Bab 10 Pindah

"Ela... sini Nak." Tante Lenia, adik dari mendiang ayahnya Mikaela, memangilnya untuk duduk didekatnya.

Mikaela melangkah mendekati sang Tante, dan meletakkan bokongnya di samping sang tante .

"Sudah lama tidak bertemu, Ela sudah gede. Terakhir kita bertemu, Ela masih kecil. Sekarang sudah kuliah ya?" tanya Tante Lenia.

"Iya Tante," jawab mikir.

"Masuk kuliah jurusan apa ?" tanya Tante Lenia kembali.

"Manajemen tante" sahut Mikaela.

"Mau jadi pengusaha ini.." ucap sang tante.

"Bukan tante. Tapi karena hanya itu jurusan yang menerima Ela" ucap Mikaela dengan tertawa.

"Ahh..kamu ini.." ucap Om Andri, suami tante Lenia yang ikut bergabung dengan sang istri dan mendengar apa yang dikatakan oleh Mikaela.

Mikaela tertawa, begitu juga dengan tante Lenia.

"El, tolong kasih ini sama mbak mu. Kelihatannya dia sangat haus ," ucap bunda Aini dan menyerahkan nampan berisi segelas juice.

Mikaela menerima nampan dari tangan bundanya, kemudian berjalan menuju pelaminan.

"Mbak, ini minum. Mbak pasti haus kan," kata Mikaela.

"Iya, kerongkongan mbak sudah sangat kering ini. Koq cuma satu El...?" Annisa melihat Mikaela hanya membawa segelas juice di atas nampan.

"Iya... apa tidak cukup segelas, Mbak ?" tanya Mikaela.

"Untuk Mas Damar mana? Mas Damar haus juga lo... El ," kata Annisa.

"Ooh... El kira nggak haus. Ini bunda yang nyuruh. El tinggal bawa saja ." ucap Mikaela.

"Ambilkan lagi segelas untuk Mas Damar, El. Yang dingin ya...," kata Annisa.

"Diakan kulkas berjalan, pasti tidak akan merasakan haus" yang hanya dapat diungkapkan Mikaela dalam hati. Tidak mungkin Mikaela berani mengatakan apa yang ada di batinnya dihadapan Damar. Bisa-bisa keluar asap dari pucuk kepala Damar.

"Tidak usah!" suara Damar mencegah Mikaela untuk mengambil minuman untuknya.

"Mas haus kan?" tanya Annisa.

"Tidak usah... ! mas bisa ambil sendiri" ucap Damar dengan nada suara yang datar, tidak terlihat senyum pada bibirnya.

"Ih... mas ini, gitu saja ngambek. El, ambilkan untuk Mas Damar" titah Annisa pada Mikaela.

"Aku yang ambilkan.. ?" Mikaela menunjuk pada dirinya.

"Iyalah... tolong ya... ! adek mbak yang cantik.." Annisa merayu Mikaela dengan menyebutnya cantik.

"Baiklah, merepotkan saja." gerutu Mikaela. Dan gerutuan tersebut terdengar oleh Damar.

"Sudah... ! tidak usah....!" seru Damar seraya bangkit dari kursi pelaminan, dan turun menuju ketempat minuman berada.

"Mas..!" panggil Annisa. Tapi Damar tidak menanggapi panggilan sang istri. Langkah lebar kakinya, membawa tubuhnya menjauh dari sang istri.

"Kau ini El... ! lihatlah... Mas Damar ngambek. kalian berdua ini, tidak pernah akur ," kata Annisa.

"Maaf mbak... suami mbak itu sensi sekali," ucap Dinda seraya menunjukkan barisan gigi putihnya.

"Gitu saja ngambek." Ngedumel Mikaela dalam batin.

Melihat kedatangan Damar membawa dua botol minuman ditangannya. Mikaela langsung turun, malas Mikaela untuk  bertemu dengan Damar.

Bukan tanpa alasan Damar tidak menyukai Mikaela. Dan begitu juga sebaliknya. Mikaela juga tidak menyukai Damar. Karena Damar pernah mendengar Mikaela bicara dengan teman-temannya di cafe, dan Mikaela tidak mengetahui keberadaan Damar dan asistennya di cafe tersebut. Dan dengan gamblangnya Mikaela menceritakan pada kedua temannya, ketidaksukaannya pada Damar. Karena Mikaela lebih menyukai Antoni yang sudah lama dikenalnya. Dan sejak hari itu, Damar selalu menunjukkan raut wajah yang datar dan dingin setiap bertemu dengan Mikaela.

Mikaela yang tidak mengetahui kenapa Damar selalu jutek kepadanya, tidak perduli. Dia hanya mengharapkan kebahagiaan Annisa. Sedangkan sang calon kakak ipar yang tidak pernah ramah dengannya, di anggap Mikaela sebagai angin, yang tidak terlihat keberadaanya.

Akhirnya resepsi berakhir. Annisa langsung di boyong Damar kerumahnya. Dan dua hari kemudian, baru akan diadakan resepsi pernikahan yang diadakan keluarga Damar akan dilakukan di satu hotel bintang lima.

"El... jaga ayah dan bunda ya. Mbak tidak bisa sering-sering datang ke rumah," ucap Annisa saat berpamitan ingin berangkat menuju rumah yang akan ditinggalinya bersama sang suami.

"Iya mbak, Mbak tenang saja. Rumah mbak Nisa juga tidak jauh. Jika ingin bertemu, tidak harus sampai menyeberangi pulau dan benua. Kita masih bisa bertemu." gurau Mikaela. Dia berusaha untuk mencairkan suasana yang sedih, dengan bergurau.

"Bunda, Nisa pamit ya." dengan air mata sudah membasahi kedua belah pipi. Begitu juga dengan bundanya. Air mata tidak henti mengalir membasahi kedua pipinya, sama seperti Annisa.

"Jangan nangis, ini hari bahagia. Kenapa pada menangis ? Lagipula, rumahnya Nisa tidak jauh dari rumah kita," ucap ayahnya, saat melihat istri dan putrinya sudah banjir air mata.

Drama ibu dan anak yang sedih akan perpisahan sedang terjadi. Aiman Harman, sang ayah hanya dapat menghela napas. Melihat drama yang dipertunjukkan oleh istri dan putrinya. Dia menggelengkan kepala melihat drama keduanya.

"Iya, Mbak. Rumah mbak hanya satu jam dari sini. Sekejap mata, El bisa sampai ke rumah mbak," kata Mikaela.

"Beda Ela... Biasanya kita akan bertemu setiap hari. Ini tidak... ! mbak tidak akan bisa menganggu adik mbak ini setiap hari." Senyum menghiasi bibir Annisa saat dia berkata.

"Mbak sedih, karena tidak bisa menggangguku...!" Seru Mikaela sembari meletakkan kedua tangannya di pinggang, dengan mata setengah melotot dan bibir mengerucut.

Semua tertawa melihat Mikaela. Damar yang tadi hanya sebagai pengamat, ikut sedikit tersenyum melihat tingkah adik iparnya tersebut.

Damar meninggalkan sang istri yang baru saja di nikahinya bersama dengan keluarganya untuk berpamitan. Dia masuk kedalam kamar sang istri untuk mengambil koper istrinya.

"Ela yang sekarang menemani bunda dan ayah. Jangan buat bunda dan ayah sedih, mbak tidak tinggal di sini lagi." pesan Annisa pada Mikaela.

"Iya mbak, jangan khawatir. Aku akan membuat ayah dan bunda melupakan Mbak Nisa," kata Mikaela sembari tertawa kecil.

"Hih.... Jahat ! Jangan sampai melupakan aku ya? Awas sampai melupakan aku... aku akan marah... !" Annisa mencebikkan bibirnya.

Mikaela ngekeh dan mengacungkan dua jari tangannya dan menggoyangkan kepalanya kiri dan kanan. Annisa dan kedua orangtuanya tertawa melihat Mikaela.

"Bunda, Nisa pamit ya." ucap Annisa dengan raut wajah yang mewek, tapi air mata sudah tidak mengalir lagi. Begitu juga dengan sang bunda, dia sudah bisa menahan air matanya untuk tidak merembes keluar.

"Jangan ada kesedihan, ini hari bahagia. Tidak boleh ada wajah muram mengiringi kepindahan Nisa mengikuti suaminya ," kata Aiman Harman.

Annisa memeluk sang bunda dan kemudian ayahnya.

"Baik-baik di rumah mertua," kata Aini, sang bunda.

Annisa tinggal di rumah mertuanya, sampai resepsi. Setelah resepsi, baru Damar memboyong Annisa ke rumahnya.

"Jangan bermalas-malasan, walaupun ada maid, seorang istri harus menyiapkan makanan untuk suami." nasihat Aini.

Mikaela tertawa cekikikan, begitu juga dengan sang ayah. Karena kedua menertawakan Annisa yang tidak bisa masak.

"Menyediakan makanan, masak air saja gosong." ledek Mikaela.

"Sudah.... ?" Damar datang dengan membawa dua koper milik Annisa.

"Hanya itu ?" tanya Aiman Harman pada sang menantu.

"Iya yah," sahut Damar.

"Tidak semua Nisa bawa, biar menginap di sini tidak perlu bawa perlengkapan untuk menginap," kata Annisa.

Annisa melambatkan tangannya dan dibalas Mikaela dan Aini.

Ketiganya melihat mobil yang membawa Annisa pergi meninggalkan rumah sampai tidak terlihat lagi.

Terpopuler

Comments

✒ Viee ✒

✒ Viee ✒

walah 😆😅

2023-07-09

0

Raflesia Gendhis

Raflesia Gendhis

baik2 di rumah mertua yaaaa nisa

2023-06-29

0

Wika Anggita

Wika Anggita

kalau dah terbiasa pisah rumah nanti, mau nginap pun malas

2023-06-27

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bahagia
2 Bab 2 BESTie
3 Bab 3 Pengagum rahasia.
4 Bab 4 Kesal
5 Bab 5 Kesal berlanjut
6 Bab 6 Pelampiasan Mikaela
7 Bab 7 Berpikir panjang
8 Bab 8 Bersaing
9 Bab 9 Semoga bahagia
10 Bab 10 Pindah
11 Bab 11
12 Bab 12 Hamil ?
13 Bab 13 Kecewa
14 Bab 14 Babak baru
15 Bab 15 Masih Galau
16 Bab 16 Kabar gembira
17 Bab 17 Bahagia dan sedih
18 Bab 18 Masih sedih
19 Bab 19 Berubah
20 Bab 20 Kecewa
21 Bab 21 Bertemu
22 Bab 22 Berita gembira
23 Bab 23 Dekat
24 Bab 24 kaget
25 Bab 25 Bertemu keluarga besar
26 Bab 26 Terciduk
27 Bab 27 Rengekan bumil
28 Bab 28 Apa yang terjadi.
29 Pengumuman visual
30 Bab 30 Masa lalu
31 Bab 31 Sedih
32 Bab 32 Minta restu
33 Bab 33 Tidak berubah
34 Bab 34 Penolakan
35 Bab 35 Rencana
36 Bab 36 Masih galau
37 Bab 37 Mendadak
38 Bab 38 Masih berusaha
39 Bab 39 Serba mendadak
40 Bab 40 Galau
41 Bab 41 Akhirnya
42 Bab 42 Ada yang belum move on
43 Bab 43 Penasaran
44 Bab 44 Nasihat
45 Bab 45 Kencan pertama
46 Bab 46 Jalan malam
47 Bab 47 Berpisah
48 Bab 48 LDR
49 Bab 49 Definisi cinta
50 Bab 50 Bertemu
51 Bab 51 Gombalan romantis
52 Bab 52 Rasa itu sudah ada
53 Bab 53 BESTie
54 Bab 54 Tidak berubah
55 Bab 55 Pikiran Annisa
56 Bab 56 Kesal
57 Bab 57 Pergi
58 Bab 58 Bertemu
59 Bab 59 Terluka
60 Bab 60 Apa yang terjadi
61 Bab 61 ???
62 Bab 62 Diam
63 Bab 63 Duka
64 Bab 64 Trauma
65 Bab 65 Marah
66 Bab 66 Marah lagi
67 Bab 67 Duka
68 Bab 68 Sadar
69 Bab 69 Sedih
70 Bab 70 TMM
71 Bab 71 Ada Apa Dengan.... ?
72 Bab 72 Cobaan
73 Bab 73 Godaan
74 74 Status
75 Bab 75 Pasrah
76 Bab 76 Apa yang terjadi?
77 Bab 77 Kehilangan
78 Bab 78 Marah
