Bab 6 Pelampiasan Mikaela

Mikaela menyendok satu sendok penuh sambel kedalam mangkok baksonya, membuat mamang tukang bakso heran.

"Neng sudah pedas ! Masih kurang pedasnya?" tanya Mamang tukang bakso.

"Kurang mang. Hari ini saya mau bakso yang super dahsyat pedasnya," jawab Mikaela.

Mikaela menyuapkan bakso tersebut kedalam mulutnya. Rasa pedas yang menerpa bibir dan lidahnya membuat Mikaela sesekali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Keringat mulai membasahi keningnya dan terdengar suara Mikaela menyedot ingus yang sudah menumpuk di hidung kerena kepedasan.

"Ah... ah....!" Mikaela mengipasi lidahnya yang terjulur keluar.

Mikaela kembali memasukkan bakso kedalam mulutnya, setelah rasa pedas hilang dari mulutnya.

Dan...

"Ah...ah...ah...!" Mikaela kembali menjulurkan lidahnya yang terasa terbakar, dan mengipas-ipas wajahnya dengan jemari tangannya.

"Pedas neng ?" tanya mamang tukang bakso.

"Nggak mang, manis.s.s... sekali  ." Jawab Dinda.

Mamang tukang bakso tertawa mendengar jawaban Mikaela.

"Sudah jelas pedas Mang...! Pakai nanya. Sambelnya terbuat dari apa sih, Mang? Pedas sekali! Sepedas ucapan manusia kulkas itu... !" kata Mikaela.

"Apa cabe sambal ini, yang menanam orang itu." gerutu Mikaela. Mikaela meneguk segelas air sampai tidak tersisa, tapi rasa pedasnya tetap tidak hilang juga.

"Ini neng minum, katanya bisa mengurangi rasa pedas." Mamang tukang bakso meletakkan satu kaleng minuman susu yang bergambar beruang.

"Serius mang?" Mikaela tidak yakin dengan apa yang dikatakan oleh mamang tukang bakso, mengenai susu bergambar beruang bisa menetralisir rasa pedas.

"Serius neng, banyak pelanggan mamang yang minum ini. Coba dah, neng. Lihat muka Eneng sudah merah begitu," ucap mamang tukang bakso.

"Tidak ada salahnya mencoba," kata Mikaela.

Mikaela membuka minuman tersebut, dan langsung meneguknya sampai habis.

Dan, tidak lama kemudian.

"Benar mang, pedas di lidah berkurang," ucap Mikaela.

"Sudah neng, jangan makan yang super pedas. Nanti sakit perut neng" ucap mamang tukang bakso pada Mikaela, yang ingin melanjutkan menyantap baksonya yang tinggal sedikit.

"Sayang mang, mubajir tidak dihabiskan. Nangis nanti baksonya," ucap Mikaela dan kemudian melanjutkan menyantap baksonya.

"Masa bakso bisa nangis Neng," kata Mamang tukang bakso.

"Mamang tidak percaya dengan apa yang aku katakan? Mamang tanya pada bakso Mamang itu, mereka pasti mengiyakan apa yang aku katakan," kata Mikaela sambil menyuapkan bakso bulat-bulat kedalam mulutnya.

"Eneng... ada... ada saja." Mamang tukang bakso menggelengkan kepalanya sembari menatap Mikaela yang sudah menjadi pelanggan setia baksonya sudah lama.

"Nanti sakit perut. Eneng jangan protes ke mamang ya" ucap mamang tukang bakso.

"Bu Aini komplain pada mamang nanti. Mamang bilang, Eneng tidak bisa dibilangin," kata mang tukang bakso.

"Tenang saja mang ." Mikaela kembali menyeruput kuah bakso kedalam mulutnya sedikit demi sedikit.

"Mang, susu cap beruang kutub masih ada?" tanya Mikaela.

"Ada Neng. Mau?" tanya mamang tukang bakso.

"Mau. Minta dua kaleng ya Mang," kata Mikaela.

****

Dalam perjalanan menuju restoran tempat mereka untuk mengenyangkan perut, hanya keheningan yang ada didalam mobil. Annisa menatap keluar jendela. Sedangkan Damar fokus dengan mengemudikan mobilnya melewati jalanan yang padat merayap. Walaupun waktu para pegawai belum pulang dari tempat kerja masing-masing. Tapi jalanan ibukota terlihat macet, dikarenakan mobil angkutan yang berhenti disembarang tempat dan para pedagang yang memakai bahu jalan sampai menyentuh jalan raya. Membuat jalanan semakin semrawut, di hari menjelang sore hari.

Damar melirik kearah Annisa. Dia tahu Annisa marah dengannya.

"Nisa, sudahlah marahnya. Mas benar, adik kamu itu nggak mau ikut dengan kita. Mungkin saja dia ada janji dengan temannya" ucap Damar yang berusaha untuk membujuk Annisa, agar meredakan emosinya.

"Nisa heran dengan Mas Damar lah... Mas itu tidak pernah ramah dengan Ela. Apa Ela pernah buat salah pada Mas Damar?' tanya Annisa.

"Untuk apa mas ramah-ramah dengannya ? Dia bukan siapa-siapa mas ," kata Damar, tanpa merasa salah dengan apa yang baru saja keluar dari dalam mulutnya.

Apa yang dikatakan oleh Damar membuat Annisa meradang. Apa yang dikatakan oleh Damar kembali membangkitkan rasa kesalnya kepada calon suaminya tersebut. Tadi, hatinya sudah sedikit mendingin. Kini kembali panas.

"Mas Damar...! Ela itu adikku, mas. Mas jangan lupa ! Mas menikah denganku, sudah seharusnya mas itu menganggap Ela sebagai adik mas juga. Walaupun Ela bukan adik kandungku, mas. Tapi, aku sudah menganggap Mikaela sebagai adik kandungku sendiri...!" kata Annisa.

"Baik... baiklah... ! maafkan mas ya. Nisa kan tahu, mas itu tidak bisa dekat-dekat dengan seseorang yang belum mas kenal dekat."   Damar mengutarakan kenapa dia tidak bisa dekat dengan Mikaela.

Damar selalu membatasi diri untuk bergaul dengan orang yang tidak berkepentingan dengannya, sehingga dia tidak merapatkan diri dengan mudah. Dengan kedua orangtuanya Annisa juga Damar tidak dekat, dia hanya bicara seperlunya saja pas ayah dan ibunya Annisa.

"Baiklah... jika mas bertemu dengan Ela, mas akan menyapanya. Jika diperlukan, mas akan menyapanya sembari memberikan kecupan dipipinya," kata Damar.

"Nggak sampai segitunya kali mas..!" Annisa memberikan tatapan mata tajam menatap wajah Damar.

Damar tertawa kecil melihat wajah jutek Annisa padanya.

"Tidak usah tertawa! Nggak lucu." Annisa semakin menunjukan raut wajah yang jutek.

"Maaf..maaf. Sekarang kita damai, kan ?"

"Lihat dulu. Jika mas masih kelihatan jutek terhadap Ela, aku akan mendiamkan mas sampai hari pernikahan kita ," kata Annisa.

"Bagaimana hubunganmu dengan pria itu?" tanya Damar.

"Apa?" Annisa menoleh kearah Damar.

"Pria? Maksudnya?" tanya Annisa yang tidak tahu dengan pria yang dimaksud oleh sang calon suami.

"Mantan mu," kata Damar.

Degh..

Raut wajah Annisa berubah. Dia tidak mengira Damar menanyakan tentang pria yang hari ini baru ditemuinya.

"Mas tahu, Nisa tadi menemui pria itu ," kata Damar.

"Mas memata-matai aku, ya?" tuduhan yang dialamatkan Annisa kepada Damar, membuat rahang Damar mengetat. Tapi Damar masih dapat menahan emosinya.

"Mas tidak pernah melakukan seperti yang Nisa TUDUHKAN..!" Ucap Damar dengan menekan kata "TUDUH".

"Mama yang melihat." Sambung Damar.

"Tante..!?" Annisa cukup terkejut. Dia tidak mengira pertemuannya dengan Antoni diketahui oleh Mama Damar. Calon mertuanya.

"Apa Tante mendengar apa yang aku katakan pada Antoni? Semoga tidak." gumam Annisa dalam benaknya.

"Nisa akui Mas, tadi Nisa ketemu dengan Antoni. Antoni itu laki-laki yang pernah dekat denganku," kata Annisa.

