Happy reading guys
...----------------...
Mikaela tiba di rumah Aira dan membanting tubuhnya di atas ranjang dan mengeluarkan suara tangisan.
"El... Ada apa? Kau terus menangis. Apa yang bisa aku bantu, jika datang-datang kau hanya menangis. Tanpa mengatakan apa yang telah membuat kau sedih begini?" Aira memberikan tisu untuk mengeringkan air mata yang terus mengalir membasahi kedua pipi Mikaela.
Mikaela membuka suaranya. " Aku sedih... aku kecewa .... !" seru Mikaela disela-sela suara lirih tangisnya yang terdengar dari dalam mulutnya.
"Kenapa ? apa ada masalah dengan toko ?" tanya Aira.
"Apakah aku menganggu kehidupan mereka..?" tanya Mikaela. Dia tidak menjawab pertanyaan Aira, dia yang bertanya pada Aira.
"Kehidupan siapa?" Aira bingung, karena Mikaela bercerita setengah-setengah dan tidak jelas. Apa yang membuat temannya itu, datang-datang kerumahnya dalam keadaan sedih dan akhirnya menangis.
Pintu kamar Aira terbuka dari luar. Inara dihubungi Aira tiba, tanpa menunggu waktu lama. Karena rumahnya dekat dengan rumah Aira, hanya membutuhkan waktu lima menitan.
"Ada apa? Kenapa kau menyuruhku datang? Aku belum mandi, lihat aku masih memakai baju tidur ." pertanyaannya meluncur dari mulut Inara, yang datang hanya dengan memakai baju tidur dengan rambut yang di cepol.
Aira tidak menjawab pertanyaan Inara. Aira mengerucutkan bibirnya kearah Mikaela yang telungkup di ranjang.
"Kenapa?" tanya Inara.
Aira mengendikkan bahunya.
Inara mendengar sayup-sayup isakan dari mulut Mikaela. Dia naik keatas ranjang dan menepuk-nepuk punggung Mikaela.
"Siapa yang membuatmu menangis, El? Apa tokomu mengalami masalah?" tanya Inara.
Mikaela diam. Dia hanya telungkup di tempat tidur Aira dan sesekali terdengar suara Mikaela menarik ingusnya.
"Ayolah El, cerita... ! Bagaimana kami bisa membantumu, jika kau hanya menangis," kata Aira.
Mikaela memutar badannya. Dia bangkit dan duduk di ranjang. Terlihat wajah Mikaela yang bersimbah air mata, dengan kedua mata yang sembab, efek dari lamanya dia menangis.
"Tidak pernah aku melihatmu seperti ini El. Kau kenapa...? katakan! kau bukan seperti Mikaela yang kami kenal. Mana Mikaela yang kuat? Mikaela yang selalu gembira." Aira mengambil tangan Mikaela dan menggenggamnya.
Tangis Mikaela semakin kencang terdengar. Air matanya semakin deras mengalir membasahi kedua pipinya.
Aira dan Inara memeluk Mikaela yang duduk dengan menekuk lututnya, dengan wajah ditundukkannya diantara kedua lututnya.
Dengan tersendat-sendat disela-sela suara tangisnya. Mikaela meluapkan perasaannya yang kecewa mendengar apa yang dikatakan oleh Annisa.
"Apa benar yang dikatakan mbak Nisa seperti itu El?" tanya Inara yang tidak begitu yakin dengan apa yang baru saja diceritakan oleh Mikaela.
"Aku tidak bohong! Mbak Nisa tidak suka aku berbakti pada ayah bunda. Apa kehadiranku begitu membuat Mbak Nisa merasa tersaingi? Aku tidak menopoli kasih sayang ayah dan bunda, aku hanya minta sedikit kasih sayang yang mereka miliki. Hanya sedikit...! Apa hal itu sangat berlebihan di mata Mbak Nisa... ?" Mikaela menatap kedua wajah temannya yang kini duduk di depannya.
"El. Mungkin maksud mbakmu itu tidak seperti yang ada dalam pikiranmu. Mungkin Mbak Nisa kasihan padamu, karena menggantikannya dalam menjaga ayah dan bunda, setelah mbakmu itu menikah. Kini, setelah mbakmu merasa kau telah lebih dewasa dan berhak untuk membina hidup baru dengan laki-laki yang menyayangimu, dia ingin yang menjaga ayah dan bunda. Karena dia putrinya," kata Aira.
"Dia ingin kau bahagia, seperti dia saat ini," kata Inara.
"Aku juga putri ayah dan bunda. Walaupun aku terlahir bukan dari rahim bunda. Apa aku tidak berhak untuk menjaga dan merawat mereka? Mereka yang telah merawat aku sejak bayi. Mengajar aku berjalan, bicara dan mengajari aku tentang kebaikan. Apakah aku tidak berhak untuk balas Budi pada ayah dan bunda?" Mikaela menatap wajah kedua temannya dengan wajah bersimbah air mata yang mengalir dari kedua bola matanya.
Aira dan Inara tidak bisa berkata apapun lagi. keduanya hanya mendengar luapan isi hati Mikaela. Apapun yang dikatakan, jika orang kondisi orang itu sedang dalam keadaan bersedih, tidak akan bisa diterima oleh akal orang yang sedang galau. Makanya, kedua temannya menunggu Mikaela tenang dulu. Sekarang keduanya hanya sebagai pendengar yang baik, tidak menginterupsi Mikaela bicara.
Setelah Mikaela sedikit tenang, baru kedua temannya, Aira dan Inara bicara dari hati kehati dengan Mikaela.
"Aku tidak tahu harus berkata apa, El. Tapi aku berharap kau tidak berubah pada ayah dan bunda. Apa yang dikatakan oleh Mbak Nisa, jangan kau simpan didalam hati. Mungkin maksud dari Mbak Nisa bukan seperti yang kau pikirkan," kata Aira.
"Betul yang dikatakan Aira, El. Jangan sampai masalah dengan apa yang dikatakan oleh mbakmu itu, membuat hubunganmu dengan ayah dan bunda renggang. Mereka tidak tahu apa-apa. Niatmu untuk membahagiakan ayah dan bunda, lakukan saja. Niatmu itu bagus, bukan untuk monopoli kasih sayang ayah bunda untukmu seorang. Pasti nanti Mbak Nisa akan tahu niat tulusmu, bukan untuk menjauhkan mbakmu dari ayah dan bundanya," kata Inara.
"Dia ingin aku menikah, agar aku tidak menjadi beban ayah dan bunda! apa aku beban bagi mereka?" tanya Mikaela pada kedua temannya.
"Kau tidak mungkin menjadi beban. Kau sudah bisa mencari uang sendiri, El," kata Aira.
"Kau itu tidak perlu diberi susu dan digantikan popok setiap malam dan jam," ucap Inara dengan bergurau.
"Benar !" timpal Aira.
"Kau itu sudah mandiri, El. Kau itu bukan beban! yang bisa dikatakan masih menjadi beban itu, aku ini. Sudah bekerja, tapi akhir bulan selalu minta uang pada bokap nyokap," kata Inara.
"Idem... aku juga, tadi masih nodong makku, minta diisikan pulsa," kata Aira dengan tertawa.
"Sudah, jangan sedih lagi. Anggap saja perkataan mbakmu itu kau dengar dari sinetron dari dalam televisi. Bukan mbakmu yang bicara, tapi artis ikan terbang," kata Inara.
"True !" sahut Inara.
*
*
Sejak hari, di mana Annisa berkata yang membuat Mikaela sedih. Mikaela selalu berusaha untuk tidak bertemu dengan Annisa. Sedangkan hubungannya dengan Ayah dan bunda masih seperti sedia kala, tidak ada yang berubah. Hanya Mikaela sedikit mengurangi interaksi dengan ayah bunda. Dengan cara sepulang dari kerja, Mikaela selalu berlama-lama di tokonya. Hari sudah merangkak malam, baru Mikaela keluar dari tokonya. Dan setiap bundanya bertanya, kenapa dia selalu larut malam pulang. Mikaela selalu beralasan sibuk mengurus tokonya yang sibuk disaat menjelang hari-hari besar di Indonesia.
Hari ini Annisa datang ke rumah orangtuanya, karena dia ingin bertemu dengan Mikaela. Karena Mikaela selalu beralasan sibuk, setiap Annisa mengajaknya bertemu. Dan membalas pesan yang dikirimnya dengan kalimat yang singkat-singkat saja. Dia ingin membahas masalah ulangtahun sang bunda, sekaligus untuk memberi kabar mengenai kehamilannya pada semua orang, termasuk pada sang suami yang belum mengetahui bahwasanya dia akan memiliki seorang anak kurang dari delapan bulan lagi.
Setelah selesai makan malam, tanpa kehadiran Mikaela. Annisa bertanya, apa Mikaela selalu pulang dalam keadaan larut malam seperti malam ini, pada bundanya.
"Iya... El sibuk di toko," jawab Bunda Aini.
Next....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ratu Wr
baperan mikaela yaa
2023-07-08
0
Ratu Wr
pasti gak gitu maksudnya ela
2023-07-08
0
Raflesia Gendhis
kayaknya peu lebaran dan maap2an nih wkwkwk.
mungkin nisa emg salah ngomong el
2023-06-30
0