79 Bab 79 Berusaha untuk ikhlas
80 Bab 80 Curiga
81 Bab 81 Sakit hati
82 Bab 82 Ada apa?
83 Bab 83 Kehilangan
84 Bab 84 Marah
85 Bab 85 Permintaan
86 86 Tanpa judul
87 Bab 87 TMM
88 Bab 88 Mengadu
89 Bab 89 Pura-pura
90 Bab 90 Terpaksa
91 Bab 91 Ehm
92 Bab 92 TMM
93 Bab 93 Saling Tuduh
94 Bab 94 Terkejut
95 Bab 95 Merasa bersalah
96 Bab 96 Kecewa
97 Bab 97 Menuju
98 Bab 98 Menuju
99 Bab 99 Kilas balik end
100 Bab 100 Rahasia
101 Bab 101 Ending
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Bab 1 Bahagia
2
Bab 2 BESTie
3
Bab 3 Pengagum rahasia.
4
Bab 4 Kesal
5
Bab 5 Kesal berlanjut
6
Bab 6 Pelampiasan Mikaela
7
Bab 7 Berpikir panjang
8
Bab 8 Bersaing
9
Bab 9 Semoga bahagia
10
Bab 10 Pindah
11
Bab 11
12
Bab 12 Hamil ?
13
Bab 13 Kecewa
14
Bab 14 Babak baru
15
Bab 15 Masih Galau
16
Bab 16 Kabar gembira
17
Bab 17 Bahagia dan sedih
18
Bab 18 Masih sedih
19
Bab 19 Berubah
20
Bab 20 Kecewa
21
Bab 21 Bertemu
22
Bab 22 Berita gembira
23
Bab 23 Dekat
24
Bab 24 kaget
25
Bab 25 Bertemu keluarga besar
26
Bab 26 Terciduk
27
Bab 27 Rengekan bumil
28
Bab 28 Apa yang terjadi.
29
Pengumuman visual
30
Bab 30 Masa lalu
31
Bab 31 Sedih
32
Bab 32 Minta restu
33
Bab 33 Tidak berubah
34
Bab 34 Penolakan
35
Bab 35 Rencana
36
Bab 36 Masih galau
37
Bab 37 Mendadak
38
Bab 38 Masih berusaha
39
Bab 39 Serba mendadak
40
Bab 40 Galau
41
Bab 41 Akhirnya
42
Bab 42 Ada yang belum move on
43
Bab 43 Penasaran
44
Bab 44 Nasihat
45
Bab 45 Kencan pertama
46
Bab 46 Jalan malam
47
Bab 47 Berpisah
48
Bab 48 LDR
49
Bab 49 Definisi cinta
50
Bab 50 Bertemu
51
Bab 51 Gombalan romantis
52
Bab 52 Rasa itu sudah ada
53
Bab 53 BESTie
54
Bab 54 Tidak berubah
55
Bab 55 Pikiran Annisa
56
Bab 56 Kesal
57
Bab 57 Pergi
58
Bab 58 Bertemu
59
Bab 59 Terluka
60
Bab 60 Apa yang terjadi
61
Bab 61 ???
62
Bab 62 Diam
63
Bab 63 Duka
64
Bab 64 Trauma
65
Bab 65 Marah
66
Bab 66 Marah lagi
67
Bab 67 Duka
68
Bab 68 Sadar
69
Bab 69 Sedih
70
Bab 70 TMM
71
Bab 71 Ada Apa Dengan.... ?
72
Bab 72 Cobaan
73
Bab 73 Godaan
74
74 Status
75
Bab 75 Pasrah
76
Bab 76 Apa yang terjadi?
77
Bab 77 Kehilangan
78
Bab 78 Marah
79
Bab 79 Berusaha untuk ikhlas
80
Bab 80 Curiga
81
Bab 81 Sakit hati
82
Bab 82 Ada apa?
83
Bab 83 Kehilangan
84
Bab 84 Marah
85
Bab 85 Permintaan
86
86 Tanpa judul
87
Bab 87 TMM
88
Bab 88 Mengadu
89
Bab 89 Pura-pura
90
Bab 90 Terpaksa
91
Bab 91 Ehm
92
Bab 92 TMM
93
Bab 93 Saling Tuduh
94
Bab 94 Terkejut
95
Bab 95 Merasa bersalah
96
Bab 96 Kecewa
97
Bab 97 Menuju
98
Bab 98 Menuju
99
Bab 99 Kilas balik end
100
Bab 100 Rahasia
101
Bab 101 Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!