”Nyaris saja aku dirundung olehnya. Jantungku nyaris copot saat melihatnya.” Su Yeo langsung mengelus-elus dadanya begitu dia berhasil keluar dari ruang rapat. Rasanya dia baru saja menjalani sidang skripsi dimana masa depannya sangat dipertaruhkan.
”Kenapa tidak kamu tunjukkan dadamu yang bidang itu? Setidaknya itu akan menjadi bukti kuat bahwa kamu adalah laki-laki.” ucap Zhou Yuan abai.
Su Yeo langsung menampar wajah Zhou Yuan secara refleks namun berhasil dihindari oleh Zhou Yuan yang mulai mengerti gerakan refleks nya. ”... Kamu pikir aku bisa membuka pakaian sesuka hatiku di tempat umum?!" Ucapnya sedikit membentak padanya.
”Setidaknya itu lebih baik daripada membuatmu berhutang budi padaku kan? Ingatlah! Bantuanku itu tidak gratis, kau tahu?! Kau harus membayarnya!” ucap Zhou Yuan sembari menaruh ujung kipas lipatnya tepat di atas dahi Su Yeo.
Su Yeo lantas membuang ujung kipas lipat Zhou Yuan kemudian berkata, ”Apa-apaan sikapmu itu?! Tidak sepenuh hati sekali dalam membantu orang lain!” ucapnya sembari mengalihkan perhatiannya.
”Bagaimana denganmu? Kamu selalu meminta bayaran saat aku memintamu melakukan sesuatu untukmu. Hari ini, aku bahkan sudah membayarmu sebanyak dua kali dan itu tidak sedikit.”
”Lalu, apa maumu?! Kau ingin aku mencuci bajumu lagi?!” banyak Su Yeo marah padanya.
Zhou Yuan mengalihkan perhatiannya seperti sedang memikirkan sesuatu. Su Yeo mulai curiga dengan ekspresi Zhou Yuan yang tampak main-main saatbia bertanya apa kemauannya. Perasannya mulai memburuk dan mulai membayangkan hal-hal yang akan terjadi padanya.
Tidak lama, Zhou Yuan akhirnya menjawab, ”Aku ingin, kamu menemaniku belajar selama dua bulan.”
”Hah?! Mustahil aku melakukannya!” Su Yeo langsung menolak. Apapun itu, belajar adalah sebuah kelemahan baginya. Ia tidak tahan mendengarkan seorang guru menerangkan suatu pelajaran apalagi dengan suasana yang sangat sepi.
”Kamu tidak terima? Itu adalah bayaran yang aku minta.” Zhou Yuan memberi jeda kemudian mengingat sesuatu, ”Ahh, iya benar juga. Saat ini ada latihan memanah. Sebaiknya ikut denganku. Kau tidak perlu mengganti pakaianmu karena waktunya sudah mepet.” Zhou Yuan menarik Su Yeo pergi menuju lapangan pelatihan.
”Hei! Yang benar saja! Bagaimana aku bisa menandatangi tempat latihan dengan penampilan seperti ini?! Orang akan melihat aku ini punya kelainan!” ucap Su Yeo yang langsung menghentikan langkahnya begitu juga Zhou Yuan.
”Tidak ada yang menyadari kalau kau itu laki-laki. Sekarang cepatlah! Aku sudah terlambat!” Zhou Yuan kembali menarik pergi Su Yeo menuju tempat pelatihan.
...~o0o~...
”Xiao Su Jin dan Xiao Su Yeo adalah orang yang sama. Aku perlu menanyakan ini pada Jenderal Xiao. Entah kenapa, aku merasa para pengkhianat mulai bermunculan di sekitarku.” ucap Mu Zhuen Qiu di atas tempat tidurnya sembari menatap keluar jendela.
”Yang mulia, lupakan para pengkhianat itu sehari saja. Anda harus meminum obat agar keadaan Anda membaik.” Liu Chen menuangkan air pada sebuah gelas keramik. Kemudian memberikannya pada Mu Zhuen Qiu.
Mu Zhuen Qiu menuruti permintaan perdana menterinya. Tabib sudah membuat obat yang mudah diminum olehnya tanpa harus memaksakan berupa sebuah bubuk yang dicampur dengan air meski ia harus merasakan pahit yang cukup lama.
”Aku hanya bisa menanyakan ini padamu, Liu Chen. Jika saja aku mati saat perang besar-besaran sedang terjadi dan krisis politik ekonomi semakin menjadi-jadi, apa yang bisa kamu ramalkan tentang kejadian itu?” ucap Mu Zhuen Qiu setelah dia meminum obatnya.
”Yang mulia, tolong jangan memikirkan hal yang belum tentu terjadi. Anda beristirahat saja di sini.” ucap Liu Chen dengan cemas.
”Kalau aku sampai mati, bagaimana dengan Xinyang? Apakah kau bisa mengurusnya? Dia mungkin akan sedih dan tidak bisa bangkit lagi. Berita bohong mengenai kematian Xiao Su Jin saja sudah membuatnya menderita setengah mati. Aku mulai menyadari kalau Xiao Su Yeo adalah Xiao Su Jin saat dia memakai pakaian perempuan dan berdandan untuk menangkap Hua Pei. Kurasa Xinyang juga sudah menyadarinya meski ia masih tidak yakin.”
”Yang mulia, sebaiknya Anda beristirahat saja. Anda akan melewatkan jam istirahat Anda jika Yang mulia terus berbicara dengan saya.” Liu Chen menarik selimutnya dan merapikannya sedikit saat Mu Zhuen Qiu mulai memejamkan matanya.
”Saya akan setia untuk membantu Anda membangun istana ini kembali.”
...~o0o~...
”Luar biasa! Dalam sehari, aku menemukan banyak kejadian! Aku bahkan belum makan siang. Perutku sudah memanggil sejak tadi meminta dinafkahi makanan.” batin Su Yeo sembari memegang perutnya yang mulai keroncongan.
Saat ini ia sudah memakai pakaian biasanya meski harus memaksa. Tidak berpenampilan sebagai perempuan lagi melainkan laki-laki. Dia duduk di depan teras bangunan sembari menatap beberapa pangeran yang sedang berlatih memanah dengan ditemani oleh guru mereka yang terbilang masih sangat-sangat muda seperti anak ABG.
Sementara Su Yeo menolak latihan dan memilih untuk melihat mereka dari kejauhan. Perutnya yang kelaparan, menjadi alasan yang tidak bisa dikatakan olehnya. Ia hanya tidak mau tenaganya yang tersisa terbuang sia-sia hanya untuk berlatih memanah saja.
”Uhh, lapar sekali. Manusia itu tidak memberiku makan sama sekali meski aku sudah membantunya. Dia sendiri apakah dia sudah makan?! Kuat sekali dia masih sanggup menarik anak panah yang besarnya tidak karuan.” gumam Su Yeo kesal pada dirinya.
”Tuan muda.” ucap seorang pelayan wanita yang berjalan mendekatinya.
Su Yeo menoleh ke arah pelayan yang berdiri di sebelahnya dan bertanya, ”Memanggilku?” ucapnya sembari menunjuk dirinya sendiri.
Pelayan itu mengangguk, ”Yang mulia Putra mahkota telah memanggil Anda. Mohon Tuan muda segera menemuinya.”
Su Yeo merasa curiga. Putra mahkota yang ia maksud adalah Mu Xinyang. Sementara, Mu Xinyang adalah adik dari Kaisar Mu Zhuen Qiu. Dia pasti ingin membalas dendam karena Su Yeo sudah mencoba membunuh kakaknya. Ia kemudian mengalihkan perhatiannya dan berkata, ”Tidak. Aku tidak akan pergi ke sana.”
”Mohon Anda segera menemuinya. Yang mulia sudah menunggu.” ucap pelayan dengan sopan.
”Aku sudah bilang aku tidak mau! Panggil saja orang lain untuk menggantikanku!” ketus Su Yeo.
Pelayan itu seketika tampak dingin dari yang semula terlihat merendah. Ia kemudian memberi sinyal pada sekelompok orang yang berada di samping Su Yeo dan di depannya. Kemudian tidak lama setelah sinyal itu diberikan, sekelompok orang itu langsung bergegas menghampiri Su Yeo.
Tanpa bertanya apakah Su Yeo sudah siap, orang-orang ini langsung mengangkatnya dan membawanya lari dari lapangan pelatihan. ”Hei! Apa yang kalian lakukan?! Turunkan aku sekarang!"
”Ini adalah perintah! Tidak boleh dilanggar! Anda harus memenuhi panggilan dari Yang mulia Putra mahkota!” ucap salah satunya.
”Sebal! Kenapa aku harus berurusan dengan semua orang di istana ini?!” batinnya kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments