Happy reading guys
...----------------...
Selesai makan, Annisa ngobrol dengan kedua orangtuanya di ruang keluarga selagi menunggu kedatangan sang suami menjemputnya.
"El selalu malam pulangnya, Bun?" tanya Annisa, sembari mulutnya menguyah keripik singkong yang berada di atas pangkuannya.
"Tidak selalu, tetapi belakangan ini El sibuk dengan tokonya," kata Aini.
"Akhir bulan ini, biasalah sibuk. Apalagi mendekati hari besar perayaan, toko semakin sibuk." timpal ayahnya.
"Aku sudah bilang pada El, agar tidak terlalu ngoyo dalam bekerja . Kita ini wanita, untuk apa capek-capek berusaha. Cukup menikah dengan orang yang kaya, kita tinggal tidur dan makan enak di rumah," kata Annisa.
"Biar suami kerja di luar, kita tunggu akun bank diisi." tambah Annisa.
Aiman menggelengkan kepalanya mendengar ucapan putrinya. Raut wajah Aiman berubah, begitu juga dengan sang istri. Keduanya tidak mengira pemikiran Annisa mengenai seorang wanita, yang tidak perlu bekerja. Cukup duduk di rumah, menunggu suami memberi nafkah.
"Ayah kecewa dengan apa yang ada dalam pikiranmu, itu ," kata Aiman, setelah Annisa berhenti berkata.
"Kenapa Yah..? Apa aku berkata yang salah?" tanya Annisa.
"Sudah jelas salah." Aini, bundanya yang menjawab pertanyaan putrinya tersebut.
"Di mana salahnya ? Bukannya seorang wanita itu seharusnya menjadi ibu rumah tangga, mengurus keluarga di rumah. Bunda juga begitu kan? Bunda tidak bekerja. Ayah yang selama ini bekerja menghidupi keluarga," kata Annisa.
"Bunda yang tidak ingin bekerja, atas persetujuan ayah juga. Bukan karena pemikiran Bunda seperti yang Nisa katakan itu. Bunda diam di rumah bukan untuk hidup tenang, makan enak tanpa memikirkan ayah yang bekerja. Bunda bekerja di rumah. Bunda bekerja membuat kue dan menitipkan kue-kue buatan bunda di warung-warung sekitar rumah. Nisa lupa dengan apa yang bunda lakukan dulu ?" tanya Aini.
Annisa terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Bundanya.
"Walaupun kodrat seorang wanita mengurus keluarga. Tapi tidak ada salahnya seorang wanita itu berkarya. Seperti yang dilakukan oleh Mikaela. Ayah mendukungnya seratus persen," kata Aiman.
"Bunda juga bangga dengan apa yang dilakukan oleh El saat ini. Tidak sia-sia kami menyekolahkannya, ilmu yang didapatnya berguna."
"Aku bukannya tidak mendukung apa yang El lakukan saat ini. aku hanya mengingatkan El untuk memikirkan masa depannya. Dia sudah berusia 24 tahun, sudah saatnya dia memikirkan untuk menikah," kata Annisa.
"Menikah tidak segampang itu Nisa. Jika Tuhan belum menunjukkan jodohnya, apa perlu kita paksakan," kata Aini.
"Ayah tidak ingin memaksa El untuk menikah cepat. Biarlah El memikirkan pernikahannya sendiri. Kita mendukung pilihan laki-laki yang akan menikah dengannya. Nisa juga tidak ayah paksa untuk menikah kan?" Aiman bertanya pada Annisa.
"Apa El ada meminta ayah untuk berhenti bekerja?" tanya Annisa.
"Ada, tapi ayah menolak untuk berhenti bekerja. Karena ayah merasa bahwa tubuh ayah masih sanggup untuk bekerja," kata ayahnya.
"El berharap ayah mau membantunya untuk mengurus tokonya," kata Aini.
"Aku akan membiayai biaya hidup ayah dan bunda. Ayah berhentilah bekerja. Aku sanggup untuk menanggung hidup ayah dan bunda," kata Annisa.
"Ayah masih sanggup bekerja, terima kasih atas niat baik Nisa." tolak ayahnya.
"Nisa... Jika kau berlebih, lebih baik ditabung. Jangan sia-siakan uang untuk beli barang yang tidak perlu. Itu tas untuk apa? Bunda tidak membutuhkan tas itu ," kata Aini. Annisa datang dengan membawa tas untuk bundanya dan sepatu untuk sang ayah.
"Tas dan sepatu itu buah tangan saat Nisa pergi keluar negeri bersama Mas Damar. Masa pulang jalan-jalan keluar negeri, pulang tidak bawa apa-apa untuk ayah dan bunda. El juga Nisa bawakan oleh-oleh," kata Annisa.
"Sekali lagi, jika pergi keluar negeri. Tidak perlu bawakan kami apa-apa. Cukup Do'akan ayah dan bunda untuk panjang umur, agar dapat melihat cucu-cucu dari Nisa dan El," kata Bunda Aini.
Diluar rumah. Satu mobil masuk kedalam pekarangan dan kemudian di susul oleh motor yang ditunggangi oleh Mikaela.
Damar keluar dari dalam mobilnya dan melihat Mikaela yang turun dari motornya, dan menyapanya.
"Baru pulang?" tanya Damar.
Mikaela yang baru mau melepaskan helm yang menutupi kepalanya tergagap, saat suara Damar menyapanya. Karena tidak seperti biasanya, Damar yang irit bicara padanya. Kali ini, Damar yang memulai menyapanya.
Mikaela mengangguk. "I-iya mas," sahut Mikaela.
"Mbak Nisa mana mas?" tanya Mikaela, karena hanya melihat Damar yang keluar dari dalam mobilnya.
"Nisa sudah dari sore tadi," kata Damar.
"Oh... " ucap Mikaela.
Mikaela masuk kedalam rumah, diikuti oleh Damar.
"Assalamualaikum," ucap Mikaela.
"Assalamualaikum," ucap Damar juga, dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Tiga suara terdengar menyambut salam yang diucapkan oleh Mikaela dan Damar.
"Wa'alaikumussalam.."
"Mas dengan El?" Annisa melihat Damar berjalan dibelakang Mikaela.
"Tidaklah mbak... ! aku naik motor, ketemu didepan tadi," kata Mikaela.
Bunda Aini bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati Mikaela.
"Cepat mandi, biar Bunda panaskan lauk," kata Bunda Aini pada Mikaela.
"El sudah makan di toko bersama dengan karyawan yang lembur, Bun," kata Mikaela.
"Mbak Nisa apa kabar?" sapa Mikaela.
"El sibuk sekali, ya. Mbak kirim pesan, di balas lama. Sudah gitu singkat-singkat saja balasannya," kata Annisa dengan mimik wajah yang cemberut, menatap wajah Mikaela.
"Maaf mbak, di toko sedang sibuk sekali akhir-akhir ini."
"Mandi sana dulu, ngobrol bisa nanti." titah Aiman pada Mikaela.
"Baik Yah," sahut Mikaela.
"El, tunggu," kata Annisa.
Mikaela menghentikan langkahnya, memutar tumitnya melihat Annisa.
"Mas, aku ada perlu dengan El . Mas bersama ayah di sini ya," kata Annisa.
Damar menganggukkan kepalanya.
Annisa mengikuti Mikaela yang sudah terlebih dahulu melanjutkan langkah kakinya menuju kamarnya.
"Mbak, El mandi dulu ya," kata Mikaela.
"Jangan lama-lama ya, mbak mau bahas mengenai ulang tahun bunda," kata Annisa.
"Iya," sahut Mikaela. Lalu kemudian Mikaela masuk kedalam kamar mandi yang ada didalam kamarnya.
Tanpa membutuhkan waktu lama. Mikaela sudah keluar dalam keadaan segar, karena tubuhnya sudah disiram air hangat. Sebenarnya, Mikaela tidak suka mandi dengan air hangat. Tetapi Bunda Aini selalu melarang Mikaela mandi malam dengan air dingin. Sehingga Mikaela setiap pulang kerja di malam hari, selalu mandi dengan air hangat.
Mikaela duduk di pinggir ranjang, tangannya memegang hair dryer untuk mengeringkan rambutnya yang basah, karena Mikaela mencuci rambutnya. "Apa yang mau dibahas mbak?" tanya Mikaela.
"Mbak ingin merayakan ulang tahun, Bunda. Di adakan di mana ya El?" tanya Annisa.
"Mengenai itu, aku tidak ada pendapat, mbak. Selama ini kan kita tidak pernah merayakan ulang tahun bunda dan ayah secara besar-besaran," kata Mikaela.
"Ini kan hari istimewa untuk mbak dan Mas Damar. Mbak ingin memberikan surprise mengenai ... " Annisa tidak melanjutkan ucapannya. Dia memberi tanda dengan mengelus perutnya.
"Mbak belum mengatakan pada Mas Damar... ?"
Annisa menggelengkan kepalanya.
"Mbak kan baru pulang dari luar negeri, bagaimana kondisinya? Apa Mbak menghubungi dokter, saat berangkat keluar negeri?" tanya Mikaela.
"Tidak! mbak merasa baik-baik saja. Untuk apa bertanya pada dokter," kata Annisa.
Next...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ratu Wr
Lama-lama ngeselin nisa kenapa yaa
2023-07-08
0
Raflesia Gendhis
kok damar berubah ya sm el
2023-06-30
0
lira
ayahmu kecewa denganmu annisa
2023-06-25
0