"Mikaela." suara seorang pria memanggil Mikaela yang berjalan menuju perpustakaan. Di mana tempat paling nyaman menurut Mikaela saat dia menunggu kedua temannya yang sedang berada di klas mengikuti ujian.
Mikaela mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria yang tidak dikenalnya sedang menatapnya. Baru pertama ini Mikaela melihat sosok pria yang berkacamata itu.
"Ada perlu denganku?" tanya Mikaela pada pria yang diketahuinya, siapa nama pria tersebut.
"Aku ingin memberikan ini." pria tersebut mengeluarkan buku berwarna biru dan menyodorkan buku tersebut pada Mikaela.
Melihat buku yang diberikan oleh pria tersebut, Mikaela sontak gembira.
"Bukuku.... !" Mikaela mengambilnya dan mendekapnya erat didepan dadanya. Sepertinya buku yang didekapnya itu barang yang sangat berharga.
"Terimakasih... terimakasih.... !" seru Mikaela.
"Aku kira tidak akan bisa menemukan buku ini lagi ," kata Mikaela dengan gembira.
"Aku menemukan buku ini dua hari yang lalu dibawah situ," pria itu menunjuk bawah meja tempat Mikaela duduk.
"Aku tanya pada penjaga perpustakaan, dia tidak tahu siapa pemiliknya. Di buku itu hanya ada satu goresan huruf, M saja," kata pria tersebut.
"Koq tahu milikku? Dan nama juga," kata Mikaela.
"Tuhan baik padaku," ujar pria tersebut.
"Tuh... " pria tersebut menunjuk pada cctv yang ada di dalam perpustakaan.
"Oh.... " bibir Mikaela membulat.
"Penjaga perpustakaan cukup mengenalmu, ternyata."
"Oh... ya, kita belum berkenalan. Kenalkan, namaku Dito Nalendra," ucap pria yang bernama Dito sembari mengulurkan tangannya.
Mikaela menyambut uluran tangan Dito dan menyebut namanya. "Mikaela," ujar Mikaela menyebutkan namanya.
"Aku tahu," ujar Dito.
"Oh iya... " Mikaela nyengir, menunjukkan barusan giginya.
"Apa kau jurusan desain ?" tanya Dito.
"Bukan, aku manajemen. Pasti kau mengira aku calon desainer, karena buku ini penuh dengan gambar desain baju," kata Mikaela.
Dito mengangguk.
"Ini hanya hobbiku," kata Mikaela.
"Kau jurusan apa?" tanya Mikaela dengan suara yang pelan, karena sudah banyak yang belajar didalam perpustakaan. Tadi baru beberapa orang yang mencari-cari buku untuk dibaca.
"Aku desain gratis," kata Dito.
"Tahun terakhir." tambah Dito.
"Oh... Senior.. aku harus manggil kak Dito. Maafkan junior yang tidak sopan ini kak," kata Mikaela dengan meluncur.
Dito tertawa melihat raut wajah Mikaela yang terlihat menggemaskan dari pandangan matanya.
Karena perpustakaan sudah penuh dengan orang yang ingin belajar. Mikaela dan Dito keluar dan melanjutkan perpindahan keduanya di kantin.
"Ada yang kau tunggu El?" tanya Dito.
"Kedua temanku masih ada mata kuliah, kak," jawab Mikaela.
"Kak Dito?' tanya balik Mikaela.
"Aku mau bertemu dengan dosen pembimbing," kata Dito.
"Apa tahun ini ikut wisuda, kak ?" tanya Mikaela.
"Semoga. Jika tidak ada perbaikan," sahut Dito.
"Senangnya," kata Mikaela.
"Senang ! Sudah pasti. Takut juga," kata Dito.
"Kenapa takut?" tanya Mikaela.
"Takut tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Tidak mendapatkan pekerjaan begitu selesai kuliah, menjadi momok yang sangat menakutkan bagi mahasiswa yang baru tamat," kata Dito.
"Buka usaha saja, kak. Bisa membuka pintu pekerjaan untuk mahasiswa yang baru tamat."
"Modal dari mana Nona," ujar Dito dengan tertawa.
"He... he... he... " Mikaela tertawa juga.
"Kecil-kecilan dulu kak," kata Mikaela.
Keduanya asik bertukar cerita, seolah-olah keduanya sudah kenal lama. Sampai Mikaela tidak sadar, kedua temannya, Aira dan Inara melihatnya dengan kening mengeryit. Karena mereka tidak mengenal pria yang yang berbicara dengan Mikaela.
"Eem... " Aira mendehem.
Mikaela menoleh ke arah belakang dan melihat kedua temannya menatapnya dengan tatapan mata yang sedikit memicing.
"Kalian sudah keluar?"
"Sudah setengah jam yang lalu. Karena kau asik sekali ngobrol, sehingga tidak tahu kami sudah berdiri di sini seperti patung Pancoran," kata Inara.
"Siapa tuh.... ?" Aira memonyongkan bibirnya, menunjuk Dito.
"Hai.... !" Dito menggoyangkan tangannya menyapa Aira dan Inara.
"Hai ganteng.... !" balas Inara.
"Hai tampan.... !" ujar Aira.
"Ganjen.... !" kata Mikaela yang melihat kedua temannya menyapa Dito dengan gaya yang centil yang dibuat-buat.
Dito hanya bisa nyengir melihat kedua teman Mikaela.
"Kenalkan. Aku Aira Sarifah, temen Mikaela," kata Aira sembari mengulurkan tangannya pada Dito.
"Dito Nalendra," balas Dito.
Inara tidak mau kalah. " Aku Inara Astuti, bestienya Mikaela," kata Inara.
"Sudah... sudah ! cukup berkenalannya, maaf ya kak Dito, keduanya emang begini. Ada sedikit.... " Mikaela mengedikkan kedua bahunya.
Dito tertawa.
"Ayo kita pulang.... !" Mikaela menarik tangan kedua temannya, setelah berpamitan pada Dito.
"Bye... bye kak Dito," ujar Aira. Begitu juga dengan Inara, dia memberikan kiss bye pada Dito.
Sampai di depan universitas, Mikaela dipanggil oleh seorang gadis. Dan gadis tersebut memberikan sekuntum bunga mawar putih pada Mikaela.
"Hei... apa ini ?" Mikaela bingung, karena gadis itu pergi meninggalkannya tanpa mengatakan apapun padanya.
"Dari siapa El, ada suratnya itu," kata Aira.
Mikaela mengambil secarik kertas yang menempel di tangkai bunga mawar putih tersebut.
"Pengagum rahasia," ucap Mikaela.
""Wow... siapa pengagum rahasiamu, El?" tanya Aira.
"Ada yang kau rahasiakan pada kami, El? ayo... siapa laki-laki yang menjadi pengagum rahasia itu? katakan!" Inara melipat kedua tangannya didepan dadanya. Begitu juga dengan Aira, sama seperti Inara.
Matanya memicing tajam menelisik wajah Mikaela. Apa yang dilakukan oleh kedua temannya membuat Mikaela jengah. Dia juga bingung dengan bunga yang diberikan oleh gadis tersebut.
""Katakan El.... !" kata Aira.
""Apa yang harus aku katakan ! aku tidak tahu siapa yang memberikan aku bunga ? orang aneh pasti ini, yang tidak punya kerjaan. Untuk apa aku dikasih bunga ? ulang tahun tidak ! aneh kan? lebih bagus tadi aku dikasih bunga deposito. Bisa dipakai untuk membiayai uang kuliah," kata Mikaela.
Mikaela membuang bunga yang diterimanya kedalam tong sampah.
"Jangan dibuang !" seru Inara, saat melihat Mikaela membuang bunga mawar putih tersebut kedalam tong sampah.
Tapi sayang, teriakan Inara terlambat. Bunga mawar putih tersebut sudah mendiami tong sampah bercampur dengan sampah-sampah dedaunan dan plastik botol minuman.
"Koq dibuang, El ? kan sayang," kata Inara.
"Kau ambil saja," kata Mikaela.
"Ogah ! kau kira aku pemulung," ujar Inara.
"El, hargai pemberian orang. Dia pasti mengeluarkan uang untuk mendapatkan bunga sebagus itu," kata Aira.
Mikaela yang tadinya sudah meninggal tempat dia membuang bunga tersebut, kembali dan mengambil bunga yang sudah dibuangnya kedalam tong sampah.
"Loh... koq diambil lagi, El ?" Aira heran dengan tingkah Mikaela.
"Kan kalian bilang aku tidak menghargai orang yang memberikan bunga ini. Lihat sudah aku ambil, nanti akan aku letakkan bunga ini didalam kamar," kata Mikaela.
Aira dan Inara tersenyum lebar melihat Mikaela memasukkan bunga tersebut kedalam tas sandangnya.
"Sampai rumah, bunganya pasti sudah layu, El. Bunganya kau masukan kedalam tas," kata Aira.
"Ribet sekali sih... hanya bunga," ujar Mikaela ngedumel sembari melangkah meninggalkan Aira dan Inara.
Seraya melangkah. Mikaela bergumam dalam hatinya. " Bukan waktunya untuk memikirkan cinta. Aku harus tamat kuliah, agar tidak memberatkan ayah dan bunda."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Evy
Desain Grafis...
2025-03-10
0
BINTANG ARINAA
nah nah diambil lagi hahaha
2023-07-06
0
kiaKarmila
bukunya sangat berharga ya El
2023-07-01
0