Janu berdiri didepan pintu kayu yang usianya tak lagi Muda sama seperti seseorang yang berada didalamnya.
Janu mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya pelan bersamaan dengan tangannya yang membuka pintu tersebut.
Dilihatnya seorang wanita tua yang tengah berbaring di atas ranjang mengenakan pakaian serba hitam, rambutnya yang sudah penuh dengan uban dan tubuhnya terlihat hanya tulang yang terbungkus kulit membuatnya merasa iba.
Langkanya perlahan mendekat kesisi ranjang, tangannya meraih kursi dan mendudukinya tepat disamping tempat tidur wanita itu.
Merasakan kehadiran seseorang disampingnya wanita itu perlahan membuka mata dan melihat janu yang tengah tersenyum kearahnya.
“Hai, Nenek” sapa janu.
“Janu, sudah lama kamu tidak kesini” balasnya.
Janu tersenyum lalu memegang tangan wanita itu dengan rasa bersalah. “Maaf ya, Nek. Janu terlalu sibuk sama teman teman sampai lupa kalau ada nenek yang merindukan Janu”.
“Tidak apa apa, nikmati masa muda kamu karena itu tidak akan pernah terulang” jawabnya.
“Nenek Lina memang yang paling memgerti Janu. Terimakasih, Nek” balas Janu dengan senyum merekah dibibirnya.
Saat tengah menatap cucunya yang tengah tersenyum didepannya ini, raut wajah Lina nerubah seketika saat dia merasakan sesuatu yang masuk ke indra penciumannya.
“Janu, bisa kamu lebih mendekat” pinta Lina.
Janu segera merapatkan kursinha dengan sisi ranjang dan sedikit mencondongkan tubuhnya kearah Lina. Tangan Lina bergerak meraih lengan baju Janu lalu menciummya.
Benar, ini adalah aromanya aku tidak salah lagi, dia datang. Batin Lina.
“Janu, kamu ingat apa yang pernah nenek katakan?” tanya Lina.
“Yang mana ya, Nek?” Janu berusaha mengingat perkataan yang dimaksud Lina.
“Tentang hadis dari bangsawan Vampir,” jawab Lina.
“Janu ingat, waktu itu nenek pernah bilang kalau akan ada gadis dari bangsawan Vampir yang datang dengan membawa dendam dan amarah pada manusia yang membantai keluarganya,” jawab Janu.
“benar, dan dia sudah datang. Nenek mencium aromanya di seragam sekolah kamu, itu artinya kamu pernah bertemu dengannya,” jelas Lina.
Janu melebarkan matanya dan merasa tubuhnya merinding ketika mengetahui dia telah bertemu dengan seorang vampir tanpa sepengetahuannya.
“Mungkin Nenek salah, Janu akhir akhir ini hanya main sama Hidar dan Mala ditambah anak baru namanya Alena,” sanggahnya.
“Alena?” tanya Lina yang sedikit terkejut.
“Iya, dia anak baru dikelas Janu namanya Alena” jawab Janu.
“Alena Bellenxia?” tanya Lina memastikam.
Janu terkejut saat mendengar Lina mengucapkan nama lengkap Alena. Untuk mengurangi rasa penasarannya akhirnya dia bertanya pada Lina. “Nenek tau nama Alena darimana?” tanyanya.
“Nenek yang mengasuhnya dari kecil, jelas nenek tau. Alena teman kamu itu adalah Alena yang nenek cari,” jawab Lina.
“A-Alena … Dia … Vampir?” Tanya Janu ragu.
Lina mengangguk.
Janu semakin terkejut tidak menyangka bahwa teman yang duduk di samping bangkunya adalah seorang vampir. Dia membayangkan bagaimana hari harinya disekolah setelah tau ada vampir disekitarnya.
“Kamu sekarang sudah menemukan Alena, kini saatnya kamu menjalankan tugas mu, lindungi dan sadarkan dia agar tidak membalas dendam atau dia akan menyesal,” pintanya.
“Kenapa harus Janu, Nek?” tanya janu memelas.
“Cuma kamu yang bisa, Janu” jawab Lina.
Janu memandang Lina yang tengah menaruh harap padanya. Karena mengingat kondisi Lina yang semakin buruk Janu tidak ada pilihan lain selain menerimanya.
Janu menarik nafasnya dalam lalu mengangguk menyetujui permintaan Lina.
“Terimakasih, Janu” ucap Lina.
Saat tengah meratapi nasibnya yang kini harus berhubungan dengan seorang vampir, Janu tiba tiba teringat akan sesuatu.
“Tapi, Nek. Kalau Alena Vampir itu artinya suhu tubuhnya dingin, kan?” tanya Janu, dan Lina mengangguk menjawabnya.
“Tapi kenapa Mala dan Haidar tidak merasakan suhu dingin itu sedangkan Janu bisa?” sambungnya.
“Itu karena dia memakai kalung teratai hitam yang dibuat oleh leluhurnya untuk memanipulasi agar terlihat seperti manusia pada umumnya, jadi manusia biasa tidak akan bisa merasakan suhu dinginnya. Sedangkan kamu, nenek telah memberikan ramuan gingseng emas padamu saat masih kecil itu sebabnya kamu bisa merasakan suhu dinginnya,” jawab Lina.
“Ramuan gingseng emas juga bisa membuatmu berumur panjang dan terhindar dari penyakit, itu sebabnya banyak manusia mengincarnya bahkan sampai membantai kaum vampir untuk mendapatkannya,” sambung Lina.
“Jadi itu alasan Nenek masih hidup dan Alena kehilangan keluarganya?” tanya Janu.
“Tidak, ramuan gingseng emas itu hanya menambah umur manusia paling lama lima puluh tahun dari takdir umur aslinya. Seharusnya nenek sudah mati lima puluh tahun setelah insiden pembantaian itu, tapi karena nenek juga meminum darah vampir generasi suci, nenek masih bisa bertahan seratus tahun lagi,” jelas Lina.
Janu semakin bingung dengan penjelasan Lina, semua yang dikatakan Lina sangat tidak masuk akal baginya, di tambah lagi fakta didepannya saat ini bahwa lina masih bisa hidup tiga ratus tahun setelah pembantaian itu.
“Nek, bisa jelas kan lebih jelas. Janu benar benar bingung,” ucapnya.
“Nenek bisa bertahan Seratus Lima Puluh tahun lagi itu karena tekat nenek untuk bertemu dengan Alena. Meski harus membayarnya dengan nenek lumpuh” jelasnya.
Janu mengerti sekarang, Neneknya ini saat ini tengah mengorbankan hidupnya agar bertemu dengan Alena. Walaupun Lina selalu terlihat selalu tersenyum sebenarnya dia tengah menahan sakit yang amat sangat karena melawan kematian.
“Ingat, Janu. Alena datang dengan dendam dan amarah, dan saat ini targetnya telah ditemukan” kata Lina.
“Target? Siapa?” tanya Janu.
...***...
Alena berjalan memasuki gedung setelah memarkirkan mobilnya, dia melangkah menuju resepsionis dimana disana terdapat seorang wanita yang tengah bekerja.
“Tyson ada?” tanya Alena.
“Maaf, apa Nona sudah buat janji” balas pegawai itu.
“Aku tidak perlu membuat janji untuk bertemu dengan Tyson. Katakan dimana ruangannya?” Desak Alena.
“Maaf, Nona. Tapi untuk bertemu dengan tuan Tyson harus ada janji terlebih dahulu,” jawab sang resepsionis
“Aku menghargai pekerjaanmu itu sebabnya aku lewat didepanmu, jika begini harusnya aku langsung masuk tanpa melewatimu,” balas Alena dengan emosi.
Saat hendak melangkah pergi pegawai itu mencegah Alena dengan memegang pergelangan tangannya.
“Maaf, Nona. Jika anda tidak bisa menaati peraturan silahkan pergi,” tegasnya
Alena menghempaskan tangannya dengan keras sehingga membuat pegawai itu jatuh tersungkur.
“Jangan menyentuhku” protes Alena.
Perdebatan kecil antara Alena dan pegawai resepsionis mampu membuat atensi orang di sekitarnya tertuju pada mereka.
“Ada apa ini?” tanya Dion dengan lantang saat berada diantara kerumunan orang.
Pegawai itu lantas berdiri dan menunduk saat melihat kehadiran Dion.
“Maaf, Tuan Dion. Nona ini memaksa masuk untuk bertemu dengan tuan Tyson, karena belum ada janji jadi saya melarangnya,” jelasnya.
Kini Dion beralih pada Alena yang masih menahan emosinya, lalu mendekat dan memberi salam pada Alena.
“Nona Alena, tolong tenangkan diri anda” ucap dion dengan sedikit rasa takut.
“Ck, membuang waktu ku saja. Masih mending tidak kubunuh pegawaimu ini” kata Alena kemudian dia melangkah pergi dari sana untuk mencari ruangan Tyson.
“Hey Nona, anda tidak ***-“
“Diam” ucap Dion memotong kalimat karyawannya.
“Kamu mungkin belum tau, dia adalah adik tuan Tyson, nona Alena,” sambung Dion.
Pegawai resepsionis itu kini diam terkejut dengan mata yang terbuka lebar, bukan hanya dia bahkan karyawan lain juga sama terkejutnya.
“Dan dia punya temperamen yang buruk, berdoa saja semoga kamu tetap hidup,” lanjutnya.
Dion berjalan pergi meninggalkan kerumunan.
“apakah hari ini, hari terakhirku bekerja” tanya pegawai resepsionis itu pada dirinya sendiri. Dia menyesali kejadian yang baru saja terjadi.
Disisi lain kini Alena sudah berada di ruangan Tyson setelah dia berusaha melacak Tyson menggunakan kemampuan vampirnya.
Dia masih kesal akibat perdebatannya dengan karyawan penjaga lobi tadi.
“Kenapa kamu masih mempertahankan karyawan seperti itu, pecat saja dia” kesalnya.
Tyson tertawa melihat Alena yang tengah mengomel didepannya.
“Dia seperti itu artinya dia menaati aturan, jadi untuk apa aku memecatnya” balas Tyson.
“Cih, percuma saja bilang padamu” gerutunya.
“Baiklah lupakan kejadian tadi. Sekarang, kenaoa kamu datang kesini?” tanya Tyson.
“Aku mencium aroma bibi Lina akhir akhir ini, itu artinya bibi Lina masih hidup,” jelas Alena dengan antusias.
“Kamu yakin? Sedangkan kamu tahu apa yang akan terjadi pada bibi Lina ketika sudah tidak mengkonsumsi ramuan itu,” tanya Tyson.
“Aku tidak mungkin salah, Tyson. Aku mengenal aromanya sejak aku kecil,” jawab Alena.
“Baiklah, aku akan menyuruh Dion untuk mencarinya” balas Tyson.
“Bisa tidak jangan dia. Setiap aku melihatnya rasanya aku ingin memangsanya, wajahnya terlihat seperti kelinci," timpal Alena.
Tyson justru tertawa puas mendengar ejekan alena yang di lontarkan untuk Dion. Bukan hanya itu Tyson juga tertawa karena ekspresi kaget Dion saat mendengar Alena mengejeknya.
“Maaf, Nona. Kelinci ini mendengar semua yang Nona katakan” sindir Dion.
Alena terkejut bukan main saat mendengar suara Dion berada dibelakangnya, namun dengan segera Alena kembali mengontrol ekspresinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments