Happy reading guys.
...****************...
"Buset, kau samakan motorku dengan nenek-nenek. Motorku itu masih ABG. Kau saja kalah dengan motorku saat lomba lari," ucap Mikaela membalas ledekan Aira.
"Jelas kalah aku, motor koq di samakan dengan gadis imut seperti aku ini," kata Aira.
"Imut ? imut dari mana ? amit-amit iya ," balas Mikaela mengejek Aira.
Seorang gadis melambaikan tangan menyapa Mikaela dan Aira. "Hai girls..!" sapa Inara dengan gaya khas centil Inara, menyapa kedua temannya tersebut. Senyum lebar diberikannya pada Mikaela dan Aira.
"Aku tebak, dia pasti belum menyelesaikan tugas yang diberikan Pak Yanuar," kata Aira.
"Betul seratus persen, tidak di ragukan lagi," sahut Mikaela.
"Ela, Aira. Kita ke kantin yok... Perutku minta di isi ini. Aku belum sarapan pagi tadi, telat bangun," kata Inara kepada kedua temannya tersebut.
"Kenapa kau selalu sarapan di kantin?" tanya Aira, karena sejak mengenal Inara masih memakai seragam putih abu-abu, sampai masuk kesatu universitas dan jurusan yang sama, Inara selalu ke kantin begitu tiba ke kampus.
"Maklum girls, makku itu wanita karier. Tidak pernah menginjakkan kakinya di dapur. Begitu pembantu berhenti dan belum mendapatkan pembantu yang sesuai. Kami sekeluarga itu sarapan pagi hanya dengan roti, perutku ini perut Indonesia. Tidak bisa sarapan roti," kata Inara.
"Perutku hanya kenyang jika diisi dengan nasi dan tempe goreng. Dan satu lagi, jangan lupa sambel hijau " tambah Inara.
"Tunggu dulu, jam pertama ini jam Pak Yanuar. Apa tugas yang diberikannya Minggu kemarin sudah kau kerjakan?" tanya Aira pada Inara.
"Apa..!?" Inara kaget, matanya bulat sempurna melotot melihat Mikaela dan Aira.
"OMG... !" Aira menirukan gaya Inara terkejut. Dengan kesepuluh jari tangan berada di wajahnya dengan mata terbelalak.
"Tugas..! Aku belum selesai..!" seru Inara langsung berlari meninggalkan kedua temannya.
"Hei..! Bagaimana ke kantinnya?" tanya Aira dengan berteriak, karena posisi Inara yang sudah melesat jauh dari tempat mereka berada. Tidak ada jawaban dari Inara, karena Inara sudah masuk kedalam ruang perkuliahan.
"Tugas mengalahkan rasa laparnya," kata Mikaela.
"Sebenarnya aku sudah membuat tugas lebih untuknya. Tapi biar saja dia pusing dulu," sambung Mikaela.
"Hahahaha..kau mengerjainya El..?" Aira tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Mikaela.
Biar dia tidak lalai dengan tugas-tugas kuliah... he...he... he," kata Mikaela diakhiri dengan suara tawa khas Mikaela.
"Dan kau teman terbaik yang selalu membantunya," kata Aira memuji Mikaela.
"Karena dia teman yang selalu ada di saat aku sedih," kata kata Mikaela.
"Dia... ? Aku tidak termasuk teman yang ada disaat kau sedih?" tanya Aira.
"Kalian berdua adalah teman yang selalu ada di saat aku kesepian dan di saat aku merasa sedih," kata Mikaela.
Senyum lebar terukir di bibir Aira. Dia dan Inara yang sudah sangat lama mengenal Mikaela, keduanya tahu mengenai kehidupan Mikaela. Walaupun Paman dan bibinya tidak membedakan Mikaela dengan putrinya sendiri. Tapi Mikaela ada satu waktu merasa sedih mengenang kedua orangtuanya yang tidak pernah dikenalnya secara langsung. Dia hanya mengenal keduanya orang tuanya dalam cerita-cerita saudara-saudara dari kedua pihak keluarga orangtuanya.
"Ela, pulang kuliah kita jalan-jalan mau... ?" Ajak Aira.
"Aku tidak bisa, aku mau menemani Mbak Annisa fitting baju dan aku mau wawancara kerja," ucap Mikaela.
"Mbak mu mau menikah?" tanya Aira.
"Iya, dua bulan lagi," jawab Mikaela.
"Bukannya Mbak Annisa baru putus dengan pacarnya ?" tanya Aira.
"Tidak baru juga sih... sudah lima bulan yang lalu," kata Mikaela.
"Cepat sekali Mbak Annisa dapat pengganti ya? dan memutuskan untuk menikah. Padahal baru kenal lima bulan," kata Aira.
"Sudah jodoh," kata Mikaela.
"Kau jadi mau kerja? Apa kau diizinkan ayah dan bunda?"
"Mereka izinkan, asal tidak menganggu kuliah. Kerjanya juga hanya setengah hari. Pulang kuliah aku kerja, itung-itung mencari pengalaman."
"Bagaimana jika besok?" tanya Aira.
"Bolehlah, kalau besok" Mikaela menyanggupi permintaan Aira untuk besok pergi refreshing ke mall.
Percakapan keduanya berhenti, saat mereka tiba didepan ruang perkuliahan. Mahasiswa yang belum menyelesaikan tugasnya, sibuk menyalin tugas temannya yang sudah selesai. Begitulah dunia perkuliahan, tidak jauh dengan dunia sekolah menengah atas. Tugas kuliah tidak selesai di rumah. Akan diselesaikan diruang perkuliahan. Padahal sang dosen mewajibkan setiap mahasiswa untuk mengerjakannya di rumah. Tapi mahasiswa dan mahasiswi selalu melanggar aturan sang dosen. Karena para mahasiswa sering berkata, peraturan ada itu untuk dilanggar. Kalau tidak untuk dilanggar, untuk apa dibuat peraturan. (Jangan ditiru ya)
Mikaela dan Aira tiba di depan pintu ruang perkuliahan. Suasana terasa sepi. Tidak seperti biasanya yang terdengar suara para mahasiswa bergosip ria dengan teman-temannya.
Mikaela dan Inara berdiri di pintu masuk. Keduanya menatap teman-temannya yang belum menyelesaikan tugas kuliah, mata keduanya terarah pada Inara yang sedang menyalin tugas dari teman yang sudah selesai.
"Aduh... !" Mikaela terdorong kesamping, sehingga tubuhnya terbentur samping pintu.
"Wow.. ! lihat-lihat jalan... ! Nggak lihat badan besar ini... apa aku perlu menambah berat badanku, biar matamu bisa melihat keberadaanku !" Seru Aira yang ikut kena imbas dari sesosok tubuh yang berjalan masuk kedalam ruang kuliah dengan terburu-buru.
"Maaf ... Aku terburu-buru," ujar pria yang menabrak Mikaela dan Aira.
Pria tersebut mengucapkan kata maaf tanpa melihat orang yang telah ditabraknya.
"Gila..!" umpat Aira.
"Sudahlah!" kata Mikaela pada Aira yang kesal.
"Menyebalkan orang itu!"
"Ayo...."
Mikaela melangkah menuju meja Inara, diikuti oleh Aira. Begitu tiba di dekat meja Inara, Mikaela mengeluarkan kertas dari dalam tas sandang yang selalu dibawanya.
"Ini....." Mikaela meletakkan tugas yang telah disiapkannya kehadapan Inara yang sedang sibuk menyalin tugas temannya.
"Apa ini?" Inara mendongak melihat Mikaela.
"Lihat sendiri," kata Mikaela.
Inara meraih kertas yang diletakkan Mikaela di atas mejanya dan membacanya.
"Tugas kuliah... ? untuk ku?" tanya Inara dengan raut wajah yang bengong.
"Kalau tidak untukmu, untuk siapa lagi?" sahut Aira sembari meletakkan bokongnya disamping Inara.
"Terima kasih girls.... !" Inara memeluk Aira yang duduk didekatnya.
"Hih... Jangan peluk-peluk .. !" Aira mendorong tubuh Inara yang ingin memeluknya.
"No muhrim.. !" kata Mikaela yang duduk di kursi belakang Aira dan Inara dengan tertawa.
Aira dan Inara turut tertawa.
"Akhirnya.... !" Inara mencium kertas tugas yang diberikan oleh Mikaela.
"Kau harus berubah, Inara! Sampai kapan kau harus dibantu untuk membuat tugas," kata Inara .
"Sampai tamat kuliah. Kenapa kau tanya Ai ? Apa kau keberatan? Ela saja tidak keberatan membantu. Ya kan Ela? Ela itu my best friend!" Kata Inara.
"Kau itu bukan my best friend ."Sambung Inara, lalu memonyongkan bibirnya kepada Aira.
Aira membalas Inara, dengan menjulurkan lidahnya dan memutarkan bola matanya.
"Sudah... sudah ! Jangan ribut!" Mikaela melerai keduanya.
"Dia sangat menyebalkan, El.. !" Kata Inara.
"Kau yang menyebalkan..!" balas Aira.
"Kau... !" balas Inara tidak mau kalah, membalas Aira.
"Kau..kau .kau... !" kata Aira sembari melototkan kedua bola matanya.
"Teruskan ributnya. Aku pindah duduk. Kalian memecahkan konsentrasiku saja." Mikaela mengangkat bokongnya dan melangkah menuju bangku di paling depan.
"El.... !" panggil Aira.
"Tuh... Ela marah padamu .... !" Kata Inara.
"Nggak salah bicara tuh...? Ela tu... marah padamu Nona..!" balas Aira.
Keduanya diam, karena mendengar suara salam dari dosen yang masuk kedalam ruang perkuliahan.
Satu jam setengah kemudian, perkuliahan berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
BINTANG ARINAA
mengiri sama persahabatan mereka hehehe
2023-07-01
0
Raflesia Gendhis
wkwkwk smp lulus gilaaaa
2023-06-28
0
lira
sahabat yang sebenarnya, ada disaat susah dan senang
2023-06-25
0