" sal, kamu apa kabar?" tanya mas revan begitu sampai di depan kami.
Mas revan adalah teman akrab mas fian semasa kuliah dulu, tpi setelah bekerja keduanya jarang bertemu karna sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, di tambah lagi mas revan sudah punya istri jadi waktunya sudah pasti sangat sedikit untuk keluar ngak jelas gitu.
" alhamdulillah baik mas, mas apa kabar." tanyaku balik
" alhamdulillah mas juga baik." ucapnya
" oh ya mas ngapain ke sini?" tanyaku pada mas revan.
" mas lagi jemput mbak mu." jawabnya singkat
" mbak nisa maksud mas?" tanyaku lagi ngak percaya.
" iya sal, siapa lagi istri mas kan cuma mbak nisa." sambungnya sambil tertawa kecil
" alhamdulillah, ternyata pria ini sudah punya istri, lega banget rasanya. Jadi ngak mungkin dia akan dekatin sally." batin fikri.
" loh, mbak nisa ngapain di sini mas, kok aku ngak pernah melihatnya." tanyaku
" mbak mu kuliah di sini juga tapi dia masuknya dua kali seminggu, mungkin itu sebabnya kalian ngak pernah bertemu." terang mas revan.
Dari dalam kampus datanglah seorang wanita cantik dengan gamis syar'inya, ya siapa lagi kalau bukan mbak nisa istri mas revan.
" mas udah lama ya? " tanyanya sambil mendekati mas revan.
" belum kok adek, baru beberapa menit." jawab mas revan.
" sally." sapa mbak nisa dengan wajah ragu.
" iya mbak, mbak apa kabar? Jawabku
" mashaallah sal, ini benaran kamu kan. Mbak baik kamu sendiri apa kabar?" tanyanya sambil menggenggam kedua tanganku
" aku baik juga mbak." jawabku singkat.
" pulang sama mbak aja ya, nanti mbak antarin kerumah kamu, sekalian mbak juga mau ketemu sama umi, udah lamakan ngak ketemu umi." tawar mbak nisa.
" ngak usah mbak nanti ngerepotin." tolakku
" siapa bilang ngerepotin, ayo masuk!" ajak mbak nisa sambil menarik tangan ku.
" baiklah mbak, tapi apa boleh teman aku ikut mbak?" tanyaku sambil melihat ke arah alisa
" tentu saja, ayo." jawab mbak nisa dengan senyumannya
" fik, kami duluan ya." pamit ku
" iya sal, silakan." sambil tersenyum
Kami masuk kedalam mobil mas revan, aku dan alisa duduk di bangku belakang dan mbak nisa duduk di samping mas revan.
Mas revan pun melajukan mobilnya, kurang lebih 30 menit kami pun sampai di depan rumahku. Aku, alisa dan mbak nisa turun dari mobil sedangkan mas revan tetap pada posisinya.
" mas pergi dulu ya, nanti pulang kerja mas jemput adek." ucap mas revan pada mbak nisa.
" iya mas hati-hati." sahut mbak nisa dan mencium punggung tangan mas revan.
Mas revan melajukan mobilnya untuk kembali ke kantor, dan kami pun masuk ke dalam rumahku.
" Assalamualaikum umi," ucap kami bertiga bersamaan, serta mencium punggung tangan umi bergantian.
" Waalaikumsalam." jawab umi dengan wajah yang terkejut.
" nak nisa.." sapa umi dengan wajah riang sambil memeluk mbak nisa.
" iya umi, umi apa kabar?" tanya mbak nisa dan membalas pelukan umi.
" umi baik, sayang nisa sendiri bagaimana?"
" nisa juga baik umi."
" ya sudah ayo masuk." ajak umi pada kami.
Kami pun masuk dan bercerita sambil melepas rindu dengan mbak nisa. Banyak hal yang kami bicarakan canda tawa kami terdengar begitu renyah, jam 16:10 kami terus bercerita sampai suara salam mengejutkan kami.
" Assalamualaikum." suara salam yang aku kenal.
" Waalaikumsalam." jawab kami bersamaan.
Mas fian pun masuk beriringan dengan mas revan.
Mas revan pun duduk sebentar, setelah beberapa menit mereka pun pamit untuk pulang. Tinggal aku, alisa, umi dan mas fian yang sedang menikmati cemilan sekarang, tak lama kemudian alisapun pamit,
" umi, mas, sally aku pulang dulu ya udah sore nie." pamitnya
" kamu mau pulang sekarang?" tanya mas fian
" iya mas, takut bunda marah kalau pulangnya kemalaman." jawab alisa
" ya sudah ayo biar mas antar." lanjut mas fian yang membuat semua mata tertuju padanya.
" maksud kamu?" tanya umi pada mas fian
" umi tenang aja, fian tau kok. Lagian perginya juga sama sally, ngak mungkin berdua umi." jelas mas fian sambil tersenyum
" ya sudah kalau begitu." terus umi setelah tau maksud mas fian.
" ya sudah umi kami pergi dulu assalamualaikum." salam ku pada umi sambil mencium punggung tangannya dan di ikuti oleh alisa serta mas fian.
Kami langsung berangkat menuju rumah alisa, entah apa yang terjadi selama perjalanan alisa hanya diam saja.
" ada apa dengan sahabat ku ini kok tiba-tiba sifat cerewet nya hilang seketika sih, biasanya juga selalu ngerocos bicara inilah itulah, tapi sekarang kok diam gini." batinku.
Aku mau bertanya tapi segan pada alisa, akhirnya akupun diam saja sampai kami tiba di sebuah perumahan yang sangan besar dan luas, kami pun mengantarkan alisa sampai depan pintu rumahnya
" Assalamualaikum." salam kami bersamaan
" Waalaikumsalam," jawab seseorang dari dalam. Pintupun terbuka
" bunda." sapa alisa sambil mencium punggung tangan bundanya, akupun mengikuti alisa.
Setelah itu bunda alisapun meminta kami untuk masuk aku dan mas fian masuk sebentar. Setelah berbicara beberapa menit kamipun pamit pulang karna hari sudah sangat sore.
Alisa pun mengantar kami sampai depan rumahnya, aku bisa melihat sikap aneh sahabatku itu. Tapi aku juga tidak tau apa yang membuatnya seperti itu.
Aku dan mas fian masuk kedalam mobil dan meninggalkan rumah alisa.
" mas, mas merasa aneh ngak dengan sikap alisa hari ini?" tanyaku
" aneh gimana, mas liat biasa aja." jawab mas fian.
" biasanya alisa itu cerewet mas, tapi tadi selama perjalanan dia ngak ada bicara sedikit pun." terangku mengungkapkan kebingunganku.
" mungkin dia lagi sariawan, jadi malas bicara. " lanjut mas fian santai.
Tak lama kemudian kami pun tiba di rumah, abi dan umi sudah di pesantren karna ada acara malam ini, aku pun memilih untuk mengulangi pelajaranku karna besok kami mulai ujian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments