...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Malamnya saat aku tengah nonton TV di bawah, tante Vina datang menghampiri ku dan duduk di samping ku.
"Kay,"
"Iya tante,"
"Gimana hari pertama kamu sekolah tadi, lancar nggak?"
"Lancar tante,"
"Syukurlah."
"Oh iya, apa ini suatu kebetulan atau enggak. Aku satu kelas dengan Ezra loh, tante."
"Hah, masa iya sih. Kok kebetulan banget yah,"
"Mungkin karena kami sama-sama mengambil jurusan yang sama,mungkin." Balas ku.
"Tapi syukurlah kalian berada dalam satu kelas yang sama, tante senang dengarnya."
"Tanta minta maaf yah, karena tante malah sibuk dengan urusan tante sendiri. Jadinya kamu kurang di perhatikan oleh tante,"
"Kalau soal itu, tante tenang aja. Lagi pula di sini ada mba Atmi juga, jadi aku tidak terlalu kesepian juga." Balas ku.
Aku yakin beliau merasa tidak nyaman pastinya, karena selama aku tinggal di sini beliau banyak menghabiskan waktunya di luar rumah. Kalau pun ada di rumah, tante Vina banyak menghabiskan waktunya untuk istirahat. Aku paham betul bagai mana perjuangan seorang ibu tunggal, dia harus kerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya anaknya sekolah.
"Kay masih mau di sini?"
"Iya tante, kalau tante mau istirahat nggak apa-apa. Aku masih belum ngantuk soalnya,"
"Beneran nggak apa-apa, nggak enak tante harus ninggalin kamu."
"Iya gak apa-apa,tante. Tenang aja,"
Tante Vina pun langsung bangkit,karena sepertinya memang beliau sudah ngantuk dan udah menahannya dari tadi.
Sepeninggal tante Vina, aku pun rebahan sambil nonton film yang tengah tayang. Sampai akhirnya aku pun tidak sadar dan malah tidur di ruang TV.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
"Kay......"
"Kay......"
"Hem....."
"Apa?"
"Bangun, kenapa kamu malah tidur di sini?"
Dalam kondisi masih setengah sadar, samar-samar aku melihat Ezra tengah berdiri di hadapan ku.
"Hem Ezra,"
"Ayo bangun,pindah." Ucapnya.
Aku pun perlahan bangun dari tidur ku dan diam sejenak untuk menyadarkan diri karena masih setengah sadar.
"Jam berapa ini?" Tanya ku.
"Setengah satu pagi,"
"Ya ampun, kenapa kamu malah bangunin aku? Padahal udah aka aku tidur di sini saja."
"Yang ada nanti badan kamu pegal-pegal karena tidur di sini."
"Udah ayo, aku bantu kamu sampai kamar."
Ezra pun mengulurkan tangannya.dan tanpa ragu aku langsung meraihnya.
"Kamu sendiri habis dari mana? Atau jangan-jangan kamu habis kelayapan lagi."
"Sembarangan, aku habis dari dapur. Karena kehabisan stok air di kamar."
"Oh......."
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Keesokan paginya, aku bangun sedikit telat. Dan akhirnya aku tidak bisa sarapan bersama dengan tante Vina. Seperti biasa mba Atmi lah yang selalu menemani aku untuk sarapan pagi ini.
Tidak lama kemudian Ezra pun turun dan sudah bersiap untuk berangkat sekolah.
"Ih Ezra tungguin, aku masih sarapan ini." Ucap ku karena takut di tinggalnya.
"Ya udah sih, tinggal terusin aja. Aku juga tunggu,"
Aku pun buru-buru menghabiskan menu nasi goreng buatan mba Atmi yang rasanya enak, mirip banget dengan nasi goreng yang biasa bunda buatkan untuk aku saat di desa.
Setelah menghabiskan semua makanannya, aku pun berpamitan sama mba Atmi dan langsung menghampiri Ezra.
Ternyata dia tengah bersantai di ruang depan sambil main HP.
"Udah?" Tanyanya.
"Udah,"
"Yuk......" Ajak ku.
Saat kami baru saja keluar dari area rumah Ezra, tidak sengaja berpapasan dengan mobil yang di tumpangi oleh Caca.
"Itu Caca kan?" Tanya ku.
"Iya......"
"Kenapa, takut kamu?"
"Ya enggak, aku hanya meyakinkan saja. Takutnya salah lihat,"
"Ngapain harus takut, emangnya aku salah apa sama dia?"
"Benar juga,"
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Sesampainya di parkiran sekolah, aku malah bertemu dengan Ami yang sama baru juga sampai.
"Hai......." Sapa ku lebih dulu.
"Eh hai Kay....."
"Kamu suka naik motor ke sekolah?" Tanya ku.
"Ya iyalah, enakan naik motor dari pada mobil. Aku nggak kejebak macet soalnya."
"Kalau kamu sih enak, jalur yang kamu lalui biasanya nggak macet."
"Iya juga sih, selama dua hari kemarin aku nggak lihat ada kemacetan. Padahal aku dengar Jakarta itu terkenal suka macet, apalagi di jam-jam orang berangkat kerja sama sekolah." Jelas ku.
Aki baru tersadar dengan Ezra dan malah asik ngobrol dengan Ami.
"Ezra, aku duluan yah."
"Ya udah sana, lagian aku juga lagi nunggu si Rama." Timpalnya.
Aku dan Ami pun lebih dulu menuju kelas, meskipun sebenarnya kami masih punya banyak waktu untuk nongkrong atau sekedar bersantai di cafe yang ada di depan sekolah.
"Semalam aku nggak bisa tidur," ucap Ami.
"Lah kenapa?"
"Jadi sebelum tidur tuh, aku malah ikut dengerin cerita bibi di rumah aku. Mereka cerita kejadian horor gitu,yang mereka alami selama kerja di rumah ku." Jelasnya.
"Padahal aku sendiri yang udah lama tinggal di sana, nggak pernah ngalamin hal yang aneh. Biasa aja gitu,"
"Emangnya mba di rumah kamu ada berapa? Sampai kamu barusan bilang mereka.
"Ada 3....." Balas Ami dengan santainya.
"Hah?"
"Nggak kebanyakan itu, di rumah Ezra aja hanya ada satu."
"Yakin kamu? Padahal setahu aku rumah di sana ukurannya nggak ada yang kecil, gede-gede semua."
"Yakin lah, kenyataannya seperti itu." Timpal ku.
"Di rumah aku aja yang tipenya,di bawah perumahan di sana ada 3 orang."
"Ngapain aja mereka tugasnya?" Tanya ku penasaran.
"Yang satu tugasnya untuk masak saja,yang satu tugasnya untuk nyuci,ngepel,beres-beres gitulah dan yang satunya lagi khusus buat jagain adik aku yang masih SD." Jelasnya.
"Oh pantas,"
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Karena asik ngobrol, kami pun tidak menyadari udah sampai di kelas aja. Namun saat melihat ke arah mejanya Luna, dia ternyata belum datang. Mungkin karena ini masih pagi juga dan memang hanya aku dan Ami saja yang baru datang.
"Lah kita yang paling duluan ini," ucap Luna.
"Sepertinya......"
"Gimana kalau kita ke ruangan seni dulu. Aku mau ambil alat lukis, aku lupa meninggalkannya kemarin di sana." Ajaknya.
"Ya hayu aja, lagian aku juga mau tahu ruangannya ada di mana."
Kami pun langsung berbalik arah menuju tuang lukis yang di maksud oleh Ami. Di tengah perjalanan, perhatian Ami malah tertuju pada sekumpulan anak laki-laki yang tengah main basket di lapang.
"Ada apa?" Tanya ku.
Tanpa menjawab pertanyaan ku, dia malah tersenyum dan tetap fokus menatap sekumpulan cowok itu.
"Ami........" Panggil ku sedikit keras.
Baru lah dia tersadar dan melihat ke arah ku tersenyum malu.
"Kenapa? Jangan bilang ada yang kamu taksir lagi. Aku perhatikan dari tadi kamu tidak hentinya tersenyum, sampai-sampai kamu mengabaikan aku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments