...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Mendengar teriakan Ezra barusan, aku pun ikut penasaran. Hal apa yang buat dia berteriak seperti itu pada mba Atmi.
"Ya ampun, sikap dia benar-benar buruk sekali." Gumamku sambil berjalan menuju pintu kamar yang masih terbuka begitu saja.
Aku pun tidak sengaja mendengar Ezra tengah bicara dengan mba Atmi di depan kamarnya. Karena takut di sangkanya nanti aku menguping pembicaraan mereka berdua, aku pun perlahan menutup pintu kamar ku.
"Mba, habis ngapain sih di kamar cewek itu?" Bentaknya.
"Ibu minta mba untuk bantu non Kayla,"
"Tidak perlu dia sudah besar mba,"
"Sebaiknya sekarang buatkan aku minuman saja. Buatkan aku jus alpukat seperti biasa,"
"Baik mas......"
Terdengar suara pintu yang tertutup dengan kasar. Aku tidak habis pikir, kenapa dia bisa bicara seperti itu. Padahal dia sendiri sudah dewasa, harusnya bisa membuat makanan untuk dia sendiri. Apalagi itu hanya berupa jus saja, aku merasa sikapnya itu kekanak-kanakan sekali.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Malamnya sekitar jam 9 nan, aku masih saja di sibukan dengan barang-barang ku. Setelah tadi berhasil menata baju ku di lemari, sekarang giliran ku untuk menata buku-buku yang aku bawa ke atas meja belajar.
"Non Kayla....."
"Non udah tidur?" Lanjut mba Atmi.
"Belum, masuk aja mba. Belum aku kunci,"
Tidak lama kemudian mba Atmi pun masuk dengan membawa satu gelas susu di atas nampan.
"Apa itu mba?"
"Ini mba sengaja buatkan susu hangat buat non, takutnya non mau."
"Ya ampun mba, aku malah ngerepotin mba lagi. Kalau aku mau, kan aku bisa buatnya sendiri."
Mendengar hal aku berkata seperti itu barusan, mba Atmi pun langsung duduk di kursi.
"Ya ampun non,"
"Coba saja mas Ezra sebaik non Kayla. Bukan maksud mba membanding-bandingkan, hanya saja terkadang mba pun kesal atas sikap mas Ezra."
"Kalau boleh tahu, dia bersikap seperti itu dari dulu atau gimana?"
"Tidak non, mba rasa perubahan sikap mas Ezra itu berubah dalam beberapa tahun ini saja. Sejak mas Ezra masuk SMP kalau tidak salah, dulunya dia anak yang baik dan patuh."
"Tapi semenjak Ibu dan bapak bercerai, sikap mass Ezra mulai berubah. Apalagi sejak saat itu bu Vina memutuskan untuk bekerja." Jelas mba Atmi.
"Oh seperti itu,"
"Iya non, makanya kakaknya non Raina memutuskan untuk sekolah di luar negri sejak dia lulus SMP."
"Oh jadi Raina itu kakaknya Ezra?"
"Iya non, cuma mereka hanya selisih umur satu tahun saja."
"Ya mungkin Ezra butuh perhatian lebih dari tante Vina, tapi dengan cara seperti itu kali yah." Timpal ku.
"Sepertinya iya, karena bu Vina terlalu sibuk dan banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Dan hanya meninggalkan mas Ezra dan mba saja di rumah."
"Terkadang saat ada acara di sekolah pun, ibu malah nyuruh saya untuk menggantikannya. Kan itu buat mas Ezra kesal dan marah sama ibunya sendiri."
"Pokoknya kalau di ceritain, saya malah balik kasihan sama mas Ezra." Lanjut mba Atmi.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Sepanjang malam aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, mungkin karena ini di tempat baru juga. Jadinya aku memilih untuk nongkrong dulu di balkon sambil menghirup udara malam yang segar.
Samar-samar aku mendengar suara tangisan, aku mulanya berpikir itu hantu atau semacamnya. Namun setelah di telisik lagi, tangisan itu berasal dari kamarnya Ezra.
"Ah mana mungkin anak laki-laki menangis tengah malam kayam gini. Bisa saja dia tengah bermimpi," gumam ku.
"Tau ah, sebaiknya aku masuk saja.Takutnya itu tngisan emang suara hantu lagi."
Aku pun buru-buru masuk dan menutup pintunya rapat-rapat. Setelah itu, aku menyalakan TV supaya tidak merasa takut.
"Ada-ada saja, kalau kayak gini caranya aku nggak bakalan bisa tidur."
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Paginya aku bangun lebih awal, karena sudah kebiasaan ku saat di kampung. Setelah itu aku langsung turun ke bawah untuk melihat kondisi rumah tante Vina saat di pagi hari. Lampu-lampu masih padam dan hanya lampu yang ada di dapur dan teras depan saja yang nyala.
Saat aku hendak ke dapur untuk mengambil minum, aku di kagetkan oleh mba yang tengah duduk termenung sendirian sambil melihat ke arah luar.
"Mba......" Sapa ku.
Beliau pun sedikit terkejut dengan kehadiran ku.
"Iya non,"
"Mba sedang apa?"
"Ah ini, mba lagi menikmati teh hangat sambil menikmati pemandangan yang ada di luar sana." Jelasnya.
"Kenapa non, ada yang bisa saya bantu?"
"Tidak perlu, aku hanya ingin mengambil minum saja."
"Oh ya ampun, mba lupa. Semalam mba tidak siapkan air putih buat non yah....."
"Tidak apa-apa mba,"
Karena aku masih penasaran dengan apa yang aku dengar semalam, aku pun memberanikan diri untuk menanyakannya langsung sama mba Atmi.
"Oh iya mba, ada yang ingin aku tanyakan."
"Tentang apa non?"
"Jadi begini, semalam itu karena aku tidak bisa tidur. Jadinya aku memutuskan untuk nongkrong di balkon,"
"Kenapa, non mendegar tangisan yah?" Sambung mba Atmi.
"Lah kok mba tahu?" Tanya ku heran.
"Itu sudah biasa terjadi non,"
"Mba juga sering mendengarnya dari kamar mba di bawah itu. Hanya saja mba tidak berani untuk bicarakan hal ini sama ibu,"
"Sepertinya diam-diam mas Ezra menangis saat tengah malam tiba. Dia memendam rasa sakitnya itu sendirian dan tidak berani untuk bicara sama ibu atau pun saya." Jelasm mba Atmi.
"Jadi ternyata mba tahu masalah ini, udah sejak lama?"
"Iya non,"
Mendengar penjelasan mba Atmi barusan, aku beranggapan kalau sikap Ezra selama ini hanya merupakan pelarian dia saja. Pengalihan dari rasa kecewa yang iya dapatkan, supaya terlihay kuat saja.
"Biasanya tante Vina sama Ezra bangun jam berapa?"
"Tidak menentu non,"
"Apalagi ini hari minggu, biasanya sih siang sekitar jam 9."
"Kalau non mau, non bisa jalan-jalan pagi di sekitaran sini. Biasanya akan ada banyak orang juga yang lari pagi dan olah raga di lapangan tenis."
"Ah enggak mba, aku mau di sini saja. Takutnya nanti nyasar,kan aku belum hapal jalanan di sini."
Mendengar hal itu mba Atmi hanya tersenyum.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Setelah agak siangan, aku melihat-lihat ke arah halaman belakang. Di saja terdapat kolam ikan hias dan benerapa pohon buah-buahan yang di tanam dengan tertata.
Aku pun duduk di gajebo yang berada di bawah pohon jambu. Suasananya terasa sejuk padahal rumah tante Vina ini berada di tengah kota.
Saat pandangan ku tertuju ke arah kamar Ezra, aku melihat dia tengah berdiri di balkon kamarnya sambil menatap ke arah ku dengan dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments