"Aku sih... akan Pak Raffi lirik, kalau Inara.... ?" Aira mengibaskan tangannya dan mengendikkan bahu.
Inara mencebikkan bibirnya dan memainkan bola matanya membalas Aira.
Inara melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Aira. "kita bersaing secara sehat! ingat, jangan ada saling menjatuhkan," kata Inara.
Mikaela menggelengkan kepalanya menatap keduanya.
"Kita mau kemana nih.... ?" Mikaela menatap keduanya yang sedang mode diam, saling menatap.
Tanpa berkata apapun lagi, Aira dan Inara menarik Mikaela masuk kedalam restoran.
"Hei... ! Aku nggak mau... !" seru Mikaela.
Inara dan Aira tidak perduli. Keduanya menarik Mikaela dan berhenti di dekat meja dosen idola keduanya duduk.
"Selamat pagi Pak Raffi," kata Inara.
"Pagi? Sore kali," kata Mikaela mengomentari ucapan selamat pagi yang diucapkan Inara pada Pak Raffi.
Inara menggaruk telinganya karena malu. dan kemudian meralat ucapannya. "he...he...Selamat sore maksudnya Pak, salah ," ujar Inara.
Aira tertawa dalam hati, melihat Inara gugup, sehingga salah menyebut sore menjadi pagi.
"Kalian.... !" Raffi mendongak dan melihat keberadaan tiga mahasiswanya.
"Pak Raffi makan?" tanya Aira.
"Pertanyaan yang nggak bermutu banget. Sudah tahu di hadapan Pak Raffi ada makanan." gumam batin Mikaela, yang menertawai kebodohan kedua temannya tersebut.
"Iya. Kalian juga mau makan? Ayo gabung dengan saya. Saya hanya dengan Mama saya," kata Raffi.
"Mama? Berarti calon mertua nih." Gumam Inara dalam batin. Tidak jauh berbeda dengan Inara, Aira juga mengucapkan kalimat yang sama dengan apa yang ada dalam benak Inara.
"Ternyata mertuaku." gumam Aira. Karena tadi dia mengira wanita yang bersama dengan sang dosen, adalah istrinya.
Hanya Mikaela yang cuek dengan keberadaan dosennya tersebut. Tatapan mata sang dosen yang menatapnya juga tidak membuat dia menatap sang dosen. Mikaela menatap wajah Mama Raffi yang tersenyum padanya dan Mikaela membalas senyuman Mama Raffi.
"Ayo duduk." Mama Raffi berdiri dan menarik Mikaela untuk duduk di kursi yang kosong di sebelahnya.
"Tidak usah Tante. Kami duduk di meja yang lain saja." tolak Mikaela.
"Masih banyak tempat yang kosong." tambah Mikaela menolak tawaran Mama Raffi untuk bergabung.
"El.... " Aira dan Inara mencolek lengan Mikaela.
Mikaela menoleh melihat Inara dan Aira, dia tahu, kedua temannya ingin bergabung menerima tawaran Mama Raffi.
"Di sini saja. Kalian mahasiswa Raffi kan?" tanya Mama Raffi pada Mikaela.
Mikaela, Inara dan Aira menganggukkan kepalanya.
"Sini saja. Tante ingin tanya pada kalian, bagaimana Raffi dalam mengajar. Apa dia galak," kata Mama Raffi.
Mama Raffi menarik Mikaela untuk duduk. Dengan terpaksa Mikaela untuk duduk, dia tidak bisa menolak lagi.
Inara dan Aira memanyunkan bibirnya, karena keduanya ingin duduk dekat dengan Raffi dan Mama. Dengan terpaksa keduanya duduk berseberangan dengan sang dosen.
"Mama," ujar Raffi sembari membesarkan matanya.
Mama Raffi tidak perduli dengan keberatan sang putra, atas keinginannya mengorek informasi mengenai sepak terjang sang putra dalam mengajar di universitas.
"Gara-gara teman genit. Aku terpaksa duduk ." batin Mikaela ngedumel.
"Buset... ! Aku yang naksir anaknya, Ela yang mendapatkan tempat di hati mertuaku." gumam Inara.
"Mama mertuaku sepertinya suka dengan Ela. Saingan berat nih." monolog dalam hati Aira.
"Ayo kalian mau pesan apa ?" kata Mama Raffi.
"Kalian ingin makan apa? Biar saya pesankan," kata Raffi pada Inara dan Aira. Tapi matanya tidak lepas memandang Mikaela yang berbincang dengan Mamanya.
Mama Raffi terus bertanya mengenai sang putra di kampus pada Mikaela. Mikaela menjawab seadanya saja. Berbeda dengan Aira dan Inara keduanya begitu antusias menjawab pertanyaan Mama Raffi yang ditujukan pada Mikaela.
Sampai selesai makan dan ingin pulang, Mama Raffi selalu mengajak Mikaela bicara. Bertanya mengenai studi Mikaela, karena mamanya Raffi seorang pendidik, guru SMA.
