Happy reading guys.
...----------------...
"Hari ini rencananya ingin mengunjungi Mbak Nisa, apa bunda mau ikut? tapi El mau ke butik dulu."
"Bunda tidak bisa ikut, mau ke rumah Bu Ami. Bunda mau bantu-bantu masak, Bu Ami ada hajatan," kata Bunda Aini.
"Nanti bawakan keripik kentang yang bunda buat itu untuk mbak ya."
"Oke bunda."
"Oh... iya, hampir bunda lupa. Apa benar mau resign dari butik?" tanya Bunda Aini.
"Iya Bun. Tugas kuliah sudah mulai banyak. El juga berencana untuk mengajukan skripsi."
"Baguslah. Ayah juga tidak suka melihat El bekerja. Apa kata Lenia, jika tahu El bekerja. Di kira mereka ayah dan bunda tidak sanggup membiayai sandang pangan El."
"El kan ingin mendapatkan pengalaman bekerja, Bun. Bukan karena membutuhkan uang. Semua kebutuhan El sudah dipenuhi oleh ayah dan bunda. Tante Lenia tahu koq El bekerja," kata Mikaela.
"Lenia tahu? El bilang?"
Mikaela mengangguk. "El takut Tante dengar soal El bekerja, dan menganggap ayah tidak membiayai kebutuhan El. Malah Tante Lenia menyuruh El bekerja di perusahaan Om Andri."
"Perusahaan Andri bergerak di import ekspor. Bagus El," kata bunda.
"Selesai kuliah nanti El pikirkan Bun. Sekarang ingin cepat-cepat tamat dulu. Dan semoga tahun depan sudah bisa ngambil gambar bersama ayah dan bunda dengan memakai toga."
"Amin... semoga terkabul," ucap bundanya.
"Amin.... !" seru Mikaela.
*
*
"Assalamualaikum..!" Mikaela memijat bel sembari mengucapkan salam dari luar pagar rumah Annisa.
"Rumah sangat besar. Tapi, penghuninya hanya dua. Ih..! Kalau malam, apa tidak sangat mengerikan." Mikaela bergidik membayangkan dirinya berada di rumah Annisa pada waktu malam hari.
Rumah Annisa dan Damar hanya dihuni oleh Damar dan Annisa. Jika siang hari, baru ada kehidupan di rumah tersebut. Karena ada pembantu dan tukang kebun. Jika malam tiba. Pembantu dan tukang kebun pulang. Karena Damar mengambil pekerja yang tidak menginap. Dia tidak ingin ada orang lalu lalang saat dia berada di rumah.
Pintu gerbang terbuka. Mikaela langsung masuk, dan melihat Annisa sudah menunggu kedatangannya didepan pintu utama.
Mikaela berjalan setengah berlari. "Mbak... kangen.... !" seru Mikaela memeluk Annisa.
"Mbak juga.... !" Annisa membalas pelukan adik sepupunya tersebut, yang sudah dianggapnya sebagai adik kandung.
Annisa mengurai pelukannya, dan memandang wajah Mikaela dengan tatapan mata yang lekat.
"Ada apa Mbak? Kenapa mbak menatap aku segitunya ? Apa wajahku semakin cantik?" tanya Mikaela sembari menaik-turunkan alis matanya. Senyum lebar menghiasi bibirnya yang ditutupi lipstik warna bibir.
"Iya... adik mbak ini semakin cantik...! Em...semakin berseri-seri juga. Mbak curiga ini, apa adik mbak ini sudah ada yang spesial di sini." Annisa menunjuk kearah dada Mikaela.
"Ih..mbak Nisa!" wajah Mikaela sontak merona merah.
"Idih...malu nih...! Betulkan tebakan mbak, siapa? Bilang sama mbak, awas ya... Jika pria itu akan mempermainkan adik mbak yang cantik ini. Mbak akan membuat perhitungan dengan pria itu..!" kata Annisa.
"Mana ada Mbak... aku tuh ya... masih ingin sekolah yang bener dulu. Selesai kuliah ini, aku ingin kerja. Mencari uang sebanyak-banyaknya, Mbak... ! Eh... mbak ... Apa aku tidak diizinkan masuk?" tanya Mikaela, karena mereka berdua masih asik mengobrol didepan pintu.
"Ha...ha...ha...ha...! Maaf....maaf. Ayo masuk." Annisa menggandeng tangan Mikaela dan membawanya untuk duduk diruang keluarga.
"Ini titipan bunda, mbak." Mikaela menyerahkan kantong plastik yang dibawanya.
"Apa isinya?"
"Favorit mbak, kripik kentang. Pasti mbak rindu dengan masakan bunda."
"Banget." Annisa mendekap kantong plastik isi kripik kentang buatan sang bunda.
"Sunyi, Mbak. Mana yang lain?" tanya Mikaela.
"Biasalah. Siang begini. Mas Damar berangkat keluar kota. Bik Imah pergi ke pasar. Mbak ingin sekali makan sop buntut, sudah beli ke restoran yang terkenal itu, tapi kurang pas di lidah. Makanya mbak suruh Bik Imah pergi membeli buntut sapi ke pasar," kata Annisa.
"Hah...! Mbak ngidam...!?" tanya Mikaela dengan kedua mata dan mulut bulat menatap Annisa.
"Ngidam? Ah...mana mungkin. kamu ngaco ..!" seru Annisa dan menepuk lengan Mikaela.
"Koq tidak mungkin! emang mbak belum bercocok tanam dengan.... " Mikaela mengerucut bibir menunjuk gambar Damar dan Annisa.
"Tidak mungkin hamil secepat itu. Pernikahan baru beberapa bulan," kata Annisa.
"Sebulan saja ada orang yang langsung hamil. Apa lagi jika mbak dan Mas Damar kerja keras setiap malam. Pasti launching baby girl atau baby boy," kata Mikaela.
"Apa aku hamil?" suara hati Annisa.
"Mbak, periksa ke rumah sakit. Mungkin saja Mbak hamil." Saran Mikaela untuk Annisa memeriksakan diri ke rumah sakit.
"Mbak takut Kecewa... sebulan menikah, mbak mengira hamil. Tapi ternyata hanya mbak capek saja. Sehingga menstruasi mbak telat datangnya," kata Annisa.
Annisa takut untuk memeriksa diri ke rumah sakit, karena pernah kecewa. sebulan menikah, dia mengira hamil. Ternyata, dia hanya kelelahan saja. Saat itu, dia masih bekerja. Dan karena itu, dia memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. Dan keputusannya itu didukung oleh sang suami.
"Mbak, coba periksa. Mungkin saja hamil, bagaimana jika sekarang ini kita ke rumah sakit." Mikaela menawarkan diri untuk menemani Annisa periksa ke dokter kandungan.
"Atau Mbak mau pergi dengan Mas Damar?"
"Tidak...! Mbak ingin pergi tanpa sepengetahuan Mas Damar."
"Mbak takut kecewa. Hasilnya tidak sesuai dengan apa yang mbak inginkan." Annisa ragu untuk menemui dokter kandungan bersama-sama dengan Damar, sang suami. Dia takut hasilnya tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
"Kalau belum hamil, ya coba lagi Mbak. Setiap malam lembur." gurau Mikaela.
"Hih.." Annisa memanyunkan bibirnya sembari mendelik menatap Mikaela.
Mikaela tertawa kecil melihat Shinta mendelik, mendengar apa yang dikatakannya.
"Ayo mbak... jangan takut." bujuk Mikaela.
"Baiklah."
"Begitulah," ucap Mikaela.
Annisa dan Mikaela berada di rumah sakit. Keduanya menunggu giliran untuk dipanggil. Karena pasien sang dokter kandungan yang banyak.
"Banyak sekali wanita yang hamil," ujar Annisa.
"Musim hamil mbak. Maklumlah, ini musim hujan."
"Ih..apa hubungan hamil dengan musim hujan?" tanya Annisa.
"Musim hujan, bawaannya ingin tidur terus mbak. Pelukan dengan istri, jadilah dedek bayi," ucap Mikaela sambil nyengir.
"Bicara omes terus. Mbak bilang pada ayah dan bunda, biar dinikahkan cepat-cepat." Annisa menepuk paha Mikaela.
"Hih... mana ada aku ngomong omes. Itu memang kenyataannya. Mbak sendiri contohnya. Setiap malam lembur terus, akhirnya ada dedek bayi di dalam perut Mbak ini ." Mikaela mengedipkan matanya memandang Annisa.
"Ini mulut tidak ada filternya." Annisa kembali menepuk lengan adiknya tersebut.
"Mau periksa ya mbak?" wanita yang duduk di depan Annisa bertanya pada Annisa.
"Iya," sahut Annisa.
"Mbak juga?" tanya Mikaela.
"Iya," sahut wanita itu.
"Anak keberapa, mbak?" tanya Annisa.
"Pertama," sahut wanita tersebut.
"Mbak?" tanya balik wanita tersebut.
"Saya belum tahu hamil apa tidak mbak, mau periksa dulu," jawab Annisa.
Pintu ruang praktek dokter spesialis kandungan terbuka, suster keluar memanggil nama Annisa.
"Ayo mbak, giliran mbak di panggil," ujar Mikaela.
"Jantung mbak dag...dig...dug.... " ujar Annisa.
"Jangan tegang mbak, apa yang dikatakan dokter jangan jadi beban. Saya menikah tujuh tahun, baru hamil sekarang mbak," kata wanita tersebut.
"Tuh... mbak dengar apa kata mbak itu. Mbak baru nikah 4 bulan. Ayo.... !" Mikaela menarik tangan Annisa dan membawanya masuk kedalam ruang dokter kandungan.
Apa yang akan dikatakan dokter?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
✒ Viee ✒
baru dikasi momongan setelah 7 tahun.. pasti seneng banget
2023-07-09
0
Raflesia Gendhis
betul, nisa jangan patah semangat
2023-06-29
0
Na Ni
sabar... terburu-buru tidak akan bagus nantinya
2023-06-21
0