CHAPTER 20

"Alena, apa kamu sudah tau kalau Janu masuk rumah sakit?" tanya Tyson yang sedang mengetik didepan laptopnya.

"Janu sakit? Kenapa bisa?" tanya Alena menghentikan game diponselnya.

"Elgar bilang dia tidak makan apapun satu minggu ini," jawab Tyson.

"Benarkah?" Tanya Alena masih tidak percaya.

"Pasti karena dia melihat Willona saat itu," sahut Eron santai dengan melihat koran yang berada ditangannya.

"Benar juga, itu pertama kalinya dia melihat hal seperti itu jadi wajar saja jika dia tidak napsu makan, dasar manusia," cibir Alena.

"Janu sempat ikut kalian ke kastil?" tanya Tyson menghentikan kegiatannya.

"Iya, dia memaksa ikut bersama ku," jawab Eron.

"Ternyata gingseng emas pun tidak berfungsi saat manusia itu sendiri yang mencari penyakit," celetuk Alena.

"Lalu apa rencanamu selanjutnya?" tanya Eron menutup koran dan melatakkannya dimeja kerja Tyson.

"Belum ada, kita tunggu situasi membaik setidaknya sampai berita kematian putri bungsu Matteo mereda," jawab Alena.

Tyson dan Eron setuju dengan pemikiran Alena, situasi saat ini masih memanas di keluarga Matteo, jika mereka bertindak saat ini justru akan mengundang kecurigaan.

...***...

Alan dan Ayahnya masih termenung diruang tamu rumah mereka ditemani Javir dan ayahnya serta Yuda. Mereka semua ikut larut dalam kesedihan yang dirasakan keluarga Matteo, belum ada pembicaraan sama sekali sejak mereka pulang dari pemakaman Willona, sampai mereka di kejutkan dengan kedatangan Elgar dan juga Tyson.

"Kalian," ucap Alan yang membuat mereka semua menoleh kearah pintu utama.

"Elgar," ucap Matteo langsung berdiri ketika melihat Elgar memasuki rumahnya.

"Kami kemari untuk berbela sungkawa, tidak ada niatan untuk membicarakan bisnis," sahut Tyson yang mengerti arti tatapan Matteo pada Elgar.

"Baiklah silahkan masuk," sambut Matteo.

Elgar masuk lebih dulu berjalan mendekati mereka yang tengah duduk di sofa ruang tamu, sedangkan Tyson berbalik memanggil seseorang untuk ikut masuk bersamanya.

Melihat Alena yang berjalan masuk dibelakang Tyson membuat beberapa dari mereka terkejut.

"Alena," gumam Javir.

"Tuan Matteo dia adik saya, Alena. Saya rasa Alan juga mengenalnya karena mereka satu sekolah," Tyson memperkenalkan Alena dihadapan mereka yang membuat Alan dan Yuda terkejut.

"Alena adik Tuan Tyson? Apa kamu tau itu Javir?" tanya Alan.

"Iya, aku sendiri tidak sengaja mengetahuinya saat Tuan Tyson menjemputnya disekolah," jawab Javir.

"Alan, aku turut berduka cita atas kepergian adikmu," ucap Alena dengan sedikit menunduk bukan karena malu tetapi karena sedang berusaha menahan rasa mual dari aroma darah Javir yang juga berada disana

"Iya, terimakasih Alena," balasnya dengan senyuman.

"Silahkan duduk Tuan Tyson," ucap Darian.

Tyson pun duduk disebelah Elgar, sedangkan Alena yang dengan terpaksa duduk disebelah Javir karena hanya itu tempat yang tersisa.

"Janu tidak ikut, Paman?" tanya Javir pada Elgar.

"Tidak, dia sedang berada dirumah sakit sejak semalam," jawab Elgar.

"Benarkah, ternyata anak itu bisa sakit juga," celetuk Yuda tak percaya.

"Kamu mengenal putra Elgar, Javir?" tanya Darian pada sang putra.

"Iya, dia juga satu sekolah denganku, bahkan satu kelas dengan Alena," jawab Javir.

"Waah, ternyata dunia sesempit itu ya," kata Darian dengan senyum mengembang.

Iya, dunia memang sesempit itu, bahkan sekarang musuhku pun sedang berkumpul dihadapanku. Batin Alena yang melihat mereka dengan tatapan benci yang tidak disadari siapapun kecuali Tyson.

Waktu berlalu hingga tanpa disadari mereka telah berbincang selama satu jam, dengan Alena yang selalu diam tanpa ikut dalam pembicaraan mereka.

"Alena apa kamu baik baik saja, wajahmu terlihat sangat pucat?" tanya Javir yang terlihat khawatir melihat gadis disebelahnya terlihat lemas.

Alena mengangguk sambil melirik kearah Tyson yang berada didepannya.

Tyson yang menyadari hal itu juga terlihat sedikit panik, takut jika Alena akan kehilangan kendali atau bahkan semakin lemah sebab terlalu lama berada didekat Javir.

"Tuan Matteo, maaf sepertinya kami harus pergi, adik saya sepertinya kurang enak badan," pamit Tyson.

"Iya, terimakasih karena sudah mau berkunjung," balas Matteo.

Tyson dan Elgar memgangguk dan berjabat tangan dengan Matteo dan juga Darian. Setelahnya Tyson segera menghampiri Alena dan memapahnya disusul Elgar yang berada dibelakang mereka.

"Aku haus Tyson," bisik Alena yang berlalu meninggalkan mereka.

"Tahan Alena, saat ini kamu sedang berada dikandang musuh," balas Tyson yang juga berbisik pelan.

Mereka berjalan cepat menuju mobil mereka dimana disana sudah ada Dion yang berada dikursi kemudi. Sedangkan Elgar memasuki mobilnya sendiri yang berada tak jauh dari mobil Tyson.

Tyson memerintahkan Dion untuk segera pergi meninggalkan kediaman Matteo, baru setelah beberapa saat kendaraan mereka melaju Tyson memberikan Alena dua kantung darah untuk mengembalikan tenaganya.

Melihat Alena yang menghabiskan dua kantung darah dalam sekejap membuat Tyson juga merasa haus akhirnya dia mengambil satu kantung darah untuk dikonsumsimya, karena jika dia menahan rasa hausnya akan bahaya untuk Dion yang seorang manusia.

Menyaksikan kedua kakak beradik yang sedang menikmati darah dikursi penumpang membuat Dion bergidik ngeri, meski hal ini sudah biasa disaksikannya sejak kecil tapi masih saja membuat Dion merinding.

Disisi lain dikediamam Matteo terlihat mereka berlima kembali hening setelah kepergian Tyson dan Elgar. Darian membuka pembicaraan dengan bertanya pada sang putra.

"Kenapa kamu tidak memberitahu ayah jika kamu mengenal adik Tyson, Javir," protes sang ayah pada putranya.

"Untuk apa? Bukankah urusan ayah hanya dengan tuan Tyson sebagai rekan bisnis. Lagi pula sepertinya Alena memang sengaja menutupi identitasnya yang ternyata adik dari Tyson pemilik Alenxia Grub," balas Javir.

"Jika kalian berfikir bahwa Alenxia Grub itu milik Tyson, kalian salah. Alenxia Grub pemilik sebenarnya adalah Alena," ucap Darian membuat mereka semua terkejut.

"Bagaimana paman tau, dan … Bagaimana bisa Alena adalah pemikik sebenarnya?" tanya Alan

"Saya baru mengetahuunya saat perusahaan saya bekerja sama dengan Alenxia. Tyson dan adiknya mereka sebenarnya bukan saudara kandung, Alena tidak mau memegang perusahaan jadi perusahaan itu diserahkan pada Tyson untuk mengurusnya tapi pemilik sebenarnya tetaplah Alena," jawab Darian.

"Sepertinya Alena sama sekali tidak ingin terlibat dalam perusahaan, bahkan karyawan disana tidak banyak yang tahu bahwa Tyson memiliki adik," sambungnya.

"Waaah hebat, jarang sekali ada orang yang tidak ingin terlihat dan malah menyembunyikan identitasnya seperti Alena, apalagi dia seorang wanita, biasanya yang wanita pikirkan hanya ketenaran dan perhatian," sahut Yuda.

"Pilihan Javir memang tidak salah," sambung Alan.

"Maksudnya?" tanya Matteo.

"Iya Ayah. Javir telah menyukai Alena sejak dia pindah kesekolah kita," jawab Alan dengan sengaja menggoda Javir yang terlihat malu kerena Alan membongkar perasaannya didepan ayahnya.

"Benarkah itu, Javir?" tanya Darian pada putranya.

"Benar Paman, bahkan dia sedang berusaha mendekati Alena yang terlihat lebih dekat dengan Janu," sahut Yuda menanggapi pertanyaan Darian.

"Ooh, rupanya putra Ayah sedang bersaing mendapatkan hati seorang wanita," ucap Darian yang menggoda putranya itu.

Semua orang disana tertawa melihat ekspresi Javir yang terlihat malu sebab menjadi topik pembicaraan oleh mereka.

Terpopuler

Comments

Adam Asror

Adam Asror

entah kenapa berharap kapal javir Alena berlayar

2023-08-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!