"Tante senang bertemu dengan kalian, sayang sekali, pertemuan kita ini harus berakhir," kata Mama Raffi.
"Kami senang, jika Tante mengajak kami bertemu," kata Inara.
Mikaela mendelik mendengar perkataan Inara.
"Calling kami Tante, kami segera datang." timpal Aira.
"Semakin tidak jelas keduanya." gumam Mikaela.
Mama Raffi tertawa melihat Aira dan Inara yang lucu menurutnya.
***
"Pulang sendiri " batin Mikaela.
Mikaela melangkah keluar dari lingkungan kampus. Tiba-tiba mobil berhenti di sampingnya dan terdengar suara laki-laki memanggil namanya.
"Mikaela..!"
Mikaela menghentikan langkahnya dan menoleh kearah asal suara.
"Kak Dito," ujar Mikaela.
"Kenapa sendiri? Mana kedua temannya?"
"Mereka masih ada kelas," sahut Mikaela.
"Ayo naik, aku antar. Rumah kita searah kan ," kata Dito.
"Terimakasih, tapi aku belum pulang."
"Mau kemana? Biar aku antar," kata Dito.
"Tidak usah kak, merepotkan saja." tolak Mikaela.
"Ayolah... ." Dito terus berusaha untuk membujuk Mikaela.
"Mau kemana sebenarnya?" tanya Dito.
Mikaela mengatakan kemana tujuannya.
"Oh... Biar aku antar, tempatnya tidak jauh. Daripada desak-desakan naik bus. Lihat tuh... Bus penuh." Dito menunjuk bus yang lewat dari depan kampus yang penuh dengan anak sekolah yang berdiri didalam.
Akhirnya Mikaela memutuskan untuk naik kedalam mobil Dito.
"Apa tidak capek, bekerja sambil kuliah?" tanya Dito.
"Jangan pikirin capeknya kak, pikirkan saja dapat uangnya," kata Mikaela sembari tertawa.
"Betul juga, uang membuat capek hilang seketika," kata Dito.
"Bagaimana skripsinya kak ?" tanya Mikaela.
"Menurutmu bagaimana? Ada perbaikan atau tidak?" tanya Dito balik.
"Em... tidak ada perbaikan, dua bulan lagi kakak akan wisuda." tebak Mikaela.
Dito tersenyum, lirikan matanya melihat Mikaela sekilas.
"Betulkan ? pasti tebakan aku benarkan?" tanya Mikaela.
"Bisa menerawang pikiran ya, tahu saja skripsi tidak ada perbaikan," kata Dito.
"Nggak perlu menerawang, terlihat dari raut wajah kak Dito saja sudah bisa ditebak. Wajah kak Dito gembira, tidak kusut," kata Mikaela.
"Jika orang yang disuruh dosen pembimbing untuk memperbaiki skripsi, pasti wajahnya sudah seperti pakaian yang tidak digosok," kata Mikaela.
Dito tertawa menanggapi perkataan Mikaela.
"Senang tuh.... !" kata Mikaela.
"Sudah pasti, tapi ada sedihnya juga," kata Dito.
"Kenapa sedih?" tanya Mikaela.
"Sedih ! Karena aku tidak akan bisa bertemu dengan gadis cantik lagi," kata Dito.
"Gadis cantik? Pacar kakak? Mahasiswi sini ? Siapa? Apa aku kenal?" pertanyaan mengalir lancar dari mulut Mikaela.
"Banyak sekali pertanyaannya Nona," kata Dito.
"Katakan kak ! Penasaran nih ?"
"Belum pacar. Masih calon," jawab Dito.
"Tembak dong kak! Jangan terlambat, nanti keburu disambar orang, patah hati berjilid-jilid." ledek Mikaela.
"Kira-kira, jika aku tembak. Aku katakan isi hatiku ini, apa dia akan terima?" tanya Dito pada Mikaela.
"Mana aku tahu, kak! Gadis itu bukan aku. Mama tahu aku apa isi pikirannya, kenal juga tidak," kata Mikaela.
"Kalau Mikaela diposisi gadis tersebut, bagaimana? apa akan menerimanya? atau menolak?"
"kalau aku, pasti aku tolak!" kata Mikaela tegas.
Degh..
Tubuh Dito lemas seketika, mendengar apa yang dikatakan oleh Mikaela.
"Kenapa?" tanya Dito.
"Karena aku tidak ingin pacaran sekarang ini. Aku ingin belajar yang benar, biar cepat lulus dan bekerja." alasan Mikaela menolak.
"Menolak, bukan karena tidak suka?" tanya Dito.
Mikaela menggelengkan kepalanya.
"Masih ada harapan." batin Dito.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
shasa
semangat Dito
2023-07-11
0
shasa
makan keknya enak wkwk
2023-07-11
0
✒ Viee ✒
sudah tau nanyak..
2023-07-05
0