Bab 7 Berpikir panjang

Happy reading guys

...----------------...

Tok...tok....

Pintu ruang kerja Damar terbuka dan terlihat seraut wajah wanita yang telah melahirkan Damar kedunia. Damar mengangkat bokongnya dari kursi, begitu melihat kedatangan sang Mama. Kemudian Damar melangkah menghampiri Mamanya dan melabuhkan kecupan di pipi kiri sang Mama.

"Tumben Mama datang berkunjung? Apa Papa tidak ada di ruangannya?" tanya Damar.

"Mama sengaja datang, apa nggak boleh Mama datang mengunjungi putranya yang jarang ditemuinya di rumah?"

Damar membawa mamanya untuk duduk di sofa. "Bukan tidak boleh datang, Ma," kata Damar.

"Dam. Bagaimana persiapan pernikahannya, apa tidak ada kendala? Jika ada yang bisa Mama bantu beritahu pada Mama," kata Mama Damar, Amelia Wiratama. Di usia yang sudah memasuki kepala enam, Amelia Wiratama sang mantan pengacara terkenal di masanya, masih terlihat muda. Mama dua anak tersebut menolak tua, walaupun kedua anaknya Damar Wiratama dan Dania Wiratama sudah dewasa.

"Semua sudah diurus oleh Wedding organizer, Ma. Kita tinggal terima beres saja," kata Damar.

"Masalah undangan?" Tanya Amelia, Mama Damar.

"Mama tulis list, siapa saja yang mau Mama dan Papa undang, biar Damar beri pada Nisa," kata Damar.

"Dam. Apa kau sudah sreg dengan pernikahan ini? Kau belum lama mengenal Annisa," kata Mama Damar yang ragu dengan keputusan sang anak untuk menikah dengan Annisa.

Damar diam.

"Apa tidak kau pikirkan lagi dengan matang pernikahan mu itu Dam? Pernikahan bukan masalah sehari dua hari. Pernikahan masalah seumur hidup. Apa kau benar-benar sudah mantap menjalani pernikahan dengan Annisa? Mama harap ini bukan pelarianmu saja. Karena kau kecewa dengan Aida yang memutuskan hubungan kalian," kata Mama Damar.

Amelia, mamanya Damar kembali membuka mulutnya. "Annisa gadis yang baik. Tapi baik saja tidak cukup untuk kita melangkah kejenjang pernikahan." tambah mamanya.

Damar masih diam. Pandangan matanya terarah kelantai. Lalu Damar mengangkat kepalanya. Dan kemudian pandangan matanya menatap wajah sang Mama.

Damar menarik napas sebelum berkata. " Keputusan untuk menikah dengan Annisa, bukan karena kecewa dengan wanita itu. Ma," kata Damar.

"Mengenai apa yang Mama lihat di restoran itu, apa sudah kau tanyakan pada Annisa. Mama tidak ingin menantu Mama belum bisa lepas dari masa lalunya, Dam. Mama tidak ingin apa yang menimpa Alia terjadi padamu." Mamanya mengingat kisah Alia, adiknya yang bercerai karena dikhianati oleh suaminya yang belum bisa melupakan kekasihnya.

"Pria itu mantan kekasihnya yang belum bisa melepaskan Annisa, Ma. Mereka sudah putus lama. Bukan Damar yang membuat mereka putus." tutur Damar.

"Apa itu yang diceritakan Annisa?" tanya sang Mama. Damar menganggukkan kepalanya.

"Jangan percaya seratus persen, Dam. Mama tidak ingin kau kecewa untuk kedua kalinya."

"Ma. Damar percaya dengan apa yang dikatakan oleh Annisa. Mama juga harus yakin dengan pilihan Damar. Annisa gadis yang baik, Ma," kata Damar.

"Mama tahu, Annisa gadis baik ! Kan Mama katakan tadi, baik saja tidak cukup menjamin pernikahan itu bisa langgeng," kata Amelia.

"Mama takut kau kecewa Dam. Baiklah, Mama tidak akan ikut campur dengan urusan hatimu. Tapi jika Mama tahu Annisa tidak bisa membahagiakanmu, Mama akan ikut campur," kata Mama Damar dan lalu bangkit dari duduknya.

"Sudah. Mama mau keruangan Papa dulu. Nanti kita makan siang sama ya, Dam. Sudah lama kita tidak makan siang bersama, kamu sibuk. Papa juga sibuk. Tinggal Mama sendiri makan siang di rumah sendiri."

"Baik, Ma," sahut Damar.

***

Mikaela, Aira dan Inara melangkah menuju satu stand permainan anak-anak. Ketiganya berhenti dan menatap dengan serius ke area permainan yang dipenuhi dengan anak-anak kecil yang ditemani oleh orangtuanya.

"Untuk apa kita ke sini?" Inara membuka suaranya. Setelah hampir satu menit ketiganya fokus melihat kearah anak-anak yang mandi bola.

"Apa kita mau belajar cara menemani anak bermain?" tambah Inara lagi, setelah pertanyaannya tidak ada yang menjawab.

Aura menyikut lengan Inara. Inara menoleh kearah Aira. "Apa ?" tanya Inara. Aira memberi tanda dengan mengerucutkan bibirnya menunjuk pada Mikaela yang serius menatap anak-anak kecil yang sedang bermain dengan orangtuanya masing-masing. Aira dan Inara langsung bergerak ke posisi masing-masing. Inara kesamping kiri Mikaela dan Aira ke samping kanannya. Kedatangannya memegang lengan Mikaela.

"Betapa bahagianya mereka," kata Mikaela.

"Aku ingin merasakan kegembiraan itu. Bermain bersama dengan kedua orang tua, kakak . Dan mungkin ada adik." Sambung Mikaela.

"El... anggap aku sebagai adikmu," kata Inara.

"Aku jangan kau anggap sebagai orang tua mu, El. Aku masih muda. Kita seumuran," kata Aira bergurau, agar Mikaela melupakan kesedihannya sejenak.

Tawa kecil terdengar dari dalam mulut Mikaela.

"Ayolah... jangan ada kesedihan. Kita ke Mall untuk bergembira. Menghilangkan penat. Jangan sedih-sedih. Oke girls..." Aira menarik Mikaela meninggalkan arena permainan yang sempat membangkitkan rasa sedih pada diri Mikaela.

"OMG... !" Pekik Inara dengan mata bulat sempurna. Langkah kakinya berhenti seketika.

"Hus... ! Suaramu memekikkan telingaku," kata Aira sembari mengusap telinganya dan kemudian sedikit mencubit lengan Inara, agar Inara sadar, di mana saat ini mereka berada.

"Ada apa?" tanya Mikaela pada Inara.

"Cowok keren ! Mirip artis Korea ," kata Inara.

"Mana.. mana?" Aira juga heboh mendengar cowok ganteng mirip artis Korea. Hanya Mikaela yang biasa-biasa saja. Karena dia tidak mengidolakan artis Korea tampan, yang dipanggil oppa oleh para fans negeri ginseng tersebut.

"Kau terlambat, sudah masuk lift," kata Inara.

"Sialann.... !" umpat Aira.

"Wow.... !" Inara kembali berteriak.

"Apa lagi? artis Bollywood?" tanya Mikaela.

"Ini melebihi artis Bollywood dan Korea," kata Inara.

"Ada apa sih.... ?" Aira penasaran dengan orang yang dilihat oleh mata jelalatan Inara.

"Pak Raffi," kata Inara.

"Pak Raffi dosen terganteng di universitas kita?" tanya Aira.

"Iya, tuh.... !" Inara memonyongkan bibirnya menunjuk kearah sasaran pandangan matanya.

Aira dan Mikaela mengikuti arah moncong Inara monyong.

"Dengan siapa Pak Raffi itu? Apa istrinya?" tanya Aira.

"Istrinya? Tidak mungkin! Masa istri setampan Pak Raffi sudah tua," kata Inara.

"Pak Raffi apa sudah menikah?" Aira bertanya pada Mikaela yang hanya diam. Dia tidak menanggapi apa yang diperbincangkan oleh kedua sahabatnya tersebut.

"Koq tanya padaku, mana aku tahu! Kita mau kemana ini? Apa kita diam seharian berdiri di sini," kata Mikaela.

"Ayo kita makan di situ," kata Inara.

"Ayo.." Aira mengiyakan ajakan Inara dengan bersemangat. Jika membahas cowok ganteng, keduanya sepaham, tidak bertengkar.

"Ahh.. nggak... nggak... !" tolak Mikaela.

"Hih... Ela ! Kau itu tidak setia kawan. Kau tahu kan, kami ini mengidolakan Pak Raffi. Mungkin saja Pak Raffi jodohku yang belum kelihatan hilalnya," kata Inara.

"Hei... milikku," kata Aira.

"Sudah! kalian itu kepedean sekali dilirik olehnya," kata Mikaela melerai keduanya ribut merasa ingin memiliki dosen tampan menurut keduanya.

next

Terpopuler

Comments

Raflesia Gendhis

Raflesia Gendhis

wkwkw pemersatu dunia

2023-06-28

1

lira

lira

mama Damar kurang suka dengn annisa..apa nanti akan menjadi mak mertua kejam

2023-06-25

2

Ficha

Ficha

typo thor aura 🤭

2023-06-15

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bahagia
2 Bab 2 BESTie
3 Bab 3 Pengagum rahasia.
4 Bab 4 Kesal
5 Bab 5 Kesal berlanjut
6 Bab 6 Pelampiasan Mikaela
7 Bab 7 Berpikir panjang
8 Bab 8 Bersaing
9 Bab 9 Semoga bahagia
10 Bab 10 Pindah
11 Bab 11
12 Bab 12 Hamil ?
13 Bab 13 Kecewa
14 Bab 14 Babak baru
15 Bab 15 Masih Galau
16 Bab 16 Kabar gembira
17 Bab 17 Bahagia dan sedih
18 Bab 18 Masih sedih
19 Bab 19 Berubah
20 Bab 20 Kecewa
21 Bab 21 Bertemu
22 Bab 22 Berita gembira
23 Bab 23 Dekat
24 Bab 24 kaget
25 Bab 25 Bertemu keluarga besar
26 Bab 26 Terciduk
27 Bab 27 Rengekan bumil
28 Bab 28 Apa yang terjadi.
29 Pengumuman visual
30 Bab 30 Masa lalu
31 Bab 31 Sedih
32 Bab 32 Minta restu
33 Bab 33 Tidak berubah
34 Bab 34 Penolakan
35 Bab 35 Rencana
36 Bab 36 Masih galau
37 Bab 37 Mendadak
38 Bab 38 Masih berusaha
39 Bab 39 Serba mendadak
40 Bab 40 Galau
41 Bab 41 Akhirnya
42 Bab 42 Ada yang belum move on
43 Bab 43 Penasaran
44 Bab 44 Nasihat
45 Bab 45 Kencan pertama
46 Bab 46 Jalan malam
47 Bab 47 Berpisah
48 Bab 48 LDR
49 Bab 49 Definisi cinta
50 Bab 50 Bertemu
51 Bab 51 Gombalan romantis
52 Bab 52 Rasa itu sudah ada
53 Bab 53 BESTie
54 Bab 54 Tidak berubah
55 Bab 55 Pikiran Annisa
56 Bab 56 Kesal
57 Bab 57 Pergi
58 Bab 58 Bertemu
59 Bab 59 Terluka
60 Bab 60 Apa yang terjadi
61 Bab 61 ???
62 Bab 62 Diam
63 Bab 63 Duka
64 Bab 64 Trauma
65 Bab 65 Marah
66 Bab 66 Marah lagi
67 Bab 67 Duka
68 Bab 68 Sadar
69 Bab 69 Sedih
70 Bab 70 TMM
71 Bab 71 Ada Apa Dengan.... ?
72 Bab 72 Cobaan
73 Bab 73 Godaan
74 74 Status
75 Bab 75 Pasrah
76 Bab 76 Apa yang terjadi?
77 Bab 77 Kehilangan
78 Bab 78 Marah
79 Bab 79 Berusaha untuk ikhlas
80 Bab 80 Curiga
81 Bab 81 Sakit hati
82 Bab 82 Ada apa?
83 Bab 83 Kehilangan
84 Bab 84 Marah
85 Bab 85 Permintaan
86 86 Tanpa judul
87 Bab 87 TMM
88 Bab 88 Mengadu
89 Bab 89 Pura-pura
90 Bab 90 Terpaksa
91 Bab 91 Ehm
92 Bab 92 TMM
93 Bab 93 Saling Tuduh
94 Bab 94 Terkejut
95 Bab 95 Merasa bersalah
96 Bab 96 Kecewa
97 Bab 97 Menuju
98 Bab 98 Menuju
99 Bab 99 Kilas balik end
100 Bab 100 Rahasia
101 Bab 101 Ending
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Bab 1 Bahagia
2
Bab 2 BESTie
3
Bab 3 Pengagum rahasia.
4
Bab 4 Kesal
5
Bab 5 Kesal berlanjut
6
Bab 6 Pelampiasan Mikaela
7
Bab 7 Berpikir panjang
8
Bab 8 Bersaing
9
Bab 9 Semoga bahagia
10
Bab 10 Pindah
11
Bab 11
12
Bab 12 Hamil ?
13
Bab 13 Kecewa
14
Bab 14 Babak baru
15
Bab 15 Masih Galau
16
Bab 16 Kabar gembira
17
Bab 17 Bahagia dan sedih
18
Bab 18 Masih sedih
19
Bab 19 Berubah
20
Bab 20 Kecewa
21
Bab 21 Bertemu
22
Bab 22 Berita gembira
23
Bab 23 Dekat
24
Bab 24 kaget
25
Bab 25 Bertemu keluarga besar
26
Bab 26 Terciduk
27
Bab 27 Rengekan bumil
28
Bab 28 Apa yang terjadi.
29
Pengumuman visual
30
Bab 30 Masa lalu
31
Bab 31 Sedih
32
Bab 32 Minta restu
33
Bab 33 Tidak berubah
34
Bab 34 Penolakan
35
Bab 35 Rencana
36
Bab 36 Masih galau
37
Bab 37 Mendadak
38
Bab 38 Masih berusaha
39
Bab 39 Serba mendadak
40
Bab 40 Galau
41
Bab 41 Akhirnya
42
Bab 42 Ada yang belum move on
43
Bab 43 Penasaran
44
Bab 44 Nasihat
45
Bab 45 Kencan pertama
46
Bab 46 Jalan malam
47
Bab 47 Berpisah
48
Bab 48 LDR
49
Bab 49 Definisi cinta
50
Bab 50 Bertemu
51
Bab 51 Gombalan romantis
52
Bab 52 Rasa itu sudah ada
53
Bab 53 BESTie
54
Bab 54 Tidak berubah
55
Bab 55 Pikiran Annisa
56
Bab 56 Kesal
57
Bab 57 Pergi
58
Bab 58 Bertemu
59
Bab 59 Terluka
60
Bab 60 Apa yang terjadi
61
Bab 61 ???
62
Bab 62 Diam
63
Bab 63 Duka
64
Bab 64 Trauma
65
Bab 65 Marah
66
Bab 66 Marah lagi
67
Bab 67 Duka
68
Bab 68 Sadar
69
Bab 69 Sedih
70
Bab 70 TMM
71
Bab 71 Ada Apa Dengan.... ?
72
Bab 72 Cobaan
73
Bab 73 Godaan
74
74 Status
75
Bab 75 Pasrah
76
Bab 76 Apa yang terjadi?
77
Bab 77 Kehilangan
78
Bab 78 Marah
79
Bab 79 Berusaha untuk ikhlas
80
Bab 80 Curiga
81
Bab 81 Sakit hati
82
Bab 82 Ada apa?
83
Bab 83 Kehilangan
84
Bab 84 Marah
85
Bab 85 Permintaan
86
86 Tanpa judul
87
Bab 87 TMM
88
Bab 88 Mengadu
89
Bab 89 Pura-pura
90
Bab 90 Terpaksa
91
Bab 91 Ehm
92
Bab 92 TMM
93
Bab 93 Saling Tuduh
94
Bab 94 Terkejut
95
Bab 95 Merasa bersalah
96
Bab 96 Kecewa
97
Bab 97 Menuju
98
Bab 98 Menuju
99
Bab 99 Kilas balik end
100
Bab 100 Rahasia
101
Bab 101 Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!