Bab 13 Kecewa

"Jantung mbak dag..dig..dug... nih." Annisa memegang dadanya. Jemari tangannya merasakan degupan irama jantungnya yang tidak beraturan.

"Tenang saja mbak... Apapun hasilnya. Kita harus terima. Tapi, El yakin nih... Mbak itu pasti hamil." Mikaela memberikan semangat pada Annisa yang terlihat gugup.

Lima belas menit kemudian, keduanya keluar. Raut wajah Annisa terlihat tidak baik-baik saja, begitu juga dengan Mikaela.

"Maafkan El, Mbak ."

"Kenapa minta maaf? Ini bukan kesalahanmu El....," kata Annisa.

"Aku yang mengajak mbak periksa ke rumah sakit," kata Mikaela.

"Mbak tadi sudah mengatakan, bahwa mbak tidak hamil. Tapi aku tetap ngeyel yang mengatakan bahwa mbak hamil ."

"Sudahlah... Tidak ada yang salah. Mbak tidak kecewa koq. Mungkin Allah merasa bahwa mbak belum pantas untuk mengurus bayi. Mbak harus belajar untuk ikhlas. Jangan menyerah dan harus lebih banyak berdoa dan berbuat baik." tutur Annisa.

"Ini baru Mbak Nisa yang pantang menyerah. Lagipula usia pernikahan mbak juga baru seumur jagung, jangan di jadikan beban pikiran," kata Mikaela.

"Melihat teman-teman yang menikah, dan mereka banyak yang langsung hamil. Mbak merasa badan mbak ini ada yang salah. Apa Mbak man...."

"Mbak... Stop!!" Mikaela memotong ucapan Annisa, sehingga Annisa tidak melanjutkan perkataan apa yang sudah berada di ujung bibirnya.

"Jangan ucapkan apa yang ingin mbak ucapkan tadi. Apa Mas Damar menekan Mbak ? atau mertua mbak, karena mbak belum hamil?" Mikaela memicingkan matanya dan keningnya mengernyit, menunggu apa yang dikatakan oleh Annisa mengenai apa yang ditanyakan nya.

Annisa menggelengkan kepalanya.

"Jika mbak belum hamil, bukan salah mbak saja. Kenapa setiap wanita belum hamil, selalu wanita yang dicurigai tidak bisa hamil? mungkin saja sang pria yang tidak bisa membuat istrinya hamil," kata Mikaela.

"Jika Mas Damar dan keluarganya tidak menekan Mbak, kenapa Mbak stress?"

"Teman-teman Mama, teman mbak yang selalu bertanya setiap bertemu. Setiap Mbak ikut mama arisan. Teman-temannya mama selalu bertanya apa sudah ada kabar baik dan mereka selalu membanggakan cucu-cucunya," Annisa.

"Kalau hanya kenalan yang usil, biarkan saja mbak. Yang penting Mas Damar dan orangtuanya tidak mendesak, santai saja."

"Betulkan, Mas Damar dan orangtuanya tidak mendesak mbak ?"

Lagi-lagi Annisa menggelengkan kepalanya.

"Kalau mereka tidak menekan Mbak, untuk apa menjadi beban mbak. Bawa santai saja mbak. Jangan di jadikan beban. Baru menikah beberapa bulan, sudah stress. Orang yang bertahun-tahun menikah, tapi belum dianugerahi momongan banyak Mbak."

"Mbak yang tadi juga baru mendapatkan anugerah setelah menikah tujuh tahun. Lah... mbak baru beberapa bulan, sudah frustasi." Mikaela mengingat Annisa dengan wanita yang mereka temui di praktek dokter kandungan tadi.

"Mbak merasa tidak nyaman."

"Bawa rileks mbak. Pikiran yang tidak tenang bisa mempengaruhi tubuh kita, mbak. Mulai saat ini, mbak tenang dan dan banyak berdoa."

"Jangan dijadikan beban apa yang orang katakan," kata Mikaela.

*

*

Tiga orang gadis keluar dari gedung universitas. Ketiganya menunjukkan raut wajah yang gembira. Hari ini Ketiganya baru saja menjalani sidang skripsi dengan hasil yang memuaskan.

