Janu yang sudah merasa lega kini berniat mengajak Alena kembali kelapangan, namun baru beberapa langkah bayangan hitam melintas secepat kilat kearah Janu, dengan cepat tangan Alena menarik Janu untuk berada dibelakangnya.
Bayangan itu terus saja bergerak cepat disekitar mereka, Alena menyadari jika bayangan itu tidak menargetkan dirinya melainkan Janu.
"Apa itu?" tanya Janu.
"Vampir. Dia mengincarmu" Jawab Alena dengan terus berusaha melindungi Janu.
"Apa? Kenapa bisa?" paniknya dan semakin mendekatkan dirinya pada Alena.
"Apa kamu tidak tahu jika darahmu sangat manis dan segar, itu sebabnya vampir itu mengincarmu," candanya yang semakin membuat Janu ketakutan.
"Jangan menakutiku, Alena. Itu tidak lucu," balas Janu dengan kesal yang justru membuat tawa Alena pecah.
"Aku tidak mengira jika hanya badanmu saja yang besar tapi tidak dengan nyalimu," ejek Alena yang hanya mendapat decakan kesal dari Janu.
Setelah beberapa saat bayangan hitam itu tak terlihat lagi, namun Alena masih bisa merasakan kehadiran vampir itu disekitarnya.
"Keluar!!! Jangan bersembunyi dan berhenti main main denganku, tunjukkan dirimu!" teriak Alena yang ditujukan pada vampir itu.
Sedetik kemudian munculah pria dengan pakaian serba hitan lengkap dengan topi dan masker yang dia pakai berdiri tak jauh dari keberadaan Alena dan Janu.
Pria itu masih tetap diam ditempatnya sedangkan Alena telah mengeluarkan taring dan mata biru yang menyala.
"Siapa kamu? Apa tujuanmu mengincar temanku" tanya Alena dengan geram.
Pria itu tersenyum dibalik masker yang dia pakai.
"Rupanya kamu tidak mengingatku, Alena. Pria yang kamu anggap teman itu telah mengetahui rahasiamu, jadi aku dengan baik ingin membantumu membunuhnya," jawabnya.
Suara ini aku mengenalnya, tapi … Kenapa aromanya berbeda. Batin Alena.
"Kenapa? Apa kamu mengenali suaraku," langkah pria itu maju perlahan mendekat.
Alena yang menyadari bahwa pria itu mendekat untuk bisa mengambil Janu darinya segera dia memasang badan didepan Janu.
"Jangan pernah berani menyentuhnya sedikitpun," tegas Alena.
"Alena, lebih baik kita kabur saja," ajak Janu dengan terus mengoyangkan lengan baju Alena.
"Diam" sergahnya dengan memperlihatkan taringnya pada Janu.
Janu yang terkejut mendapat respon seperti itu lebih memilih diam dengan ketakutan yang semakin dalam.
"Siapa kamu?." Lagi lagi pertanyaan Alena hanya mendapat kekehan kecil dari vampir didepannya itu.
"Kamu benar benar tidak mengenaliku? Baiklah, serahkan temanmu itu baru aku akan memperkenalkan diriku," balasnya dengan mencoba membuat penawaran pada Alena.
"Tidak akan," tolaknya dengan tegas.
"Kenapa? Bukankah dia sudah mengetahui identitasmu sebagai vampir," tanya pria itu dengan heran.
"Aku membutuhkannya," jawabnya jujur.
"Baiklah, terserah kamu saja," balasnya.
Vampir pria itu kemudian melangkah lebih dekat kearah Alena dengan membuka topi dan terakhir membuka maskernya.
Alena membulatkan matanya sempurna melihat seseorang yang kini berdiri dihadapannya, seseorang yang telah lama tidak dia lihat dan dia dengar kabarnya seseorang yang juga dia rindukan kehadirannya.
"Eron," lirihnya.
"Lama tidak bertemu, Alena," ucapnya yang langsung disambut pelukan oleh Alena.
Eron tersenyum dan langsung membalas pelukan dari teman kecilnya itu, pelukan mereka berlangsung lama menyalurkan kerinduan yang telah bertahun tahun singgah.
Alena lebih dulu melepas pelukanmya dan menatap Eron dengan khawatir.
"Kamu dari mana saja? Tyson bilang kamu mati terbunuh bagaimana bisa kamu ada disini sekarang? Dan lagi, kenapa aroma tubuh mu berbeda Eron?" tanya Alena tanpa henti dengan raut wajah bingung serta khawatir.
Eron tersenyum senang saat melihat Alena yang sangat mengkhawatirkan dirinya.
"Hilangkan dulu taringmu baru aku jelaskan," pinta Eron yang kemudian dengan mudah dikabulkan oleh Alena.
"Selama ini aku berada di lembah utara untuk memulihkan diri, dan tidak salah jika Tyson mengira aku sudah mati karena keadaanku yang sangat mengenaskan waktu itu, namun saat aku sudah menyuruh Tyson untuk pergi mencarimu Jarvis datang padaku dan menyelamatkan ku dengan memberiku ramuan bunga tulip hitam, itu yang membuat aroma tubuh ku berbeda," jelas Eron panjang yang membuat Alena terkejut kebingungan.
"Jarvis?" tanya Alena.
"Maaf Alena," sahut Eron saat mengetahui arti dari perubahan ekspresi Alena.
"Alena," panggil Janu.
Kedua vampir itu menoleh bersamaan menatap Janu yang masih terlihat ketakutan.
"Boleh aku pergi?" tanya Janu.
"Pergilah, tapi tolong jangan beritahu siapapun, dan aku tidak kembali ke kelas untuk hari ini" jawab Alena.
Janu mengangguk lalu pergi meninggalkan dua vampir itu dibelakang sekolah.
"Kamu yakin membiarkannya lolos?" tanya Eron pada Alena.
"Iya, dia tahu keberadaan bibi Lina, jadi aku yakin dia bukan manusia biasa," jawab Alena.
Anggukan kepala menandakan Eron mengerti dengan maksud Alena.
"Kita ketempat Tyson" ajak Alena yang dia balas senyum semangat oleh Eron.
Tidak menunggu waktu lama mereka segera menggunakan teportasi menuju kantor dimana Tyson bekerja.
"Mereka menakutkan sekali, untung saja aku tidak mati ditangan mereka," gumam Janu dibalik tembok yang menyaksikan kepergian Alena dan juga Eron.
...***...
Alena berjalan memasuki perusahaan Alenxia Grub disusul dengan Eron dibelakangnya yang masih setia memakai masker dan topi miliknya. Kehadiran mereka mampu memarik perhatian para karyawan kantor.
"Nona Alena, anda mencari tuan Tyson?" tanya pegawai resepsionis yang waktu itu bertengkar dengannya.
Alena menjawabnya hanga dengan menganggukkan kepalanya.
"Tuan Tyson berada diruangannya namun sedang ada rapat dengan tuan Dion," jelasnya.
"Terima kasih" balas Alena yang kemudian pergi dengan acuh.
"Maaf, tapi anda tidak boleh masuk tuan," cegahnya pada Eron yang membuat Alena membalikkan badan kearahnya.
"Dia datang bersamaku, jadi tidak ada alasan untuk kamu menghalanginya," sahut Alena dengan tegas.
"Tapi Nona-",
"Tyson juga mengenalnya, jangan sampai kamu kehilangan pekerjaanmu karena mengulang kesalahan yang sama," tegasnya lagi.
"Maafkan saya Nona Alena," ucapnya dengan menundukkan kepala lalu memberi jalan pada Eron.
"Astaga, hampir saja kamu membuatnya marah lagi" ucap salah satu karyawan yang berjalan menghampiri sang resepsionis.
Pegawai resepsionis itu hanya bisa menggela nafas lega mengingat jika dirinya hampir kehilangan pekerjaan.
"Aku tidak menyangka ternyata nona Alena masih seorang murid SMA," tutur salah satu karyawan yang berambut paling pendek diantara kedua karyawan lain.
"Iya, dilihat dari seragam yang dia pakai dia masih murid SMA, tapi siapa sangka dia terlihat lebih dewasa ketika berpakaian biasa dan sikapnya terkadang tidak memperlihatkan bahwa dia masih murid SMA," sambung pegawai resepsionis itu.
...***...
Alena dan Eron sampai didepan ruangan Tyson, sebelum masuk Alena mengetok pintu terlebih dahulu baru dia membukanya.
"Alena, sedang apa kamu disini?" tanya Tyson yang melihat Alena masuk keruangannya.
"Memangnya kenapa?" tanya balik Alena yang terus berjalan mendekati Tyson dan Dion.
"Ini masih jam sekolah, Nona Alena. Jadi tidak seharusnya kamu berkeliaran di luar sekolah," jawab Dion.
"Tidak masalah disekolah tidak ada jam pelajaran, jadi aku bebas keluar kemanapun," balas Alena.
Tyson dan Dion hanya menggeleng pasrah menghadapi Alena yang terbilang keras kepala.
"Tyson, aku membawa seseorang yang ingin bertemu denganmu," ucap Alena dengan senyum merekah dibibirnya.
"Vampir?" tanya Tyson.
"Tidak perlu bertanya jika kamu tahu jawabannya," kesal Alena.
"Masuk lah!" teriak Alena.
Eron membuka pintu ruangan Tyson dan melangkah masuk, saat sampai disamping Alena Eron mulai melepas topi dan masker yang dia pakai. Tyson yang terkejut dengan kehadiran Eron langsung berdiri dari duduknya dengan mata yang membulat sempurna.
"Hai, Tyson" sapa Eron dengan menunjukkan mata biru serta senyum yang merekah.
"Eron, kamu masih hidup?" tanya Tyson.
"Iya, berkat Jarvis." Alena memalingkan wajahnya kala mendengar Eron menyebut nama Jarvis.
Tak jauh berbeda dengan Tyson saat mendengar nama itu pandangannya lalu tertuju pada Alena yang berusaha menahan air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments