18 - Rumah Bambu

Zhou Yuan kecil yang masih berusia 12 tahun saat itu sedang berlari menuju seorang wanita yang telah menunggunya di pohon bunga persik. Wanita dengan hanfu berwarna merah muda, mencoba untuk menatap Zhou Yuan yang mengejar di belakangnya. Dia tampak senang saat Putranya. Dengan merentangkan kedua tangannya, Zhou Yuan tahu kedatangannya akan disambut baik oleh Ibunya.

Namun, ketika hanya tinggal beberapa langkah saja untuk memeluk Ibunya, tiba-tiba sebuah pedang menancap tepat di perut wanita itu sampai membuatnya terlihat berdarah-darah. Seketika, langkahnya terhenti. Pemandangan istana selir yang dipenuhi dengan bunga persik berubah menjadi lautan api dengan sekelompok orang berjubah hitam yang membunuh semua orang yang ada di istana ini.

Suara teriakan seolah terdengar di seluruh tempat. Dia ingat kejadian tujuh tahun lalu ketika pemberontak tiba-tiba masuk ke Istana selir dan membunuh Ibunya. Sama persis seperti apa yang dilihatnya saat ini.

Melihat jasad Ibunya yang berdarah-darah, membuat Zhou Yuan merasa sangat ketakutan. Ia duduk tepat di depan jasadnya kemudian menangis sejadi-jadinya. Kejadian inilah yang membuatnya mengalami trauma akan kehilangan orang kesayangannya. Kehilangan orang yang selalu mengerti tentang keadaannya adalah hal yang tidak pernah bisa terbayangkan olehnya.

Pada posisi duduk seperti itu, Zhou Yuan sangat terkejut ketika ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Pelukan hangat sama seperti Ibunya. Anehnya, yang ada di belakang bukanlah Ibunya. Sangat nyaman hingga membuatnya merasa kebingungan siapa yang ada di belakangnya.

”Aku di sini. Jangan khawatir. Aku yang akan melindungimu.”

”HAAH!”

Zhou Yuan yang asli terbangun dalam keadaan sangat terkejut begitu dia mendengar suara wanita yang muncul dalam mimpinya. Nafasnya terengah-engah, bingung dan mencoba untuk menatap sekeliling. Saat ini, ia berada di dalam sebuah rumah bambu yang terlihat bersih dan rapi dan memiliki beberapa ruangan di dalamnya. Terdapat sebuah meja kecil dengan bubur dan teh hangat yang dikhususkan untuknya. Zhou Yuan tidak tahu alasan mengapa ia bisa berada di sini karena itu ia berusaha mengingatnya kembali.

”Ah! Benar juga. Aku dan Su Yeo terjatuh ke dalam jurang karena penyihir-penyihir itu. Lalu, dimana Su Yeo sekarang?!”

Zhou Yuan langsung memperhatikan sekeliling dan memperhatikan setiap ruangan yang ada di depannya. Ia berusaha bangkit akan tetapi, luka patah tulang menimpa tulang rusuknya membuatnya merasa sedikit kesulitan. Jubahnya terletak di sebelah tempat tidurnya yang terbuat dari rumput kering yang dilapisi dengan selimut hangat. Akibat terjatuh dari atas jurang, ia mengalami patah tulang rusuk dan memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya. Dia benar-benar berkeringat hanya karena mencoba berdiri dari posisinya sekarang dan mencari keberadaan Su Yeo yang mungkin terpisah dengannya saat mereka terjatuh dari atas jurang.

”Ah! Jangan banyak bergerak! Tubuhmu masih perlu istirahat!” ucap seorang laki-laki berambut putih yang menghampirinya setelah dia menaruh beberapa kayu bakar di depan rumahnya.

Zhou Yuan menatap laki-laki itu. Dia tampak asing baginya dengan rambut putih dan bola mata berambut emas. Pakaiannya berwarna hijau muda dengan jari jemarinya yang terlihat ramping. Siapapun wanita yang melihatnya, pasti akan tersihir oleh pesonanya saat pertama kali bertemu dengannya.

”Kau siapa?” Zhou Yuan bertanya pada laki-laki yang mencoba memeriksa keadaannya.

Laki-laki itu sedikit terkejut dan langsung menatap ke arah Zhou Yuan. ”Ahh, benar juga. Aku yang menemukan kalian di dalam hutan saat mencari kayu bakar. Sepertinya kalian baru saja terjatuh dari atas tebing. Aku sempat kaget loh karena kalian berdua bisa selamat. Sepertinya kau melakukan teknik tertentu untuk selamat dari ketinggian itu dengan berpegangan pada pepohonan.”

”Su Yeo! Dimana dia?!” Zhou Yuan tiba-tiba teringat pada Su Yeo.

”Dia berada di kamar yang lain. Karena wanita dan laki-laki tidak boleh berada satu kamar jika belum menikah kan?” jawabnya.

”Tunjukkan dia padaku sekarang, aku ingin melihatnya!” Zhou Yuan bersikeras berdiri meski itu akan menyakitkan dirinya sendiri.

”Tenang saja. Dia selamat kok. Dia ada di ruangan yang ada di depanmu.” laki-laki itu menunjuk ruangan yang tertutup oleh tirai bambu.

Begitu dia mendapatkan jawaban ini, dengan cepat Zhou Yuan segera berjalan cepat menghampiri ruangan yang ditunjuk olehnya. Dia membuka tirai dan tidak jauh dari pintu masuknya, terdapat sebuah satu tempat tidur yang diletakkan di dekat jendela dan di atasnya, Su Yeo terbaring di sana dengan luka yang tidak terlalu parah dan hanya mengalami luka lecet di beberapa bagian tubuhnya.

Zhou Yuan yang berdiri di sebelahnya merasa bersyukur setelah melihat Su Yeo selamat. Dia menghela nafasnya lalu memilih duduk di bawah dan bersandar pada dipan yang ditempati oleh Su Yeo.

”Ahh, syukurlah. Aku sempat berpikir kau tidak akan selamat.” gumamnya.

Laki-laki berambut putih itu berjalan masuk menghampiri mereka berdua dengan membawa sepiring apel yang sudah dipotong-potong olehnya. ”... Jadi benar kau datang bersamanya? Tidak heran saat aku melihatmu mengkhawatirkannya.” dia memberi jeda untuk duduk di hadapan Zhou Yuan. ”... Oh, ya untuk pertanyaanmu yang tadi. Namaku, Wu Xing. Seseorang yang kabur dari rumah dan memilih tinggal sendiri.”

Zhou Yuan menatap Wu Xing dengan serius. ”... Lalu? Berapa bayaran mu? Kau tahu aku ini anggota kerajaan kan?”

Wu Xing tertawa, ”Ternyata kau pandai menebak ya dan sebenarnya, kau pasti juga sudah tahu kalau orang yang ada di belakangmu adalah perempuan kan? Karena itu aku menempatkan kalian berdua di tempat yang berbeda. Meski pakaiannya laki-laki, wajahnya tidak bisa berbohong.”

Suasananya semakin memanas dan tidak terkendali. ”... Aku minta kau merahasiakannya dari semua orang! Pertolonganmu akan menjadi sia-sia jika kau membocorkannya pada semua orang di Istana.”

Wu Xing menatapnya dengan tatapan mengejek, ”Tentu bayarannya akan bertambah jika kau memintaku untuk merahasiakannya. Aku sempat mendengar kalau putra mahkota gagal bertunangan karena Putri dari Jenderal Xiao meninggal. Itu sebabnya, krisis politik dan ekonomi semakin parah. Pantas saja kalian tidak pernah menang berperang dengan Istana Luanyan.”

”Katakan saja apa bayaranmu dan tidak perlu mengungkit masalah yang sedang terjadi di istana saat ini!” ucap Zhou Yuan sedikit keras padanya.

”Kau sepertinya sangat tidak sabaran, ya?” Wu Xing memberi jeda kemudian dia berhenti memotong-motong apel yang sudah dikupas olehnya. ”... Permintaanku cukup singkat tetapi berat dilakukan olehmu. Permintaanku yang pertama adalah, bakar desa penyihir bersama orang-orang di dalamnya. Dan yang kedua, beri aku tempat tinggal di istana mu. Setelah kau melakukannya, aku akan merahasiakan hal ini darimu dan aku anggap hutangmu sudah terbayarkan.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!