Suasana bengkel Bang Erkand tampak berantakan. Beberapa buah motor hancur karena ulah anak-anak geng motor The Eagle yang tidak terima kekalahan saat lomba balap liar malam Minggu kemaren.
"Ada ada ini, Bang?" tanya Rain, begitu sampai di bengkel Bang Erkand, saat melihat Bang Erkand dan anak buahnya, membereskan kekacauan yang terjadi di bengkelnya.
"Anak-anak The Eagle datang menyerang!" sahut Bang Erkand tampak marah.
"Mungkin gara-gara kejadian malam Minggu kemaren Bang! mereka tidak terima kekalahan, kita harus membuat perhitungan dengan mereka Bang!" ujar Rain dengan wajah memerah Karena emosi.
"Nggak usah, Rain!" sahut Bang Erkand.
"Nggak bisa gitu, Bang! setidaknya mereka harus mengganti kerusakan yang telah mereka perbuat, aku tidak rela kita diinjak-injak kayak gini," tambah Rain.
"Rain benar Bang, kita harus menuntut balas pada mereka!" ujar David yang juga baru sampai di markas Geng Motor Darknight.
"Ya Sudah, terserah kalian!" kata Bang Erkand pada akhirnya.
Para anggota geng motor Darknight, berkumpul menyusun rencana untuk menyerang markas geng motor The Eagle. Rain selaku panglima tempur, membagi tugas anak buahnya, dalam beberapa kelompok.
Setelah perencanaan matang, mereka segera berangkat menuju markas besar The Eagle dengan menggunakan motor mereka. Rain berboncengan dengan David, sementara Bima berboncengan dengan bang Erkand, diikuti beberapa motor anggota yang lain.
...----------------...
Bel tanda jam pelajaran sekolah berakhir, tepat pukul 14.00 WIB. Ava berlari keluar kelas, menuju tempat sebelumnya dia bertemu Rain.
"Jaka, Lo lihat Rain nggak?" tanya Ava pada Jaka yang duduk bersama teman-temannya di bawah pohon rindang di belakang sekolah.
"Nggak tuh, dari dari nggak ada, bolos kali!" jawab Jaka.
"Kemana sih, tu anak, kok perasaan gue nggak enak ya, padahal tadi duduk di sini," batin Ava.
"Lo tau nggak, dimana Rain biasa mangkal, kalau lagi bolos?"tanya Ava lagi.
"Biasanya sih, di bengkel Bang Erkand, yang terletak di pinggir jalan dekat lampu merah," jawab Jaka lagi.
"Oh, aku tahu, Makasih ya, Jaka!" Ava segera berlari keluar dari gerbang sekolah. Dengan menggunakan ojek online, Ava tiba di Bengkel Bang Erkand, namun bengkel itu sepi dan berantakan.
"Rain, ....kemana mereka? jangan-jangan....!" Ava merasa cemas dan gelisah. Kemudian gadis blasteran itu pulang kerumahnya, untuk berganti pakaian. Tak lama kemudian, Ava keluar dari rumah, dengan memakai pakaian serba hitam dan Helm full face menuju markas Darknight, menggunakan motornya.
Ternyata feeling Ava benar, di depan bengkel bang Gery sedang terjadi tawuran antara Rain dan teman-temannya dengan geng motor The Eagle yang dikomandoi Adrian. Ava tidak berani mendekat, dia berdiri tidak jauh dari bengkel itu. Kelompok Adrian nampak terdesak, namun tak lama kemudian, beberapa orang anggota geng motor lain datang membantu Adrian, hingga posisi berbalik, Rain dan teman-temannya di kepung oleh puluhan orang,
"Beraninya keroyokan kalian!" teriak Rain marah.
"Dalam perang, sudah biasa Rain, itu namanya stra- te - gi," jawab Adrian tertawa terbahak-bahak.
"Brengsek Lo, Adrian!" Rain menyerang Adrian dengan emosi, melihat David dan Bima terdesak, Rain berbalik membantu temannya,
"David....! Bima...! Cepat pergi dari sini, bantu Bang Erkand, sepertinya dia terluka!" perintah Rain sambil menahan serangan Adrian. Bang Erkand tampak kewalahan. menghadapi lawan-lawannya yang berjumlah 5 orang, termasuk Bang Gery, yang ternyata sudah menjadi musuh bebuyutan sejak lama.
"Bagaimana dengan Lo, Rain?" seru David cemas.
"Jangan pikirkan gue, cepat pergi!" teriak Rain.
Rain masih bisa bertahan hingga 2 orang teman Adrian memegangi tangannya. Dengan mudah Adrian melancarkan pukulan dan tendangannya ke tubuh Rain yang sudah kehabisan tenaga. Akhirnya, Rain tak kuasa melawan, tubuhnya melemah dan terkapar di tanah.
Adrian tertawa terbahak-bahak,
"Masih merasa hebat Lo, Rain!" Adrian masih menendang perut Rain, yang sudah tak berdaya.
"Dasar pecundang Lo, Adrian, beraninya keroyokan," sahut Rain lemah, menahan nyeri di perutnya akibat tendangan Adrian.
"Hah,...Lo yang pecundang!" Adrian kembali hendak menyerang Rain, namun belum sempat Adrian melakukan aksinya, sebuah tendangan mendarat di wajah Adrian, Adrian kaget dia jatuh tersungkur, kepalanya membentur sebuah peralatan bengkel yang terbuat dari besi. Cowok itu pingsan. Orang misterius itu membantu Rain keluar dari arena pertempuran, setelah menjatuhkan 2 orang lawannya dan membawa Rain pulang kerumahnya.
Rain memandang sekeliling ruangan, saat sebuah suara yang tidak asing menggema di telinganya."Ngapain sih, sampai tawuran segala?"
Rain menoleh, namun dia tidak menjawab.
"Ternyata Lo, Macan Betina!" batin Rain, saat melihat Ava mendekat membawa kotak P3K dan sebuah ember berisi es batu.
"Mereka yang mulai," jawab Rain sambil memegang perutnya yang terasa sakit.
"Awas tangan Lo! biar gue bersihin lukanya dulu!" Ava membersihkan wajah Rain yang berdarah disekitar bibirnya.
"Pelan-pelan dong! Sakit tau," Rain meringis saat Ava memberinya cairan pembersih luka.
"Udah, jangan manja! Tahan dikit lagi, lihat nih, pada memar semua!" Ava mengompres tubuh Rain yang memar karena pukulan.
"Auugh, sakit nih! Lo mau menyiksa gue ya, Lo kan anggota geng the Eagle, kan?" teriak Rain kesakitan.
"Ih, udah di tolongin bukannya terimakasih, malah nuduh gue, " omel Ava.
Tak lama berselang, seseorang masuk ke dalam rumah, dia kaget melihat kehadiran Rain dirumahnya dalam keadaan babak belur.
"Selamat siang, Tante!" sapa Rain dengan sopan.
"Dasar Kecoa, giliran mami gue aja bicara Lo manis, Sama gue! Bawaan nya ngajak berantem melulu," omel Ava dalam hati.
"Siang, kamu Rain kan?" tanya Mami Lidia
"Iya Tante, saya Rain!"
"Kamu kenapa Rain? Kalian berantem lagi? Ya ampun Va, kamu bikin Rain babak belur begini!" Mami Ava geleng-geleng kepala melihat keduanya.
"Bukan aku Mi! Rain dikeroyok, aku hanya bantuan dia!" sanggah Ava, sebelum Sang Mami makin lama ngomelnya.
"Bisa nggak sih, kalau ada masalah itu nggak pake berantem, mending sekolah aja dulu yang benar!" nasehat Mami Lidia.
"Iya Mi!" jawab Ava singkat.
"Kalian sudah pada makan?" tanya Mami Lidia sambil berjalan ke dapur dan mengambil tiga buah peralatan makan di dalam lemari.
"Belum Mi!" jawab Ava.
"Kalau begitu, ayo kita makan sama-sama, Mami sudah menyiapkan makan siang, Ayo Rain!" ajak Mami Lidia.
"Makasih Tante, tapi aku belum lapar," jawab Rain menolak.
"Ayolah! jangan sungkan. Anggap saja rumah sendiri. Ava, .. kamu cariin Rain baju ganti sana, baju Rain kotor begitu!" Ava melirik pakaian Rain yang kotor oleh darah dan tanah.
"Ya Mi, ayo Rain ikut gue!" Ava menarik tangan Rain ke kamarnya.
Rain kaget melihat penampakan kamar Ava, yang didominasi warna hitam putih, dibelakang ranjang tidurnya, terdapat sebuah poster besar bergambar seorang pembalap MotoGP dunia, Mark Marquez. Rain tersenyum miring, "Cewek ini, nggak ada sisi feminimnya," batin Rain
"Nih, ambil! baju ini belum pernah gue pake, soalnya kebesaran, sepertinya cocok buat Lo!" Ava menyerahkan satu set pakaian pada Rain, kemudian dia keluar dari kamar.
"Gue tunggu di meja makan ya!" teriak Ava dari luar kamar.
Tak lama kemudian Rain keluar dengan memakai celana jeans, dan sebuah Sweater berwarna hitam dengan Hoodie di kepalanya. Mami Lidia mengajak Rain untuk bergabung dan menikmati makan siang bersama.
"Rain, kamu punya saudara berapa?" tanya Mami Lidia, setelah selesai maka .
"Saya anak tunggal, Tante!" jawab Rain, tersenyum ramah.
"Oh, sama dong kayak Ava , ternyata anaknya Reynald Abiyasa aslinya ganteng ya. Tante jadi pengen menjodohkan Ava Sama kamu!" puji Mami Lidia, membuat Rain tersenyum simpul. Ava tampak tersipu, mendengar ocehan Sang Mami.
"Mami, ih! kok ngomong gitu sih, malu tau!" sela Ava.
Tiba-tiba ponsel Ava berdering, dia melihat layar ponselnya, sebuah panggilan dari nomor ponsel Rain. Ava menyerahkan ponselnya pada Rain. "Siapa?" tanya Rain, Ava mengangkat bahunya, Rain ingat ponselnya tertinggal di bengkel bang Erkand, mungkin David yang menghubunginya.
"Hallo...!" sapa Rain, setelah kembali menghubungi nomor ponselnya.
"Rain, Lo dimana?" suara David terdengar panik.
"Gue dirumahnya Ava, ada apa Vid?" tanya Rain gusar.
"Rain, Bang Erkand...!" suara David di jeda sesaat.
"Bang Erkand kenapa Vid? Ngomong yang jelas!" teriak Rain emosi.
"Bang Erkand meninggal!" Rain diam terpaku, wajahnya memucat. Seluruh tubuhnya terasa lemah. Ava menatap Rain cemas, " Ada apa Rain?" tanya Ava.
"Bang Erkand meninggal, Va!" Rain tampak merasa terpukul. Spontan, Ava merangkul pundak cowok itu dengan erat, seolah memberinya kekuatan.
"Siapa Erkand?" tanya Mami Lidia
"Teman saya Tante," jawab Rain lemah.
"Ayo Rain, gue antar Lo kesana!" ujar Ava sambil berdiri dan mengambil kunci motornya.
"Biar gue yang bawa, Va!" Rain mengambil kunci motor dari tangan Ava. Dia mencurigai sesuatu setelah melihat motor yang terparkir di garasi Ava. Tapi Rain menepis pikiran negatifnya, Karena urusan Bang Erkan lebih penting dari yang lainnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Disini aku bingung,Lidia ngeliat Rain sebagai CALON ANAK TIRI atau CALON MANTU?? 😂😂
2024-10-15
0