Ketiganya melangkah menuju mobil Aira, karena dari universitas mereka akan berkumpul di rumah Inara untuk merayakan keberhasilan mereka dalam menjalani sidang skripsi.

"Akhirnya, aku tidak perlu melihat wajah Mak Erot," ujar Inara yang tiduran di atas lantai ditutupi karpet warna coklat.

"Mak Erot? siapa Mak Erot?" tanya Mikaela.

Mikaela dan Aira menatap wajah Inara. Keduanya menunggu. Siapa yang di maksudkan oleh Inara sebagai Mak Erot.

"Bu Erica... Aku sebel dengan Bu Erica...! selama aku bimbingan dengannya. Aku ini seperti kurir dibuatnya. Bukan seperti mahasiswa yang sedang bimbingan," ujar Inara.

Mikaela dan Aira tertawa ngakak.

"Bagus dong, sebagai kurir. Apalagi, jika diberi upah. Tebal isi dompet," kata Aira.

"Boro-boro dikasih upah, diberi ucap terima kasih juga tidak..!" kata Inara ketus.

"Aku dengar-dengar, Bu Elma judes habis pada mahasiswi dibawah bimbingannya. Dia itu hanya ramah pada mahasiswa saja," kata Inara.

"Mungkin Bu Elma pernah rebutan cinta dengan seorang mahasiswi," kata Mikaela.

"Mungkin." timpal Aira.

"Aku senang, kita akan lulus kuliah. Tapi aku juga sedih, kita tidak akan sering bertemu," kata Aira.

"Apa kau jadi meneruskan S2 di luar negeri ?" tanya Mikaela pada Inara.

"Itu dia, aku juga bingung," jawab Inara.

"Kalau aku sarankan ya, kau itu tidak usah S2 di luar negeri," kata Aira.

"Kenapa kau larang Inara S2 keluar negeri, Aira?" tanya Mikaela.

"Iya... kenapa kau larang aku melanjutkan kuliah keluar negeri. Apa kau akan merindukanku ?" tanya Inara pada Aira.

"Oh... tidak! untuk apa rindu padamu. Aku kasihan saja padamu, Inara. Di sini ada Mikaela yang selalu mengerjakan tugas kuliahmu. Jika kau sekolah diluar, siapa yang akan mengerjakan tugas kuliahmu?" kata Aira meledek Inara.

"Bushett.... !" umpat Inara.

"Apa yang aku katakan, benarkan? selama ini kau selalu dibantu menyelesaikan tugas kuliahmu. Skripsi saja kau dibantu," kata Aira.

"Kau bilang aku bodoh!" seru Inara dengan raut wajah jutek menatap Inara.

"Kau itu bukan bodoh sih... hanya kau itu, pe...ma...las !" kata Aira meledek Inara.

Lemparan diberikan Inara pada Aira. Guling mendarat sempurna menerpa tubuh Aira yang terbaring telentang.

"Menyebalkan.... !" gerutu Inara.

"He... he... sorry... just kidding ya... hal-hal ini nanti yang akan kita rindukan, saling meledek," kata Aira.

"Iya ," sahut Mikaela.

Dia tidak bisa membayangkan, bagaimana dia nanti berpisah dengan kedua temannya yang selalu setia mendengar curahan hatinya.

"Aku akan tetap di sini, kita cari kerja ditempat yang sama ya El," kata Aira.

Mikaela yang masih dalam keadaan melamun, tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Aira.

"Mikaela!" panggil Aira dengan suara yang sedikit keras.

"Apa?" Mikaela melihat Aira dengan sedikit mengangkat kepalanya.

"Kau melamun? apa kau ada masalah?" tidak Aira.

"Iya El, kau koq sedikit irit bicara hari ini. Ada apa?" tanya Inara.

"Aku hanya merasa sedih, akan kehilangan dua sahabat. Kalian selama ini menjadi tempat aku berkeluh kesah, nanti kita tidak akan bisa saling curhat," kata Mikaela.

Inara bangun dan menggeser posisi tubuhnya mendekati Mikaela dan merebahkan tubuhnya di samping Mikaela, begitu juga dengan Aira merebahkan tubuhnya di sisi kanan Mikaela.

"Walaupun kita tidak bisa berkumpul seperti ini setiap hari, kita masih bisa berkumpul melalui video call. Melalui saluran virtual, kita bisa tetap saling menguatkan," kata Aira.

"Iya... kau juga bisa membantuku menyelesaikan tugas kuliah melalui sambungan virtual," kata Inara dengan tertawa.

"Enak bener lu Nona.... !" seru Mikaela.

"Enak dikau, rugi El," kata Aira.

Ketiga tertawa terbahak-bahak.

Next...

Terpopuler

Comments

✒ Viee ✒

✒ Viee ✒

weleh ternyata dibantu mikaela

2023-07-09

0

Raflesia Gendhis

Raflesia Gendhis

sabar el yg penting ga hilang komunikasi

2023-06-29

0

Ratu Wr

Ratu Wr

jangan mikir yang enggak enggak dong

2023-06-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bahagia
2 Bab 2 BESTie
3 Bab 3 Pengagum rahasia.
4 Bab 4 Kesal
5 Bab 5 Kesal berlanjut
6 Bab 6 Pelampiasan Mikaela
7 Bab 7 Berpikir panjang
8 Bab 8 Bersaing
9 Bab 9 Semoga bahagia
10 Bab 10 Pindah
11 Bab 11
12 Bab 12 Hamil ?
13 Bab 13 Kecewa
14 Bab 14 Babak baru
15 Bab 15 Masih Galau
16 Bab 16 Kabar gembira
17 Bab 17 Bahagia dan sedih
18 Bab 18 Masih sedih
19 Bab 19 Berubah
20 Bab 20 Kecewa
21 Bab 21 Bertemu
22 Bab 22 Berita gembira
23 Bab 23 Dekat
24 Bab 24 kaget
25 Bab 25 Bertemu keluarga besar
26 Bab 26 Terciduk
27 Bab 27 Rengekan bumil
28 Bab 28 Apa yang terjadi.
29 Pengumuman visual
30 Bab 30 Masa lalu
31 Bab 31 Sedih
32 Bab 32 Minta restu
33 Bab 33 Tidak berubah
34 Bab 34 Penolakan
35 Bab 35 Rencana
36 Bab 36 Masih galau
37 Bab 37 Mendadak
38 Bab 38 Masih berusaha
39 Bab 39 Serba mendadak
40 Bab 40 Galau
41 Bab 41 Akhirnya
42 Bab 42 Ada yang belum move on
43 Bab 43 Penasaran
44 Bab 44 Nasihat
45 Bab 45 Kencan pertama
46 Bab 46 Jalan malam
47 Bab 47 Berpisah
48 Bab 48 LDR
49 Bab 49 Definisi cinta
50 Bab 50 Bertemu
51 Bab 51 Gombalan romantis
52 Bab 52 Rasa itu sudah ada
53 Bab 53 BESTie
54 Bab 54 Tidak berubah
55 Bab 55 Pikiran Annisa
56 Bab 56 Kesal
57 Bab 57 Pergi
58 Bab 58 Bertemu
59 Bab 59 Terluka
60 Bab 60 Apa yang terjadi
61 Bab 61 ???
62 Bab 62 Diam
63 Bab 63 Duka
64 Bab 64 Trauma
65 Bab 65 Marah
66 Bab 66 Marah lagi
67 Bab 67 Duka
68 Bab 68 Sadar
69 Bab 69 Sedih
70 Bab 70 TMM
71 Bab 71 Ada Apa Dengan.... ?
72 Bab 72 Cobaan
73 Bab 73 Godaan
74 74 Status
75 Bab 75 Pasrah
76 Bab 76 Apa yang terjadi?
77 Bab 77 Kehilangan
78 Bab 78 Marah
79 Bab 79 Berusaha untuk ikhlas
80 Bab 80 Curiga
81 Bab 81 Sakit hati
82 Bab 82 Ada apa?
83 Bab 83 Kehilangan
84 Bab 84 Marah
85 Bab 85 Permintaan
86 86 Tanpa judul
87 Bab 87 TMM
88 Bab 88 Mengadu
89 Bab 89 Pura-pura
90 Bab 90 Terpaksa
91 Bab 91 Ehm
92 Bab 92 TMM
93 Bab 93 Saling Tuduh
94 Bab 94 Terkejut
95 Bab 95 Merasa bersalah
96 Bab 96 Kecewa
97 Bab 97 Menuju
98 Bab 98 Menuju
99 Bab 99 Kilas balik end
100 Bab 100 Rahasia
101 Bab 101 Ending
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Bab 1 Bahagia
2
Bab 2 BESTie
3
Bab 3 Pengagum rahasia.
4
Bab 4 Kesal
5
Bab 5 Kesal berlanjut
6
Bab 6 Pelampiasan Mikaela
7
Bab 7 Berpikir panjang
8
Bab 8 Bersaing
9
Bab 9 Semoga bahagia
10
Bab 10 Pindah
11
Bab 11
12
Bab 12 Hamil ?
13
Bab 13 Kecewa
14
Bab 14 Babak baru
15
Bab 15 Masih Galau
16
Bab 16 Kabar gembira
17
Bab 17 Bahagia dan sedih
18
Bab 18 Masih sedih
19
Bab 19 Berubah
20
Bab 20 Kecewa
21
Bab 21 Bertemu
22
Bab 22 Berita gembira
23
Bab 23 Dekat
24
Bab 24 kaget
25
Bab 25 Bertemu keluarga besar
26
Bab 26 Terciduk
27
Bab 27 Rengekan bumil
28
Bab 28 Apa yang terjadi.
29
Pengumuman visual
30
Bab 30 Masa lalu
31
Bab 31 Sedih
32
Bab 32 Minta restu
33
Bab 33 Tidak berubah
34
Bab 34 Penolakan
35
Bab 35 Rencana
36
Bab 36 Masih galau
37
Bab 37 Mendadak
38
Bab 38 Masih berusaha
39
Bab 39 Serba mendadak
40
Bab 40 Galau
41
Bab 41 Akhirnya
42
Bab 42 Ada yang belum move on
43
Bab 43 Penasaran
44
Bab 44 Nasihat
45
Bab 45 Kencan pertama
46
Bab 46 Jalan malam
47
Bab 47 Berpisah
48
Bab 48 LDR
49
Bab 49 Definisi cinta
50
Bab 50 Bertemu
51
Bab 51 Gombalan romantis
52
Bab 52 Rasa itu sudah ada
53
Bab 53 BESTie
54
Bab 54 Tidak berubah
55
Bab 55 Pikiran Annisa
56
Bab 56 Kesal
57
Bab 57 Pergi
58
Bab 58 Bertemu
59
Bab 59 Terluka
60
Bab 60 Apa yang terjadi
61
Bab 61 ???
62
Bab 62 Diam
63
Bab 63 Duka
64
Bab 64 Trauma
65
Bab 65 Marah
66
Bab 66 Marah lagi
67
Bab 67 Duka
68
Bab 68 Sadar
69
Bab 69 Sedih
70
Bab 70 TMM
71
Bab 71 Ada Apa Dengan.... ?
72
Bab 72 Cobaan
73
Bab 73 Godaan
74
74 Status
75
Bab 75 Pasrah
76
Bab 76 Apa yang terjadi?
77
Bab 77 Kehilangan
78
Bab 78 Marah
79
Bab 79 Berusaha untuk ikhlas
80
Bab 80 Curiga
81
Bab 81 Sakit hati
82
Bab 82 Ada apa?
83
Bab 83 Kehilangan
84
Bab 84 Marah
85
Bab 85 Permintaan
86
86 Tanpa judul
87
Bab 87 TMM
88
Bab 88 Mengadu
89
Bab 89 Pura-pura
90
Bab 90 Terpaksa
91
Bab 91 Ehm
92
Bab 92 TMM
93
Bab 93 Saling Tuduh
94
Bab 94 Terkejut
95
Bab 95 Merasa bersalah
96
Bab 96 Kecewa
97
Bab 97 Menuju
98
Bab 98 Menuju
99
Bab 99 Kilas balik end
100
Bab 100 Rahasia
101
Bab 101 Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!