Happy reading guys
...----------------...
"Jaga mulut El, awas ya... jangan sampai bocor," kata Annisa.
"Insyaallah Mbak, semoga rem mulutku ini masih berfungsi dengan baik," ucap Mikaela sambil tertawa.
"Beli minyak rem, nanti minum. Biar terkontrol mulutnya," kata Annisa.
"Kalau minyak rem aku minum, bukan mulut saja terkontrol mbak. Tapi seluruh tubuh ini ikut terkontrol... tubuh ini akan masuk kedalam liang lahat."
"Hih ... mulutnya, bicara nggak jelas.." dengus Annisa kesal. Dia tidak suka, setiap ada orang yang membicarakan kematian padanya.
"Peace...mbak. Jangan-marah ya...nanti keponakanku, begitu lahir langsung bisa marah-marah." gurau Mikaela.
"Iya, langsung baby-nya marah kepada aunty Mikaela nya," kata Annisa.
"Aduh..! aku sudah tua ternyata, sudah mau jadi tante." Mikaela menggaruk-garuk kepalanya.
"Kenapa? Mau muda terus. Ingat El... Kau itu sudah mau 24 tahun, sudah pantas untuk menikah. Beritahu pada mbak, siapa cowok spesial di hatimu?" tanya Annisa.
"Hih... mbak ini. Mana ada cowok spesial di hatiku ini. Tidak ada yang mau dengan aku mbak... Mungkin karena aku ini tidak cantik dan menarik," kata Mikaela.
"Siapa bilang adik Mbak Nisa tidak cantik. Biar Mbak tatar itu mulut orang yang bilang adik mbak ini tidak menarik," kata Annisa.
"Aku yang bilang Mbak," kata Mikaela.
"El... kau itu sangat cantik. Kulit putih tubuhmu itu membuat mbak cemburu. Apa lagi bulu matamu, bibir... ih.. pokoknya El itu gadis paket komplit, cowok-cowok itu saja yang matanya sudah rabun. Mereka tidak melihat gadis cantik di depan mata," kata Annisa.
"Atau kau terlalu memilih." Sambung Annisa.
"Cowok yang pernah datang beberapa kali ke rumah itu kemana?" tanya Annisa.
"Siapa?" Mikaela tidak tahu dengan pria yang ditanyakan oleh Annisa.
"Itu... cowok yang naik mobil putih, yang datang saat El wisuda," kata Annisa untuk mengingatkan laki-laki yang dimaksudkan olehnya.
"Oh... kak Dito... ! El sudah lama tidak bertemu dengannya, hari itu kak Dito bilang dia mendapatkan panggilan wawancara dari perusahaan dan akan ditempatkan di luar pulau. Mungkin kak Dito mendapatkan pekerjaan itu," kata Mikaela.
"Apa tidak ada pria di tempat bekerja yang bisa kau jadikan pacar ?" tanya Annisa.
"Aku ingin fokus ke karier dulu, mbak. Aku ingin membahagiakan ayah dan bunda ," kata Mikaela.
"Ayah sudah lelah dalam bekerja. Aku ingin ayah beristirahat tenang di rumah. Tanpa memikirkan bangun pagi hari, pergi bekerja walaupun keadaan hari hujan. Seminggu yang lalu ayah terserang flu karena kehujanan. Aku tidak tega melihat ayah yang sakit karena kehujanan."
"Ayah dan bunda ada mbak yang akan memperhatikannya, El. Mbak ini anak ayah dan bunda satu-satunya. Biar mbak yang membahagiakan ayah dan bunda. Apa guna mbak, jika kebahagiaan ayah dan bunda dibebankan kepadamu." tutur Annisa.
"kau pikirkan kebahagiaanmu. Usiamu semakin bertambah, dan jika ada pria yang baik, beri kesempatan laki-laki tersebut untuk mengenal dirimu. Atau El mau mbak kenalkan dengan teman-teman mbak, atau kenalan Mas Damar ?" Kata Annisa.
"Kejar kebahagiaanmu, El. Urusan kebahagiaan ayah dan bunda, serahkan pada mbak sebagai putrinya," kata Annisa.
Raut wajah Mikaela berubah mendengar apa yang dikatakan oleh Annisa. Dia tidak mengira Annisa mengucapkan perkataan yang menunjukkan siapa Mikaela di dalam keluarga. Hanya seorang anak saudara sang paman, yang terpaksa diasuh. Mikaela merasa Annisa ingin dia cepat-cepat menikah, agar Mikaela lepas dari ayah Aiman dan Bunda Aini.
Annisa tidak melihat raut wajah Mikaela yang muram tiba-tiba. Dia fokus dengan bakso yang ada dihadapannya. Sedangkan Mikaela sudah tidak berselera lagi menyantap baksonya. Dia hanya mengaduk-aduk kuah baksonya, tanpa menyuapkan bakso tersebut kedalam mulutnya. Hilang seleranya untuk menyantap bakso yang menjadi favoritnya tersebut.
Annisa mengangkat kepalanya dan melihat Mikaela.
"Mbak akan tanya Mas Damar, mungkin dia ada kenalan laki-laki yang baik yang bisa dikenalkannya padamu," kata Annisa .
"Tidak Mbak. Aku akan mencari sendiri." tolak Mikaela.
"Baiklah," sahut Annisa.
Annisa melanjutkan kembali menikmati baksonya, yang hanya tersisa kuahnya saja.Sedangkan bakso bulatnya sudah menghuni lambungnya.
Setelah mendorong mangkok baksonya yang sudah tidak tersisa setetes kuah bakso dalam mangkok nya. Annisa melihat kearah mangkok bakso milik Mikaela.
"Kenapa tidak di makan, El ? Apa tidak enak?" tanya Annisa, saat melihat Mikaela hanya memandang mangkok baksonya sambil mengaduk-aduk bakso tanpa ada niat untuk memakannya.
Pikiran Mikaela yang melayang-layang entah kemana cukup kaget, ketika mendengar suara Annisa menegurnya.
"A-a...pa... mbak?" Mikaela tidak tahu apa yang ditanyakan oleh Annisa. Dia hanya tahu namanya disebut oleh Annisa.
"Kemana pikiranmu El? Mbak bicara, tapi kau tidak tahu apa yang mbak katakan. Hih... Kau ini... Fokus...! Jangan melamun," kata Annisa.
"Ucapan mu yang membuat aku begini Mbak. Kau tidak mengizinkan aku untuk ikut membahagiakan ayah dan bunda, kau tidak menganggap aku bagian dari keluargamu. Ternyata, kasih sayang keluarga yang aku dapatkan dari ayah dan bunda itu tidak nyata. Hanya mimpi. Suatu waktu mimpi itu akan sirna." batin Mikaela yang hanya dapat diungkapkannya dalam hati.
"Ayo makan baksonya, dindin tidak enak lagi nanti." titah Annisa, agar Mikaela segera menghabiskan bakso yang baru sedikit di makan oleh Mikaela.
"Aku sudah kenyang mbak."
"Koq tidak dihabiskan? sayang El," kata Annisa.
"Tadi aku sudah makan banyak di toko mbak. Perutku ini sudah tidak sanggup lagi di isi bakso sebanyak ini," kata Mikaela. Padahal perutnya kosong, minta diisi. Perkataan Annisa mengalahkan rasa lapar perutnya.
"Sini mbak habiskan, sayang dibuang. baby mbak ini ingin makan lagi," kata Annisa. Dan mengambil bakso milik Mikaela yang tidak dihabiskannya. Tanpa berkata apapun lagi, Annisa menyantap habis bakso tersebut. Mikaela hanya menatap Annisa melahap bakso sampai tidak tersisa lagi.
"Kenapa sikap Mbak Nisa seperti ini sekarang? Mana mbak yang dulu? Mbak Nisa yang selalu menganggap aku sebagai anggota keluarga. Bukan sebagai sepupu, bukan sebagai orang asing yang berhubungan darah dengan Mbak Nisa." batin Mikaela.
Apa yang dikatakan Annisa telah membuat hati Mikaela terluka sangat dalam. Selama hidup bersama dengan Annisa, Mikaela tidak pernah memasukkan apa yang terucap dari mulut Annisa, tapi kali ini Mikaela tidak bisa mengabaikan perkataan Annisa.
Mikaela hanya diam, ketika Annisa terus bercerita mengenai kehamilannya. Dia tidak bertanya, kenapa Mikaela tidak menimpali setiap dia bercerita. Mikaela hanya sebagai pendengar setia, yang tidak pasti apa mendengarkan setiap kata yang keluar dari dalam mulut Annisa. Mungkin saja Mikaela mendengar apa yang dikatakan oleh Annisa, tapi otaknya tidak mengizinkan dia untuk mencerna apa yang dikatakan oleh Annisa.
Sampai kegiatan makan bakso berakhir dan Mikaela pergi dengan naik mobil online, karena Mikaela tidak ingin saat ini berlama-lama didalam mobil dengan Annisa yang tengah berbahagia. Akhirnya Mikaela menolak untuk diantar oleh Annisa untuk pulang ke rumah, padahal jarang rumah dengan tukang bakso tidak lebih dari lima menit jika ditempuh dengan kendaraan. Mikaela beralasan dia harus pergi ke toko bajunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Raflesia Gendhis
el tersinggung berat
2023-06-30
0
Raflesia Gendhis
mungkin nisa salah ngomong
2023-06-30
0
Ratu Wr
baby nya lahap sama bakso
2023-06-30
0