas.
Tak lama, Rain dikagetkan dengan kedatangan Papa Reynald ke dalam ruangan kepala Sekolah. Wajahnya tampak emosi. Rain buru-buru menurunkan sebelah kakinya.
"Tumben, Papa mau datang," Rain membatin.
"Silahkan duduk, Pak Reynald! kebetulan Maminya Ava juga sudah datang!" ujar kepala Sekolah sambil ikut duduk bersama yang lainnya.
Papa Reynald menatap kearah Mami Ava, wajahnya tiba-tiba berubah cerah.
"Lidia.....!" Seru Papa Reynald sambil menyalami Mami Ava dengan hangat.
"Hei, Reynald! Apa kabar?" Mami Lidia tampak tersenyum lebar.
"Hah,ngapain papa senyum-senyum nggak jelas gitu, ganjen amat," batin Rain.
"Nah, karena semuanya sudah hadir, mari kita bicarakan. Ava, coba jelaskan apa yang terjadi!"kata Kepala Sekolah, yang bernama Bapak Hasan Ashari.
Ava pun menceritakan kronologi, awal dia mulai masuk kelas sampai perkelahiannya barusan dengan Rain.
"Benar begitu, Rain?" tanya kepala Sekolah.
"Ya, Pak!" jawab Rain singkat.
"Setelah mendengar keterangan Ava dan juga Rain, saya putuskan kalian berdua di skors selama satu Minggu," tegas kepala sekolah.
Ava dan Rain hanya diam, tidak membantah, begitupun kedua orang tua mereka. Kali ini, Reynald selalu pemilik sekolah pun tidak membela anaknya, sebagaimana biasanya.
"Nah, kalian berdua silahkan kembali ke kelas! Saya mau bicara dengan orang tua kalian," kata Kepala Sekolah.
Rain dan Ava dengan patuh keluar dari ruangan kepala sekolah. Mereka berjalan beriringan karena mereka menuju kelas yang sama. Di sepanjang koridor kelas, anak-anak yang mendukung Ava memberi acungan jempol untuk Ava. Ava hanya menyunggingkan sedikit sudut bibirnya.
Sementara itu, di ruangan Kepala Sekolah , Mami Lidia dan Papa Reynald baru saja selesai membicarakan tentang putra putri mereka. Keduanya keluar dari ruangan kepala sekolah dengan berjalan bersisian menuju parkiran.
"Lidia, kamu pulang naik apa?" tanya Reynald, saat tiba di parkiran.
"Aku naik taksi online, Rey," jawab Mami Lidia
"Kalau begitu, ayo naik! biar aku antar pulang!" tawar Reynald.
"Nggak ngerepotin nih !" tanya Mami Ava berbasa-basi.
"Buat kamu mah, aku tidak merasa direpotkan," Lidia tersenyum, kemudian masuk kedalam mobil mewah Ayahnya Rain.
"Kamu tidak banyak berubah, Lid." ungkap Reynald menatap wajah Lidia yang masih cantik, seperti saat mereka masih sekolah di SMA.
"Masa sih, Rey! Aku udah tua kali!" Lidia merendah.
"Ayahnya Ava, bule ya Lid? Anakmu cantik!" puji Reynald.
"Iya, ayahnya Ava orang Amerika, tapi kami sudah berpisah," jawab Lidia santai.
"Oh, sama dong Lid, aku juga sudah bercerai dengan ibunya Rain, setahun yang lalu. Farah meninggalkan aku dan Rain, karena tergoda dengan seorang pria yang menjadi kliennya. Saat itu Farah masih aktif menjadi pengacara," curhat Reynald pada Lidia.
Reynald dan Lidia, adalah sepasang kekasih, saat mereka masih SMA, namun hubungan mereka tidak berlangsung sampai ke pelaminan, karena orang tua Reynald menjodohkan Rey dengan Farah, Lidia terpaksa melepaskan Reynald, karena tidak ingin menikah tanpa restu orang tua. Lidia kemudian pergi ke Amerika dan bekerja disebuah perusahaan di sana.
Sementara pernikahan Reynald dan Farah, tidak berjalan mulus sejak dari awal pernikahan, hanya karena menghormati kedua orang tuanya, Reynald masih mempertahankan pernikahan itu dengan Farah. Hingga Rain lahir, hubungan mereka tidak lagi bisa diperbaiki, mereka masih tinggal dalam satu atap yang sama, namun dalam kamar yang terpisah. Farah makin sering pergi keluar negeri, hanya untuk sekedar bertemu dengan kekasih bulenya.
"Orang tuamu masih ada, Rey?" tanya Lidia mengingat wanita yang dulu mengusirnya dari rumah Reynald
"Udah nggak ada, Lidia!" jawab Reynald sendu.
"Sorry Rey, aku tidak tahu, aku turut berduka!"
"Tidak masalah, Lid. Kita makan siang dulu ya, mumpung masih ada diluar,"
Lidia mengangguk, karena perutnya juga sudah berbunyi dari tadi.
Pasangan itu masuk kedalam sebuah restoran Jepang. Tempat pertama kali, Reynald mengajak Lidia makan dan menyatakan cintanya pada Lidia.
"Rey, kamu masih ingat saja tempat ini," ucap Lidia tersenyum manis. Reynald mengajak Lidia duduk dibangku yang sama, dengan kisah mereka 18 tahun yang lalu.
"Aku tidak bisa melupakan satu kisah pun yang terjadi pada kita Lidia, aku mengingatnya dengan baik di otakku, karena kamu adalah wanita terindah yang pernah hadir dalam hidupku," sahut Reynald menatap Lidia dengan penuh cinta, dan tatapan yang sama saat Reynald menyatakan cintanya.
Lidia tersenyum dengan manis, keduanya saling mengangumi keindahan masing-masing.
"Kamu kerja dimana, Lidia? tanya Reynald sambil mulai menikmati makan siangnya, yang baru saja datang.
"Di kantor perusahaan ekspor impor,"
"Kamu nyaman bekerja di sana ?" tanya Reynald ingin tahu.
"Kalau mau jujur, nggak Rey, bos aku itu orangnya genit, sebenarnya aku pingin resign, tapi belum ada kerjaan yang bagus."
"Kalau begitu, kamu bekerja di perusahaan ku saja, besok datang saja ke kantor, temui HRD, bilang aku yang nyuruh!" ujar Reynald.
"Beneran, Rey!" Lidia tampak sumringah.
"Beneran, temui aku besok di kantor, ini alamat kantorku!" Rey memberikan kartu namanya pada Lidia. Lidia mengangguk.
"Terimakasih, Rey!"
Setelah keduanya selesai makan siang, Reynald mengantar Lidia kembali ke kantornya.
"Jangan lupa, Lid! mulai besok kamu kerja di kantorku!" ucap Reynald setelah Lidia turun dari mobilnya
Lidia mengangguk dan tersenyum manis, dia melambaikan tangannya saat mobil mewah yang dikendarai Rain berlalu dari hadapannya.
Lidia menarik nafasnya lega, ada perasaan bahagia menyelinap dalam jiwanya. Getaran itu masih terasa, Cinta lama itu bersemi kembali dalam hatinya.
Begitu juga dengan Reynald, pria itu senyum-senyum sendiri sambil mengemudikan mobilnya menuju kantor.
Begitu masuk kedalam kantor, dia menyapa semua karyawannya dengan ramah, membuat semua yang hadir dalam ruangan itu melongo dan berbisik-bisik tentang perubahan bos mereka.
"Selamat siang!" sapa Reynald berdiri menatap seluruh karyawannya yang ada di ruangan kantornya.
Tidak seperti biasanya, Reynald datang ke kantor dengan raut wajah yang selalu serius dan cenderung dingin. Tidak seorang pun diantara mereka yang berani menegur sang pimpinan. Karena takut salah dan berujung pemecatan.
Namun kali ini, aura bahagia terpancar di wajah Sang Bos, membuat para karyawannya membalas dengan senyuman terbaik mereka.
"Selamat siang, Pak!" jawab mereka serentak.
Visual Reynald Abiyasa, Ayahnya Rain.
Visual Mami Lidia, Ibunya Ava.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
CLBK nih ceritanya..Gimana dengan anak' mereka?Apa kah mereka akan setuju,Atau malah anak2 yg akan di jodohkan,Tapi jangan lah,Rey kan udah ngerasa gimana nikah hasil perjodohan..
2024-10-15
0
Qaisaa Nazarudin
Gak semua hasil perjodohan itu bisa bertahan dan hidup bahagia,Ortu mah demen banget jodohin anak mereka hanya karena bisnis doang..
2024-10-15
0