...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
"Kay........" Panggil Ezra.
"Ayo, ngapain kamu malah bersantai di situ."
"Mau pulang nggak?" Lanjutnya.
"Ya mau lah, gimana sih pake nanya kayak gitu." Balas ku.
Aku pun langsung masuk ke dalam mobil dan tidak lupa untuk memasang sabuk pengaman terlebih dulu.
"Gue duluan yah," ucap Ezra pada Rama.
"Sip," balasnya.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Sesampainya di rumah, mba Atmi yang tengah berada di depan garasi pun terkejut melihat aku. Karena pulang dengan mengenakan seragam olah raga yang kegedean.
"Non, itu tidak salah? Pakai seragam olah raga punya siapa itu?" Tanyanya.
"Ah ini, seragam olah raga miliknya teman ku."
"Kebetulan aku tadi lupa nggak bawa seragam ku soalnya." Lanjut ku.
Aku tidak mungkin menjawab dengan terus terang, kalau pakaian yang aku kenakan ini miliknya Ezra.
Tidak lama setelah itu, Ezra pun menyusul keluar dan langsung masuk begitu saja.
"Oh iya, tadi mba buat puding mangga. Takutnya non mau, nanti mba antarkan ke kamar."
"Aduh mba, tidak perlu repot-repot. Nanti aku ambil sendiri aja, setelah selesai mandi dan beres-beres."
"Ya sudah kalau begitu,"
Saat aku hendak naik ke lantai atas,Ezra tampak tengah berdiri tepat di depan kamar ku.
"Ezra,"
"Lagi ngapain kamu di depan kamar ku?"
"Ya ini, mau aku kemana kan buku-buku kamu ini. Tidak mungkin kan, aku biarkan tergeletak di depan kamar kamu." Jelasnya.
Aku pun merasa malu karena telah berburuk sangka sama dia.
"Oh iya, aku bahkan melupakan buku-buku ku itu."
"Ngomong-ngomong makasih ya, karena kamu sudah bantu untuk bawain sampai ke sini."
"Iya......"
"Ya udah ini, ambil."
"Malah diam lagi,''
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Malamnya aku memilih untuk berdiam diri di kamar saja, karena harus menyusul ketertinggalan aku dalam pelajaran matematika. Untungnya Ami berbaik hati meminjamkan buku miliknya pada ku, jadinya mau tidak mau malam ini aku harus lembur untuk menyalinnya.
*Tok......Tok.....Tok......
"Masuk aja mba, tidak di kunci kok."
Tidak lama setelah itu, pintu kamar ku pun terbuka.
"Ezra," ucap ku kaget.
"Aku kira mba Atmi."
"Hem........"
"Ada apa?" Tanya ku.
"Enggak, aku hanya merasa bosan aja di kamar terus sejak tadi. Aku pikir kamu kemana, soalnya aku lihat di bawah pun kamu nggak ada." Jelasnya.
"Lagian tumben banget, biasanya juga kamu mengurung diri di kamar."
"Kenapa, kamu tidak suka aku main ke sini?"
"Bukan seperti itu,"
"Gitu aja ngambek." Lanjut ku.
Dia pun kemudian melihat koleksi novel ku, yang aku tata di rak dekat tempat tidur.
"Kamu penyuka novel yah?" Tanyanya.
"Tidak juga,"
"Aku hanya sesekali saja baca novel itu, saat ada waktu senggang. Itu pun belum sempat aku baca semuanya, karena sibuk harus mempersiapkan program pertukaran pelajara tahun ini." Jelas ku.
"Ah......."
Dia pun dengan acak membuka novelnya satu persatu, sambil duduk di tempat tidur ku.
"Awas yah, nanti beresin lagi ke tempatnya. Aku udah capek beresin itu, kamu malah seenaknya lagi malah di berantakin."
"Iya bawel banget sih," timpalnya.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Keesokan paginya, sesampainya di parkiran sekolah. Orang pertama yang kami lihat itu adalaha Caca, mood Ezra yang tadinya baik-baik saja langsung berubah dalan sekejap.
"Ya ampun, padahal masig pagi. Kenapa sih, aku harus di hadapkan dengan orang itu." Gerutunya kesal.
"Ya mau gimana lagi, namanya juga satu sekolah."
"Mungkin dia ingin minta maaf sama kamu, tentang masalah kemarin itu."
"Udahlah, mau gimana lagi. Kamu tidak bisa menghindarinya juga kan," lanjut ku.
Aku pun memutuskan untuk turun lebih dulu dan langsung pergi tanpa menghiraukan keberadaan Caca.
Apa yang di katakan Rama saat itu, memanga ada benarnya juga. Dia itu cukup bengal atau keras kepala, sikapnya itu lah yang semakin buat dia jauh dengan Ezra.
Ada hal yang menarik perhatian ku, saat aku melihat Ami tengah berdiri sendirian sambil melihat ke arah lapangan yang berada tepat di depan kelas XII.
"Ami.......!" Seru ku.
Dia tampak kaget mendengar seruan ku dan mengisyaratkan aku untuk diam. Hal itu malah buat aku semakin penasaran, sepertinya dia tengah memperhatikan laki-laki yang di tunjuk nya kemarin itu.
"Hem pantas,"
" Kenapa kamu nggak coba buat deketin dia aja sih? Dari pada diam-diam memperhatikannya seperti ini."
"Ih maaf yah, aku bukan Caca."
"Tidak apa-apa lah, yang terpenting aku masih bisa melihatnya. Meskipun aku harus menyukai dia dari kejauhan." Balasnya.
"Ih ya ampun, kamu buat aku tersentuh."
"Tapi, emangnya kamu bakalan baik-baik saja kalau suatu saat dia malah jadian dengan orang lain?"
"Ya mau gimana lagi, namanya juga aku hanya pengagum rahasianya."
"Lagi pula aku sadar diri lah, dia tidak mungkin menyukai aku." Balasnya.
"Udah ah, jangan suka merendah seperti itu."
"Kenyataannya Kay,"
"Udah yuk ah, mending kita ke kelas saja. Dari pada kamu menggalau di sini." Ajak ku.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Setibanya di kelas, kami mendapati Rama tengah duduk sendirian.
"Loh Ram, kamu udah di sini aja."
"Aku pikir kamu belum datang," lanjut ku.
"Iya, hari ini aku ikut bersama ayah ku. Jadinya aku datang lebih awal,"
"Lah terus gimana dengan Ezra dong, soalnya tadi dia masih di mobil. Pikirnya kamu belum datang," jelas ku.
"Lah ngapain dia masih di sana? Bukanya bareng aja sama kamu ke sini langsung."
"Itu dia masalahnya, tadi itu ada Caca di parkiran."
"Hah, serius kamu?"
"Tentu saja,"
"Ya ampun, gimana kalau nanti dia ngamuk lagi."
Rama pun langsung beranjak dan langsung keluar untuk menyusul Ezra ke parkiran. Hampir saja dia menabrak Luna dan Siska yang baru saja datang.
"Kenapa dia?" Tanya Luna.
"Mau nyusul Ezra ke parkiran," balas ku.
"Emangnya kenapa? Kok sampai harus di susul sama Rama."
"Emangnya tadi kamu nggak perhatikan,"
"Aku pun lihat ada Caca tengah berdiri tepat di depan mobilnya Ezra. Gimana Ezra bisa keluar, kalau dia masih di situ."
"Enggak, aku tidak memperhatikannya." Balas Luna.
"Yang aku takutkan itu, Ezra ngamuk. Kamu ingatkan kejadian setahun yang lalu itu?"
"Ingatlah, bahkan masih terbayang." Timpal Siska.
"Emangnya ada kejadian apa sih?" Tanya ku penasaran.
"Ya itu, saking kesalnya dia sama Caca. Hampir aja dia melukai Caca, untung aja pada saat itu keburu ada pak Pendi. Kalau enggak ada beliau tidak tahu deh, mungkin Ezra sudah memukulnya." Jelas Ami.
"Aku sih paham, kenapa Ezra bisa sampai kesal banget sama dia. Soalnya emang saat itu kelakuan Caca udah keterlaluan."
"Sekarang sih mendingan, Ezra bisa meredam amarahnya itu." Jelas Ami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments