CHAPTER 5

Beberapa minggu telah berlalu semenjak Janu mengetahui identitas asli Alena, Janu sedikit menjaga jarak dengan teman barunya itu bahkan terkadang sengaja menghindarinya.

Namun Janu tetap diam diam memperhatikan Alena, agar mengetahui siapa target Alena.

“Januar,” teriak Alena saat Janu tengah berjalan seorang diri di koridor sekolah.

Langkah Janu terhenti dan menengok kebelakang, dilihatnya Alena tengah berjalan menuju ke arahnya.

Mengetahui hal itu, janu segera berbalik dan hendak melangkah lebih cepat, namun ternyata tangan Alena lebih dulu meraih bahunya.

“Kenapa kamu menghindariku?” tanya Alena.

Janu tersenyum kaku dan berusaha menenangkan dirinya.

“Aku tidak menghindar, mungkin hanya perasaanmu saja,” jawab Janu.

Alena mengerutkan keningnya lalu menatapnya, pandangannya menelisik dalam kearah mata Janu.

“Sorot matamu mengatakan kamu menghindariku. Kamu takut denganku?” tanya Alena.

Benar, manusia mana yang tidak takuy dengan vampir sepertimu Alena. Batin Janu.

“Ti-tidak” jawab Janu bohong.

Alena mengangkat sebelah alisnya dan memperhatikan janu yang terlihat semakin gugup.

Aneh, kenapa aku tidak bisa membaca pikirannya. Batin Alena.

Merasa semakin heran dengan keanehan pada Janu , Alena lebih memilih pergi dan meninggalkannya begitu saja.

Janu bisa menghela nafas lega untuk saat ini, namun dia masih akan bertemu dengan Alena dikelas nanti.

“Aku harus segera memberitahunya, kasihan nenek jika harus menunggu lebih lama lagi” ucap Janu.

“Tapi apa dia akan membunuhku jika aku mengatakan bahwa aku tau identitasnya” sambungnya.

“Identitas apa? Siapa?” tanya Haidar yang tiba tiba berada disampingnya membuat Janu terkejut.

“Astaga, biasakan permisi terlebih dahulu sebelum menyahut pembicaraan orang, Haidar” tegur Janu.

Haidar hanya memasang senyum tanpa dosa lalu menggaruk tengkunya dan meminta maaf pada janu. “Maaf,” katanya.

Janu hanya memberi respon dengan memutar bola matanya malas lalu pergi meninggalkan Haidar menuju kelasnya.

Saat tiba di depan pintu kelas Janu berpapasan dengan Javir yang keluar dari kelasnya, pandangan mereka bertemu dan saling melemoar tatapan tajam satu sama lain.

Haidar yang berada diantara mereka merasa suasana menegang akhirnya memutuskan untuk memisahkan mereka.

“Ekhem, sebaiknya Kak Javir kembali ke kelas, jam pelajaran sebentar lagi dimulai,” kata Haidar.

Javir hanya melirik Haidar sebentar kemudian melangkahkan kakinya pergi begitu saja.

“Hufh, selamat” gumam Haidar.

Janu kemudian memasuki kelasnya dengan kesal di susul Haidar dibelakangnya yang terlihat was-was dengan Janu saat ini.

“Dia kenapa kesini?” tanya Haidar pada Mala.

“Bertemu Alena” jawab Mala.

Janu yang mendengarpun lantas menolehkan kepalanya pada teman disampingnya, begitu juga dengan Haidar.

“Kamu ada masalah dengan kak Javir, Alena?” tanya Haidar.

“Tidak,” jawab Alena.

“Lalu kenapa dia mencarimu?” tanya Janu.

Alena mengangkat bahunya sebagai jawaban bahwa dia tidak tahu.

“Jangan bertanya lagi,” ketus Alena.

Mengatahui suasana hati Alena yang tidak baik, ketiga temannya itupun memilih untuk menuruti perkataan Alena tanpa mereka tahu bahwa sebenarnya Alena tengah memahan rasa mualnya saat ini.

...***...

Dion saat ini tengah berada didepan gedung sekolah Alena bersama satu pengawalnya, Tyson menyuruhnya untuk mengawasi gedung itu, perasaannya mengatakan ada sesuatu yang akan terjadi pada Alena hari ini.

Saat tengah meneliti setiap sudut bangunan itu, netra Dion menemukan seseorang berada diatas gedung dengan mengenakan pakaian serba hitam.

“Siapa itu, kenapa dia berada di atas gedung?” tanya dion.

“Tuan, dia terlihat mencurigakan” balas pengawalnya.

“Benar, tidak mungkin ada orang yang mengenakan pakaian seperti itu disekolah” jawab Dion.

Segera dia meraih benda pipih di saku jasnya dan mencoba menghubungi Tyson.

Namun saat hendak menyalakan ponselnya, netra Dion tak lagi menemukan orang tadi. Dia mencoba melihat lagi disekeliling gedung namun tetap tak dapat menemukannya.

“Sial, kemana dia pergi?” kata Dion.

“Maaf Tuan, aku juga tidak melihatnya” jawab pengawal yang berada sisampingnya.

“Siapa dia? Apa dia Vampir yang selama ini mengikuti nona Alena?” gumamnya.

...***...

Alena hari ini nampak tak bersemangat, bahkan jam istirahat dia hanya berdiam diri dikelas, ketiga temannya juga tidak mau mengganggunya karena menurut mereka Alena hanya sedang dalam suasana hati yang buruk.

“Alena, wajahmu terlihat pucat” kata Mala setelah kembali dari kantin.

“Tidak apa apa, tolong jangan ganggu aku” jawab Alena.

Nada bicara Alena yang terdengar dingin membuat Mala terdiam dan melirik kedua temannya dengan perasaan cemas dan takut.

“ayo kembali ketempatmu, guru sebentar lagi masuk,” bisik Haidar.

Mala hanya menurut dan berusaha mengabaikan Alena.

Saat tiba di jam pelajaran tetakhir, Alena semakin kehilangan tenaganya, dia terus membenamkan kepala dilipatan tangannya. Hingga bell pulang berbunyi, Alena bergegas pergi lebih dulu meninggalkan teman temannya.

Alena berjalan tertatih menyusuri koridor yang saat ini dipenuhi dengan murid yang hendak pulang sekolah. Pandangan Alena mulai kabur yang nampak hanya pembuluh darah setiap siswa yang dilihatnya. Dia berusaha keras menahan hasratnya yang haus darah dan bergegas pergi dari sana, namun karena tubuhnya lemah langkahnya menjadi lamban.

Tyson, tolong aku. Jangan sampai aku kehilangan kendali disekolah. Batin Alena memanggil Tyson.

Kaki Alena benar benar tidak sanggup untuk menopang tubuhnya, hingga akhirnya dia kehilangan keseimbangan beruntung Janu datang tepat waktu.

“Alena, kamu kenapa?” tanya Janu yang menopang tubuh Alena.

“Tubuh kamu sangat dingin, Alena. Aku akan mengantarmu pulang” ucap Janu.

“Jangan, sebaiknya kamu pergi, Janu.” Tolaknya lalu menyuruh Janu agar cepat pergi dari hadapannya.

“Tidak, Alena. Keadaanmu seperti ini mana mungkin aku meninggalkanmu” jawab Janu.

“Pergi Janu. Kamu bisa dalam bahaya,” desak Alena.

Kini Janu mengerti, alasan kenapa Alena seperti ini pasti ada hubungannya dengan identitasnya sebagai vampir. Namun bukannya takut kini Janu sengaja berada didekat Alena dan berusaha membantu Alena pergi dari sana.

“Biarkan Aku yang mengantarnya pulang” suara Javir yang terdengar menghentikan langkah Janu.

Segera Javir menarik Alena kedalam dekapannya dan hendak membawanya pergi.

Darah, darah ini terlihat sangat manis sekarang. Batin Alena.

“Tidak bisa, aku yang akan mengantarnya,” protes Janu.

“Apa kamu tidak mendengar tadi dia menyuruhmu pergi, Januar Elgar” balas Javir.

Janu terpaku ketika mendengar Javir memanggil nama lengkapnya. Javir yang melihat itupun tersenyum sinis kearahnya.

Ditengah persebatan mereka, tanpa mereka sadari ada Alena yang semakin mendekat kearah leher Javir, dia sudah berusaha menahan rasa hausnya, namun entah mengapa aroma darah Javir yang biasanya membuatnya mual kini justru terlihat sangat manis dan membuatnya ingin segera menghisapnya.

“Biarkan aku yang mengantar Alena, kamu tidak bisa membawanya dengan motormu disaat kondisi Alena seperti ini” kata Javir.

Janu terdiam membenarkan perkataan Javir, tapi dia juga tidak bisa membiarkan Alena pergi dengan Javir atau Javir akan dalam bahaya.

“Saya yang akan membawa Alena pulang” sahut seseorang yang kini berjalan kearah mereka dengan seorang lagi dibelakangnya. Mereka adalah Tyson dan Dion.

Tanpa berkata lagi Tyson segera meraih Alena yang berada di dekapan Javir lalu menggendongnya. Dilihatnya mata Alena yang telah berubah biru dan taring yang keluar, Tyson segera menyuruh Dion untuk menutup wajah Alena dengan jas yang berada ditangannya. Beruntung Tyson datang tepat waktu sehingga dapat menghentikan Alena yang akan mengigit Javir.

“Maaf, tapi Anda siapa?” tanya Janu.

“Saya Kakaknya, terima kasih sudah perhatian dengan adik saya” jawabnya lalu pergi.

“Tyson Wistara, CEO dari Alenxia grub” gumam Javir yang memperhatikan punggung Tyson semakin jauh.

Janu terkejut dengan perkataan Javir yang masih bisa didengar olehnya. Belum sempat Janu bertanya Javir sudah lebih dulu pergi meninggalkannya.

“Alenxia Grub? Kakak Alena? Itu artinya perusahaan besar itu dipimpin oleh kaum vampir?” gumam Janu.

Disisi lain kini Tyson membawa masuk Alena ke mobilnya yang kemudian mobil itu melaju dengan kecepatN sedang.

Tyson memberinya dua kantung darah, dengan cepat Alena meminumnya dan dalam sekejap darah itu habis.

Alena merasa lega akhirnya dia bisa kembali segar setelah meminum darah.

“Sudah berapa lana kamu tidak minum darah?” tanya Tyson.

“Hampir satu minggu” jawab Alena.

“Kamu memang cari mati Alena, kenapa bisa sampai tidak minum darah satu minggu?” tanya Tyson dengan amarahnya.

“Karena terlalu sering mencium aroma darah Javir membuatku sedikit takut minum darah” jawab Alena.

“Bodoh, Vampir macam apa yang takut minum darah” kesal Tyson.

Alena hanya menghela nafas ketika Tyson memarahinya.

“Oh iya. Tyson, kenapa darah Javir terlihat sangat manis saat kondisiku seperti itu?” tanya Alena penasaran.

“Maksudnya?” tanya Tyson tak mengerti.

“Disaat aku yang hampir sekarat seperti tadi, darah Javir yang biasanya menjijikkan dan membuatku mual tiba tiba aromanya berubah sangat manis,” jelas Alena.

“Kamu lupa, Javir selain target balas dendammu dia juga kutukan yang kamu terima karena telah membunuh wanita yang sedang hamil tiga ratus tahun yang lalu. Darahnya adalah maut untukmu Alena” ucap Tyson.

“Bahkan jika hanya mencium aromanya saja itu bisa membunuhku secara perlahan, kan?” Tanya Alena.

“Iya, kamu bertemu dengan dia itu sudah ajal untuk kamu” jawab Tyson.

Alena menyandarkan punggungnya sambil menghembuskan nafas pelan, dia terlihat pasrah dengan takdirnya, dalam benaknya kini hanya ada balas dendam tidak peduli dia akan mati nantinya.

“Ngomong-ngomong, pria disamping target mu tadi itu siapa?” tanya Tyson.

“Dia Janu,” jawab Alena.

“Jadi dia yang bisa merasakan suhu aslimu?” tanya Tyson lagi.

“Iya, kenapa?” tanya Alena.

“Tidak apa apa” jawab Tyson.

Alena mengalihkan perhatiannya kearah luar jendela mobil, sedikit demi sedikit matanya mulai menutup dan akhirnya dia tertidur.

Janu? Wajah anak itu hampir mirip dengan Jarvis. Apa Alena juga menyadari hal itu. Batin Tyson.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!