Bab 14 Babak baru

Satu tahun telah berlalu. Mikaela dan kedua temannya, Inara dan Aira sudah bekerja di satu perusahaan. Inara yang berencana untuk melanjutkan studinya batal. Karena restu dari orangtuanya tidak turun, karena Inara anak bungsu dan wanita satu-satunya, membuat kedua orangtuanya berat untuk melepasnya. Akhirnya, Ketiganya bekerja ditempat yang sama, tapi beda divisi. Tetapi setiap jam makan siang, ketiganya selalu bersama-sama. Sehingga rekan-rekan kerja ketiganya, memberikan ketiganya julukan kembar tiga tak seiras.

"Mika, Inara mana?" Faiz menanyakan Inara yang sudah dua hari tidak kelihatan bersama dengan Mikaela dan Aira.

"Cuti." Aira yang menjawab pertanyaan Iwan.

"Mas Faiz naksir Inara?"

"Uhuk..uhuk...!" Pertanyaan Mikaela berhasil membuat Faiz tersedak. Dia tidak mengira Mikaela, yang dipanggilnya Mika, bertanya mengenai perasaannya pada Inara di depan beberapa teman yang berada dalam lift.

"Kenapa Mas? Koq sampai batuk? Apa Mas Faiz mau minum? aku selalu bawa minum ini. Masih fresh, belum tercemar." Aira mengulurkan botol minum yang dipegangnya kepada Faiz.

Faiz menolak botol minum yang diberikan oleh Aira. "Aku tidak apa-apa," kata Faiz.

"Betul mas tidak apa-apa?" tanya Mikaela.

"Iya..iya.. Aku tidak apa-apa ," kata Faiz.

"Mika tidak bisa nyimpan rahasia. Malu aku kan." batin Faiz .

Pintu lift terbuka. Mikaela dan Aira keluar, diikuti Faiz. Dia melangkah cepat, agar langkahnya bisa beriringan dengan Mikaela dan Aira yang melangkahkan kaki menuju kantin .

"Apa aku bisa gabung dengan kalian?" tanya Faiz dengan membawa nampan berisi makan siangnya.

"Silakan Mas Faiz, meja ini bukan milik kami. Siapa saja boleh duduk di sini," kata Mikaela.

Faiz mendudukkan bokongnya dan tidak lama kemudian, minuman yang di pesan datang. Tidak ada suara yang keluar dari dalam mulut ketiganya. Ketiganya fokus menikmati makanan yang tersaji dihadapan ketiganya.

"Mika, apa Inara ada pacar?" tanya Faiz setelah menyelesaikan makannya.

Mikaela dan Aira seketika mengarahkan pandangan matanya, yang tadinya ke ponsel masing-masing. Kini menatap wajah Faiz yang duduk tepat didepan mereka berdua.

"Betulkan... ! Mas naksir Inara? tadi aku tanya, mas itu pura-pura kaget, sampai terbatuk-batuk ." goda Mikaela.

"Untung tidak sampai pingsan." timpal Aira.

"Siapa yang tidak kaget? Mika tanya di depan orang banyak. Kan Mas malu," kata Faiz.

"Huh... sok malu ." ledek Aira.

"Inara belum punya pacar kan ?" Faiz mengulang kembali pertanyaannya.

"Belum punya, tapi ada orang yang spesial yang dekat. Sudah punya, tapi orang itu belum menyatakan perasaanya pada Inara," kata Aira.

"Kalau begitu, Inara masih bebas !" seru Faiz dengan lantang, saking semangatnya mendengar penuturan Aira.

"Bebas juga tidak bisa dibilang bebas, Mas Faiz. Cowok itu selalu berkunjung pada malam Minggu," kata Mikaela.

"Kalau begitu, aku akan ke rumah Inara malam Minggu besok. Bagaimana menurut kalian?" tanya Faiz pada Mikaela dan Aira.

"Sebelum janur kuning melengkung, mas masih bisa berkunjung mendekati Inara. Tapi jika sudah ada cincin melingkar di jari manisnya. Diharamkan untuk mas masuk ke halaman rumah Inara!" kata Mikaela.

'Tidaklah ! aku tidak ingin di cap sebagai perebut bini orang. Singel masih bertabur, untuk apa yang dobel," kata Faiz.

"Good.... !" Aira mengacungkan dua jari jempol.

"Semoga beruntung, mas. Kami hanya bisa bantu doa saja," kata Mikaela.

"Bantu doa dan tolong promosikan aku sebagai pria yang setia ya," kata Faiz.

"Nggak ah... kami kan belum mengenal mas lama. Kami hanya tahu mas dilingkungan kantor. Di luar tidak tahu," kata Mikaela.

"Mas belum punya pacar, atau istri kan?" tanya Aira.

"I'm sure... aku masih jomblo!" Faiz mengacungkan jarinya.

"Awas ! jika bohong!" ancam Mikaela.

****

Pernikahan Annisa dan Damar menginjak tahun kedua. Dan belum ada kabar gembira dalam rumah tangga tersebut. Tetapi tidak pernah ada keributan mengenai belum terdengarnya suara tangis bayi didalam keluarga kecil mereka.

Damar tenang saja, saat sang istri belum menampakkan tanda-tanda kehamilan. Tetapi beda dengan Annisa. Dia selalu bertanya-tanya, kenapa dia belum hamil juga. Apalagi, saat ada temannya yang baru menikah dua bulan. Dan, sekarang dalam keadaan hamil. Membuat Annisa semakin galau dan takut. Dia tidak akan bisa memberikan sang suami, Damar. Keturunan. Dan akan berimbas pada pernikahannya.

"Mas, kenapa aku belum hamil-hamil juga ya?" Annisa menghampiri Damar yang sedang mengerjakan pekerjaan kantor yang selalu dibawanya pulang. Kebiasaan ini yang membuat Annisa sering marah pada sang suami. Karena kalau sudah kerja. Damar tidak kenal waktu. Dia sering berlama-lama berada diruang kerjanya.

"Nisa. kita baru menikah dua tahun. Ada pasangan yang menikah sudah sepuluh tahun, belum dikaruniai anak. Kita baru dua tahun, tenang saja. Mas sabar menunggu hari di mana rumah kita ini akan dipenuhi dengan suara tawa anak-anak kita." Damar selalu berusaha untuk menghibur Annisa. Jika sang istri sudah mulai menyinggung masalah anak.

"Mas yang bisa tenang. Aku yang selalu merasa tidak enak, Mas... ! Jika ada pertemuan keluarga, semua membicarakan anak. Sedangkan Aku hanya bisa diam, Mas..!" seru Annisa dengan bibir manyun .

"Papa dan Mama juga pasti sangat mengharapkan anak dari mas Damar. Mas Damar itu anak laki-laki satu-satunya. Mas itu penerus keluarga Wiratama. Bukan Dania," kata Annisa menyinggung adik Damar Dania.

"Evi saja sudah mau punya anak dua. Kita, satu saja belum terlihat wujud keberadaannya." sambung Annisa, menyebut sepupu Damar yang baru menikah dua tahun yang lalu. Dan sekarang hamil anak kedua.

"Lalu, Mas harus apa? kita setiap malam selalu membuatnya? tetapi Allah belum meniupkan ruh kedalam kandunganmu. Apa mas harus protes pada Allah?" Damar menutup laptopnya. Dan kemudian Damar memutar badannya, menoleh kearah Annisa.

Damar menggeser tubuhnya, tangannya meraba perut Annisa dan mengusap dengan lembut. "Sabar, hanya itu yang harus kita lakukan. Allah SWT tidak akan memberikan kita ujian yang berat. Allah menguji kita. Apa kita bisa melewati ujian ini, jika bisa. Allah akan memberikan kita keturunan yang banyak." Damar merangkul bahu Annisa.

"Apa Mas bisa sabar? Adik sepupu mas sudah punya momongan. Mas yang lebih tua belum di berikan momongan," kata Annisa yang mengingatkan Damar mengenai Evi adik sepupunya Damar kembali.

"Memiliki seorang anak bukanlah suatu perlombaan. Siapa yang duluan mendapatkan seorang anak. Dia yang akan menjadi pemenang. Lihat saja, kita nanti yang lebih banyak anak. Anak kita nanti ada sepuluh," ucap Damar dengan nada  bergurau. Apa yang dikatakannya, agar Annisa tidak semakin larut dalam kesedihan.

"Mas ini... aku serius..!" Annisa memanyunkan bibirnya. Dia kesal mendengar gurauan sang suami.

"Mas juga serius. Lihat nanti, anak-anak kita akan launching setahun sekali." Damar kembali melucu.

"Kalau tidak launching, bagaimana?" tanya Annisa.

"Sudah nasib kita, menua hanya berdua," jawab Damar dengan santai.

Next

Terpopuler

Comments

✒ Viee ✒

✒ Viee ✒

cek aja ke dokter

2023-07-09

0

Raflesia Gendhis

Raflesia Gendhis

wow gilaaa pabriknya jebol wkwk

2023-06-29

0

Ratu Wr

Ratu Wr

sabar anisa

2023-06-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bahagia
2 Bab 2 BESTie
3 Bab 3 Pengagum rahasia.
4 Bab 4 Kesal
5 Bab 5 Kesal berlanjut
6 Bab 6 Pelampiasan Mikaela
7 Bab 7 Berpikir panjang
8 Bab 8 Bersaing
9 Bab 9 Semoga bahagia
10 Bab 10 Pindah
11 Bab 11
12 Bab 12 Hamil ?
13 Bab 13 Kecewa
14 Bab 14 Babak baru
15 Bab 15 Masih Galau
16 Bab 16 Kabar gembira
17 Bab 17 Bahagia dan sedih
18 Bab 18 Masih sedih
19 Bab 19 Berubah
20 Bab 20 Kecewa
21 Bab 21 Bertemu
22 Bab 22 Berita gembira
23 Bab 23 Dekat
24 Bab 24 kaget
25 Bab 25 Bertemu keluarga besar
26 Bab 26 Terciduk
27 Bab 27 Rengekan bumil
28 Bab 28 Apa yang terjadi.
29 Pengumuman visual
30 Bab 30 Masa lalu
31 Bab 31 Sedih
32 Bab 32 Minta restu
33 Bab 33 Tidak berubah
34 Bab 34 Penolakan
35 Bab 35 Rencana
36 Bab 36 Masih galau
37 Bab 37 Mendadak
38 Bab 38 Masih berusaha
39 Bab 39 Serba mendadak
40 Bab 40 Galau
41 Bab 41 Akhirnya
42 Bab 42 Ada yang belum move on
43 Bab 43 Penasaran
44 Bab 44 Nasihat
45 Bab 45 Kencan pertama
46 Bab 46 Jalan malam
47 Bab 47 Berpisah
48 Bab 48 LDR
49 Bab 49 Definisi cinta
50 Bab 50 Bertemu
51 Bab 51 Gombalan romantis
52 Bab 52 Rasa itu sudah ada
53 Bab 53 BESTie
54 Bab 54 Tidak berubah
55 Bab 55 Pikiran Annisa
56 Bab 56 Kesal
57 Bab 57 Pergi
58 Bab 58 Bertemu
59 Bab 59 Terluka
60 Bab 60 Apa yang terjadi
61 Bab 61 ???
62 Bab 62 Diam
63 Bab 63 Duka
64 Bab 64 Trauma
65 Bab 65 Marah
66 Bab 66 Marah lagi
67 Bab 67 Duka
68 Bab 68 Sadar
69 Bab 69 Sedih
70 Bab 70 TMM
71 Bab 71 Ada Apa Dengan.... ?
72 Bab 72 Cobaan
73 Bab 73 Godaan
74 74 Status
75 Bab 75 Pasrah
76 Bab 76 Apa yang terjadi?
77 Bab 77 Kehilangan
78 Bab 78 Marah
79 Bab 79 Berusaha untuk ikhlas
80 Bab 80 Curiga
81 Bab 81 Sakit hati
82 Bab 82 Ada apa?
83 Bab 83 Kehilangan
84 Bab 84 Marah
85 Bab 85 Permintaan
86 86 Tanpa judul
87 Bab 87 TMM
88 Bab 88 Mengadu
89 Bab 89 Pura-pura
90 Bab 90 Terpaksa
91 Bab 91 Ehm
92 Bab 92 TMM
93 Bab 93 Saling Tuduh
94 Bab 94 Terkejut
95 Bab 95 Merasa bersalah
96 Bab 96 Kecewa
97 Bab 97 Menuju
98 Bab 98 Menuju
99 Bab 99 Kilas balik end
100 Bab 100 Rahasia
101 Bab 101 Ending
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Bab 1 Bahagia
2
Bab 2 BESTie
3
Bab 3 Pengagum rahasia.
4
Bab 4 Kesal
5
Bab 5 Kesal berlanjut
6
Bab 6 Pelampiasan Mikaela
7
Bab 7 Berpikir panjang
8
Bab 8 Bersaing
9
Bab 9 Semoga bahagia
10
Bab 10 Pindah
11
Bab 11
12
Bab 12 Hamil ?
13
Bab 13 Kecewa
14
Bab 14 Babak baru
15
Bab 15 Masih Galau
16
Bab 16 Kabar gembira
17
Bab 17 Bahagia dan sedih
18
Bab 18 Masih sedih
19
Bab 19 Berubah
20
Bab 20 Kecewa
21
Bab 21 Bertemu
22
Bab 22 Berita gembira
23
Bab 23 Dekat
24
Bab 24 kaget
25
Bab 25 Bertemu keluarga besar
26
Bab 26 Terciduk
27
Bab 27 Rengekan bumil
28
Bab 28 Apa yang terjadi.
29
Pengumuman visual
30
Bab 30 Masa lalu
31
Bab 31 Sedih
32
Bab 32 Minta restu
33
Bab 33 Tidak berubah
34
Bab 34 Penolakan
35
Bab 35 Rencana
36
Bab 36 Masih galau
37
Bab 37 Mendadak
38
Bab 38 Masih berusaha
39
Bab 39 Serba mendadak
40
Bab 40 Galau
41
Bab 41 Akhirnya
42
Bab 42 Ada yang belum move on
43
Bab 43 Penasaran
44
Bab 44 Nasihat
45
Bab 45 Kencan pertama
46
Bab 46 Jalan malam
47
Bab 47 Berpisah
48
Bab 48 LDR
49
Bab 49 Definisi cinta
50
Bab 50 Bertemu
51
Bab 51 Gombalan romantis
52
Bab 52 Rasa itu sudah ada
53
Bab 53 BESTie
54
Bab 54 Tidak berubah
55
Bab 55 Pikiran Annisa
56
Bab 56 Kesal
57
Bab 57 Pergi
58
Bab 58 Bertemu
59
Bab 59 Terluka
60
Bab 60 Apa yang terjadi
61
Bab 61 ???
62
Bab 62 Diam
63
Bab 63 Duka
64
Bab 64 Trauma
65
Bab 65 Marah
66
Bab 66 Marah lagi
67
Bab 67 Duka
68
Bab 68 Sadar
69
Bab 69 Sedih
70
Bab 70 TMM
71
Bab 71 Ada Apa Dengan.... ?
72
Bab 72 Cobaan
73
Bab 73 Godaan
74
74 Status
75
Bab 75 Pasrah
76
Bab 76 Apa yang terjadi?
77
Bab 77 Kehilangan
78
Bab 78 Marah
79
Bab 79 Berusaha untuk ikhlas
80
Bab 80 Curiga
81
Bab 81 Sakit hati
82
Bab 82 Ada apa?
83
Bab 83 Kehilangan
84
Bab 84 Marah
85
Bab 85 Permintaan
86
86 Tanpa judul
87
Bab 87 TMM
88
Bab 88 Mengadu
89
Bab 89 Pura-pura
90
Bab 90 Terpaksa
91
Bab 91 Ehm
92
Bab 92 TMM
93
Bab 93 Saling Tuduh
94
Bab 94 Terkejut
95
Bab 95 Merasa bersalah
96
Bab 96 Kecewa
97
Bab 97 Menuju
98
Bab 98 Menuju
99
Bab 99 Kilas balik end
100
Bab 100 Rahasia
101
Bab 101 Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!