Happy reading guys
...****************...
"Sekarang, giliran mbak yang punya acara yang harus mencoba pakaiannya. Jangan aku terus yang bolak-balik ganti baju, sudah mirip peragawati aku. Mbak Annisa yang punya hajatan," kata Mikaela.
Annisa masuk kedalam ruang ganti, dengan ditemani oleh Mira. Tak lama kemudian Annisa keluar sudah memakai baju pengantin yang akan dipakainya saat resepsi. Sedangkan saat akad, sudah Annisa coba dua hari yang lalu.
"Bagaimana...?" Mira menyuruh Annisa memutar badannya dengan dan berjalan, bergaya seperti peragawati sedang fashion show.
Annisa berjalan melenggak-lenggok bak peragawati.
Mata Mikaela dan Mira fokus menatap kearah Annisa.
"Bagaimana?" Annisa berhenti bergaya dan mematutkan diri didepan kaca.
"Cantik.." suara bariton memuji Annisa, membuat ketiganya terkejut. Dan melihat kearah asal suara.
"Mas Damar..!" wajah Annisa seketika gembira, melihat kedatangan sang calon suami. Damar Wiratama.
"Cantik.." puji Damar kembali. Kedua matanya lekat menatap Annisa yang tersipu malu, karena mendapatkan pujian dari sang calon suami, yang muncul tiba-tiba di butiq .
"Mas, katanya tidak bisa datang? kenapa ada di sini?" tanya Annisa, dengan tatapan mata yang manja, seraya berjalan mendekati sang calon suaminya.
"Begitu tugas selesai, mas segera kembali" ucap Damar dengan pandangan mata terus menatap Annisa, dengan tatapan mata yang lembut. Mengagumi kecantikan wajah wanita yang tidak lama lagi akan menjadi istrinya.
Melihat kedatangan Damar, Mikaela pamit pada Annisa untuk pergi meninggalkan butik. Karena dia merasa, kehadirannya tidak dibutuhkan lagi oleh Annisa.
"Tunggu El, kita pergi sama-sama. Kita sudah janji mau makan selesai ini, kan," kata Annisa untuk menghentikan niat Mikaela untuk pulang duluan.
"Nggak ah mbak. Aku masih banyak tugas kampus" Mikaela menolak untuk pergi bersama Annisa dan Damar.
"Bisa mati berdiri aku, jika makan bersama mahluk kutub itu." batin Mikaela.
Annisa terus berusaha untuk membujuk Mikaela, tetapi Mikaela terus menolak dengan banyaknya alasan yang diberikannya pada Annisa.
"Cukup Nisa...!" seru Damar dengan suara yang datar dan dingin. Damar menatap Mikaela, terlihat garis rahangnya mengeras. Raut wajah Damar marah melihat Mikaela.
"Untuk apa kau membujuknya lagi, biarkan saja dia pergi. Keberadaannya juga akan menganggu kebersamaan kita" kata Damar dengan entengnya. Dia tidak perduli orang sakit hati mendengar apa yang dikatakannya.
Mikaela mengarahkan tatapan matanya pada Damar. Sedetik kemudian, Mikaela meninggalkan butik dengan kesal. Dia tak mengindahkan panggilan Annisa untuk menyuruhnya untuk tidak pergi.
"El...! tunggu.... !" seru Annisa memanggil Mikaela, seraya ingin berlari mengejar Mikaela yang sudah keluar dari dalam butik.
"Jangan kejar..!" Damar mencekal tangan Annisa, hingga Annisa tidak bisa mengejar Mikaela.
Annisa memutar badannya, menghadap Damar. "Mas ini kenapa sih..?" tanya Annisa dengan tatapan mata yang mengandung pertanyaan, yang harus Damar jawab.
"Dia sudah menolak untuk pergi dengan kita Nisa..! untuk apa di paksakan. Mungkin saja dia ada kerjaan yang lebih penting" kata Damar.
"Mas itu ya... jangan jutek-jutek dengan adikku ya. Mas itu harus ramah dikit, jangan beri orang tatapan mata mas yang sangat menyeramkan itu..!" Seru Annisa yang masih kesal pada Damar.
"Mas sudah dari sananya begini, nanti mas senyum dianggap aneh," kata Damar.
"Lagipula untuk apa tersenyum pada orang yang tidak penting," kata Damar.
"Mas...! Ela penting bagiku...! Dia adikku mas..!" Kesal Annisa mendengar apa yang dikatakan oleh Damar mengenai Mikaela.
Mira yang mendengar ada ketegangan antara Annisa dan Damar, menegur keduanya.
"Nisa... Mas Damar. Cukup ributnya ya. Sekarang giliran Mas yang fitting baju, dan Nisa... Lepas bajumu itu.. !" titah Mira pada Annisa. Annisa yang masih terlihat emosi, terlihat dari raut wajahnya meninggalkan Damar dengan langkah kaki dihentak-hentakkannya.
Annisa masuk kedalam kamar ganti khusus wanita. Sedangkan Damar masuk kedalam kamar ganti untuk pria. Keduanya saling berdiam diri saat berpapasan menuju ruang ganti.
"Karena ini, kenapa calon pasangan pengantin dilarang untuk bertemu. Bertemu, ribut.." ucap Mira. Mira meletakkan bokongnya, menunggu keduanya di kursi kerjanya.
Dalam ruang ganti keduanya ngedumel.
"Gara-gara anak itu, aku ribut dengan Annisa." gerutu Damar.
Tidak berbeda dengan Damar. Annisa ngedumel juga.
"Mas Damar tidak berubah dari dulu. Tidak pernah ramah dengan orang lain. Apa salahnya senyum sedikit, biar tidak dibilang orang sombong," ujar Annisa.
***
Mikaela naik kedalam taxi yang tepat berhenti didepannya. Mikaela duduk dalam taxi sembari menggerutu kesal.
"Dasar cowok dingin, kulkas berjalan... manusia kutub.... !" umpat Mikaela dengan perasaan yang benar-benar kesal. Kedua tangannya mengepal erat.
"Menyebalkan...!" teriak Mikaela. Tangannya meremas tisu, sehingga tisu tersebut tidak berbentuk lagi.
"Dasar kulkas berjalan... manusia kutub !apa dia nggak sadar, dia itu orang yang sangat.. sangat menyebalkan... ! kenapa Mbak Nisa a bisa jatuh cinta dengan pria yang tidak punya perasaan itu..!" seru Mikaela dengan kesal.
"Pria menyebalkan..!" gerutu Mikaela dengan emosional yang masih bertengger di kepalanya. Kedua tangannya meremas tisu yang ada dalam genggaman jemari tangannya, sehingga tisu benar-benar hancur lebur.
Sopir taxi sesekali melihat dari kaca depan, karena melihat Mikaela yang marah sendiri di dalam taxi yang dikemudikannya.
"Apa ada kurangnya gadis itu.. ?"gumam sopir taksi, ada rasa khawatir dalam diri sang sopir taxi. Dia takut Mikaela kumat, dan merusak taksinya.
"Ada apa Pak?" tanya Mikaela, setelah merasa menjadi pusat perhatian sang sopir taksi.
"Nggak neng, bapak heran. Eneng bicara dengan ngamuk-ngamuk" ujar sopir taksi.
"Nggak usah khawatir Pak, saya masih waras. Belum gila, tadi saya ketemu dengan orang gila. Sehingga saya terkontaminasi kegilaan orang itu" ucap Mikaela dengan nyeleneh.
"Oh..." ucap sopir taksi.
"Berhenti Pak" ujar Mikaela. Dan memberikan satu lembar uang merah kepada sang sopir taksi.
"Nggak ada uang kecil saja neng, 35 ribu," ucap sang sopir taksi.
"Sudah Pak, kembaliannya untuk bapak saja. Bonus, karena bapak sudah mendengar kemarahan saya," kata Mikaela sembari turun dari dalam taksi.
"Terima kasih neng" ucap sopir taksi dengan gembira, mungkin dalam hatinya. Sang sopir mengharapkan akan bertemu dengan orang seperti Mikaela yang lain. Dan akan marah-marah dan memberikannya uang bonus, seperti yang dilakukan oleh Mikaela.
"Sama-sama Pak" ucap Mikaela, kemudian menutup pintu mobil.
Mikaela tidak langsung pulang, dia mampir ke warung bakso langganannya.
"Mang, bakso super pedas ya..!" seru Mikaela. Dan meletakkan bokongnya di kursi panjang dengan hentakan, sehingga dia nyengir dan mengusap bokongnya yang sakit.
"Lah..ngapa neng..? Ngamuk dengan pacar ya? Hingga ingin makan bakso super pedas ." goda Mamang tukang bakso.
"Bukan pacar mang...! tadi ketemu dengan kulkas berjalan yang sudah gila..!" kata Mikaela.
"Kulkas berjalan .? dan gila lagi? di mana nemu kulkas yang begitu neng?" tanya Mamang tukang bakso yang tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Mikaela.
"Tuh...di sana... di perempatan. Banyak mang.." ucap Mikaela asal.
"Serius neng ?" tanya mamang tukang bakso.
"Serius mang! apa mamang lihat wajah ini suka bohong?" Mikaela menunjuk raut wajahnya.
Mamang tukang bakso menggelengkan kepalanya.
"Nih... neng, bakso super duper pedasnya."
"Sip mang..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
shasa
kaget semua tuhh
2023-07-11
0
BINTANG ARINAA
Damar gitu amat deh
2023-07-06
0
Rina
ada kulkas berjalan ya El 😀
2023-07-06
0