"Aku bertemu dengan Antoni, karena ada yang ingin aku kembalikan padanya. Dia pernah memberikan aku barang, berupa kalung, Mas.Tidak mungkin aku menyimpan pemberiannya, karena itu, aku bertemu dengannya untuk mengembalikan kalung pemberiannya." Annisa memberikan alasan, mengapa dia bertemu dengan Antoni.

Melihat Damar hanya diam. Annisa melanjutkan ucapannya, agar Damar tidak menaruh curiga dengan pertemuannya dengan sang mantan kekasihnya tersebut.

"Percayalah, Mas. Nisa tidak ada hubungan lagi dengan laki-laki manapun juga. Pria yang bernama Antoni, hanyalah masa lalu, namanya sudah tidak ada didalam hati ini. Sekarang hanya ada nama Damar. Nama itu yang ada didalam sini." Annisa meraih tangan Damar dan melekatkannya didepan dadanya.

Terpopuler

Comments

shasa

shasa

kasian nyaa kepedesan

2023-07-11

0

BINTANG ARINAA

BINTANG ARINAA

pelampiasan Mika sama seperti Aku nih, bakso pedas hahaha

2023-07-06

0

✒ Viee ✒

✒ Viee ✒

sama n8j, kl kepedesan garuk2 kepalan n beler idung 😅

2023-07-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bahagia
2 Bab 2 BESTie
3 Bab 3 Pengagum rahasia.
4 Bab 4 Kesal
5 Bab 5 Kesal berlanjut
6 Bab 6 Pelampiasan Mikaela
7 Bab 7 Berpikir panjang
8 Bab 8 Bersaing
9 Bab 9 Semoga bahagia
10 Bab 10 Pindah
11 Bab 11
12 Bab 12 Hamil ?
13 Bab 13 Kecewa
14 Bab 14 Babak baru
15 Bab 15 Masih Galau
16 Bab 16 Kabar gembira
17 Bab 17 Bahagia dan sedih
18 Bab 18 Masih sedih
19 Bab 19 Berubah
20 Bab 20 Kecewa
21 Bab 21 Bertemu
22 Bab 22 Berita gembira
23 Bab 23 Dekat
24 Bab 24 kaget
25 Bab 25 Bertemu keluarga besar
26 Bab 26 Terciduk
27 Bab 27 Rengekan bumil
28 Bab 28 Apa yang terjadi.
29 Pengumuman visual
30 Bab 30 Masa lalu
31 Bab 31 Sedih
32 Bab 32 Minta restu
33 Bab 33 Tidak berubah
34 Bab 34 Penolakan
35 Bab 35 Rencana
36 Bab 36 Masih galau
37 Bab 37 Mendadak
38 Bab 38 Masih berusaha
39 Bab 39 Serba mendadak
40 Bab 40 Galau
41 Bab 41 Akhirnya
42 Bab 42 Ada yang belum move on
43 Bab 43 Penasaran
44 Bab 44 Nasihat
45 Bab 45 Kencan pertama
46 Bab 46 Jalan malam
47 Bab 47 Berpisah
48 Bab 48 LDR
49 Bab 49 Definisi cinta
50 Bab 50 Bertemu
51 Bab 51 Gombalan romantis
52 Bab 52 Rasa itu sudah ada
53 Bab 53 BESTie
54 Bab 54 Tidak berubah
55 Bab 55 Pikiran Annisa
56 Bab 56 Kesal
57 Bab 57 Pergi
58 Bab 58 Bertemu
59 Bab 59 Terluka
60 Bab 60 Apa yang terjadi
61 Bab 61 ???
62 Bab 62 Diam
63 Bab 63 Duka
64 Bab 64 Trauma
65 Bab 65 Marah
66 Bab 66 Marah lagi
67 Bab 67 Duka
68 Bab 68 Sadar
69 Bab 69 Sedih
70 Bab 70 TMM
71 Bab 71 Ada Apa Dengan.... ?
72 Bab 72 Cobaan
73 Bab 73 Godaan
74 74 Status
75 Bab 75 Pasrah
76 Bab 76 Apa yang terjadi?
77 Bab 77 Kehilangan
78 Bab 78 Marah
79 Bab 79 Berusaha untuk ikhlas
80 Bab 80 Curiga
81 Bab 81 Sakit hati
82 Bab 82 Ada apa?
83 Bab 83 Kehilangan
84 Bab 84 Marah
85 Bab 85 Permintaan
86 86 Tanpa judul
87 Bab 87 TMM
88 Bab 88 Mengadu
89 Bab 89 Pura-pura
90 Bab 90 Terpaksa
91 Bab 91 Ehm
92 Bab 92 TMM
93 Bab 93 Saling Tuduh
94 Bab 94 Terkejut
95 Bab 95 Merasa bersalah
96 Bab 96 Kecewa
97 Bab 97 Menuju
98 Bab 98 Menuju
99 Bab 99 Kilas balik end
100 Bab 100 Rahasia
101 Bab 101 Ending
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Bab 1 Bahagia
2
Bab 2 BESTie
3
Bab 3 Pengagum rahasia.
4
Bab 4 Kesal
5
Bab 5 Kesal berlanjut
6
Bab 6 Pelampiasan Mikaela
7
Bab 7 Berpikir panjang
8
Bab 8 Bersaing
9
Bab 9 Semoga bahagia
10
Bab 10 Pindah
11
Bab 11
12
Bab 12 Hamil ?
13
Bab 13 Kecewa
14
Bab 14 Babak baru
15
Bab 15 Masih Galau
16
Bab 16 Kabar gembira
17
Bab 17 Bahagia dan sedih
18
Bab 18 Masih sedih
19
Bab 19 Berubah
20
Bab 20 Kecewa
21
Bab 21 Bertemu
22
Bab 22 Berita gembira
23
Bab 23 Dekat
24
Bab 24 kaget
25
Bab 25 Bertemu keluarga besar
26
Bab 26 Terciduk
27
Bab 27 Rengekan bumil
28
Bab 28 Apa yang terjadi.
29
Pengumuman visual
30
Bab 30 Masa lalu
31
Bab 31 Sedih
32
Bab 32 Minta restu
33
Bab 33 Tidak berubah
34
Bab 34 Penolakan
35
Bab 35 Rencana
36
Bab 36 Masih galau
37
Bab 37 Mendadak
38
Bab 38 Masih berusaha
39
Bab 39 Serba mendadak
40
Bab 40 Galau
41
Bab 41 Akhirnya
42
Bab 42 Ada yang belum move on
43
Bab 43 Penasaran
44
Bab 44 Nasihat
45
Bab 45 Kencan pertama
46
Bab 46 Jalan malam
47
Bab 47 Berpisah
48
Bab 48 LDR
49
Bab 49 Definisi cinta
50
Bab 50 Bertemu
51
Bab 51 Gombalan romantis
52
Bab 52 Rasa itu sudah ada
53
Bab 53 BESTie
54
Bab 54 Tidak berubah
55
Bab 55 Pikiran Annisa
56
Bab 56 Kesal
57
Bab 57 Pergi
58
Bab 58 Bertemu
59
Bab 59 Terluka
60
Bab 60 Apa yang terjadi
61
Bab 61 ???
62
Bab 62 Diam
63
Bab 63 Duka
64
Bab 64 Trauma
65
Bab 65 Marah
66
Bab 66 Marah lagi
67
Bab 67 Duka
68
Bab 68 Sadar
69
Bab 69 Sedih
70
Bab 70 TMM
71
Bab 71 Ada Apa Dengan.... ?
72
Bab 72 Cobaan
73
Bab 73 Godaan
74
74 Status
75
Bab 75 Pasrah
76
Bab 76 Apa yang terjadi?
77
Bab 77 Kehilangan
78
Bab 78 Marah
79
Bab 79 Berusaha untuk ikhlas
80
Bab 80 Curiga
81
Bab 81 Sakit hati
82
Bab 82 Ada apa?
83
Bab 83 Kehilangan
84
Bab 84 Marah
85
Bab 85 Permintaan
86
86 Tanpa judul
87
Bab 87 TMM
88
Bab 88 Mengadu
89
Bab 89 Pura-pura
90
Bab 90 Terpaksa
91
Bab 91 Ehm
92
Bab 92 TMM
93
Bab 93 Saling Tuduh
94
Bab 94 Terkejut
95
Bab 95 Merasa bersalah
96
Bab 96 Kecewa
97
Bab 97 Menuju
98
Bab 98 Menuju
99
Bab 99 Kilas balik end
100
Bab 100 Rahasia
101
Bab 101 Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!