"Mbak Maya..!" teriak Mikaela dengan gembira. Mikaela berlari kecil menghampiri Maya, memeluknya dan memberikan kecupan cipika-cipiki.
"Ini anak gadis, sudah kuliah. Masih seperti bocah kecil lari-lari" ucap Maya mengomentari tingkah Mikaela yang kekanak-kanakan menurut penglihatannya.
Annisa sedang didandani, mendengar suara Maya mengalihkan pandangannya dari cermin, menatap Maya yang berdiri didepan pintu kamarnya. "Mbak Maya kenapa baru datang sekarang?" tanya Annisa.
Maya masuk, mendekati Annisa. "Maaf, kalau punya anak kecil, begitulah. Pasti sering ada kendala, Naura flu tiba-tiba. Mbak dan Mas Alex membawanya ke dokter dulu. Ini saja, Naura tidak mbak bawa" ucap Maya.
"Musim hujan dan panas, cuaca tidak menentu begini, harus waspada," kata Annisa.
"Bukan anak bayi saja yang terserang flu. Yang dewasa saja kena flu mbak ," kata Mikaela.
"Iya musim hujan sekarang ini, bagi pasangan pengantin baru sangat di nanti..Ih...ada yang enak ini. Musim hujan kan dingin, ada guling hidup yang bisa di peluk." goda Maya .
"Guling hidup? Apa ada guling hidup mbak?" Mikaela bingung dengan apa yang dikatakan Maya. Dia belum ngeh dengan apa yang dikatakan oleh Maya.
"Anak kecil belum ngerti dengan istilah guling hidup, nanti nunggu ela punya guling hidup. Baru mbak beritahu ya," ucap Maya.
"Mbak Maya...aku ini sudah besar ya... ! Akhir tahun ini, aku sudah 19 tahun..!" Mikaela manyun, karena dikatakan anak kecil oleh Maya.
"Baru 19 tahun El, masih kecil itu. Tunggu kepala dua dulu dan sudah punya suami, baru bisa dibilang dewasa," kata Maya kembali.
"Dewasa tidak perlu punya suami mbak," kata Mikaela.
"Sudah punya pacar El?" tanya Maya.
"Tidak laku Mbak." bibir Mikaela mengerucut.
"Eleh... eleh... eleh.. " Maya menguyel-uyel pipi Mikaela.
"Mbak... ! rusak makeup aku...," kata Mikaela seraya melepaskan jemari tangan Maya yang menangkup kedua pipinya.
"Mbak gemas.... !"
"Mbak... Jangan percaya dengan apa yang dikatakan oleh El. Pacar El itu banyak," kata Annisa.
"Hih... Mana ada! Mbak Nisa mengada-ada tuh ..!" protes Mikaela.
"Ternyata gadis kecil kita dulu sudah besar ya, Nisa..."
"Mbak .. Aku tidak ada pacar...! Serius... aku tidak ingin pacaran. Aku ingin fokus ke kuliah," kata Mikaela.
"Yang banyak pacar itu mbak Nisa tuh... putus hari ini, besok sudah ada gandengan baru."
"Iya... Iya. Mbak percaya. Adik Mbak ini tidak seperti gadis di luar sana, yang suka ganti-ganti pasangan. Semoga adik mbak ini akan mendapatkan jodoh yang baik, jodoh sampai menjadi kakek dan nenek."
"Amin." Annisa mengamini apa yang dikatakan oleh Maya, dan Mikaela juga mengamini apa yang diucapkan oleh Maya. Perkataan adalah doa, dan Mikaela mengharapkan apa yang diucapkan Maya doa baginya.
Pintu terbuka dengan kedatangan bunda Aini.
"Sudah selesai dandanannya. Sebentar lagi pengantin pria akan sampai, jangan sampai mereka menunggu" ucap bunda Aini.
"Sudah bunda, lihatlah. Mbak Nisa sudah berubah ! cantik paripurna, secantik putri dari kahyangan," ucap Mikaela mengejek Annisa.
Annisa memainkan matanya dan menggerakkan jemari tangannya, seperti sedang menari.
"El cantik nggak Bun ?" Mikaela bergaya didepan Aini.
"Semua cantik. Nisa, Maya dan El yang imut ini..!" bunda Aini memeluk Mikaela.
"Terima kasih bunda, bunda juga cantik. Seperti ratu Cleopatra.." balas Mikaela.
Tawa canda mereka terhenti, ketika Annisa disuruh keluar.
"Aku gugup! tanganku dingin El," ujar Annisa saat dia berjalan keluar dengan dituntun oleh Maya dan Mikaela.
"Tenang mbak," kata Mikaela.
"Mau pipis aku," kata Annisa.
"Loh... loh... jangan pipis !" kata Maya yang mendengar.
"Bagaimana nih, mbak Maya. Mau pipis." rengek Annisa.
"Tahan ! jangan ngompol," kata Maya.
"Maunya tadi Mbak pake Pampers." ledek Mikaela.
"Huh.... !" dengus Annisa.
Annisa duduk dengan gelisah. Dia takut Damar salah menyebut namanya.
Dengan suara yang lantang dan keras, dengan sekali tarikan napas. Damar mengucapkan ijab qobul. Tidak ada kegugupan saat dia mengucapkan kalimat sakral. Yang menjadikan dia dan Annisa menjadi satu untuk selamanya. Dan hanya maut yang dapat memisahkan mereka.
Selesai ijab qobul, langsung dilakukan resepsi yang sangat meriah. Semua sangat senang dan gembira, begitu juga dengan Mikaela yang sibuk membantu mengawasi menu untuk tamu. Tamu undangan yang hadir memenuhi rumah keluarga Annisa. Pesta pernikahan annisa diadakan diadakan di rumah, karena rumah annisa yang tergolong besar dan mempunyai halaman yang luas. Walaupun keluarga Damar ingin mengadakan pesta di hotel. Tapi mereka menghargai keputusan keluarga Annisa yang akan mengadakan resepsi di rumah saja. Dan Karena mereka keluarga pengusaha dan banyak relasi. Papa dan Mama Damar akan mengada resepsi yang dikhususkan untuk para relasi yang akan diadakan dilakukan di hotel.
Suasana penuh tawa dan canda di pesta pernikahan Annisa dan Damar. Ada satu hati hancur melihatnya. Ada satu orang yang diam-diam dari jauh melihat ke arah rumah Annisa yang ramai oleh tamu undangan. Pria tersebut adalah, Antoni. Dia sengaja datang, walaupun dia tidak diundang oleh Annisa. Antoni datang melihat dari dalam mobilnya. Dia tidak turun menghampiri sang kedua mempelai yang sedang berbahagia.
"Aku sudah kehilanganmu Annisa. Kenapa kau lakukan ini padaku Nisa? Kenapa?" Pertanyaan kenapa-napa terus keluar dari dalam mulut Antoni.
"Begitu mudahnya kau melupakan kisah cinta kita. Bukan baru setahun dua tahun kita bersama. Dalam sekejap mata, kau menghilangkan memori kebersamaan kita dengan begitu mudahnya. Aku kecewa denganmu, Annisa! Kau mengecewakan ku... Kau sangat mengecewakanku... ! Ingin mengharapkan kau tidak bahagia. Tapi aku tidak sepertimu. Aku mengharapkan kau bahagia, Nisa."
Memory Antoni kembali saat Annisa menemuinya dan memutuskan hubungan mereka. Dan Annisa mengatakan dengan terus terang, dia tidak bisa menjalin hubungan cinta dengan Antoni lagi, karena bersama dengan Antoni, Annisa merasa tidak ada kejelasan menuju pernikahan. Karena Antoni masih merintis usaha dan belum bisa membuat Annisa percaya.
"Aku butuh pria yang bisa memberikan aku kehidupan yang layak, Antoni. Kau itu belum bisa ! rumah saja kau masih ngontrak!" kata Annisa saat terakhir mereka bertemu.
Apa yang dikatakan oleh Annisa membuat Antoni sakit hati. Dia tidak mengira Annisa sangat berubah. Dulu Annisa tidak takut dibawa naik motor, sekarang Annisa mengejek motor butut yang selalu membawa Antoni dan Annisa jika malam Minggu tiba.
Antoni menepuk kepalanya untuk menghilangkan bayangan Annisa yang berseliweran di pikirannya.
"Selamat tinggal masa lalu," kata Antoni.
Antoni menghidupkan mesin mobil dan kemudian mobil tersebut mulai melaju dengan pelan meninggalkan area rumah Annisa. Membawa hati seorang pria yang terluka karena ditinggal menikah.
Dari dalam mobil, Antoni membuang satu kantong plastik seraya berkata. "Kau tidak layak untuk aku simpan, semoga ada orang yang akan memungut dan berguna untuk orang yang mengambil," kata Antoni.
Antoni membuang barang-barang pemberian Annisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
shasa
duh jadi kasian deh
2023-07-11
0
✒ Viee ✒
cari yang mau apa adanya
2023-07-05
0
✒ Viee ✒
masih belum mapan, belum tentu gak mampu
2023-07-05
0