My Youth Story (Kayla Story)
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
"Kay......"
"Kay sini." Ajak Lulu.
Mendengar ajakan Lulu, aku yang tengah fokus belajar pun langsung menutup buku dan menghampirinya.
"Kenapa?"
"Kamu udah dengar, berita tentang pertukaran pelajar itu belum?"
"Belum, kenapa memangnya?"
"Dengar-dengar sih, hanya ada 7 orang saja yang akan terpilih nantinya. Beda dengan tahun kemarin, kuota tahun ini lebih sedikit." Jelasnya.
"Kamu tahu dari siapa?"
"Syifa, tadi pagi aku dengar dari dia. Itu pun katanya bisa hanya jadi 4 orang saja, soalnya tahun ini ada sekolah lain yang ikut pengajuan pertukaran pelajaran juga."
"Ah......."
"Kalau aku sih, kepilih syukur. Kalau enggak pun tidak apa-apa, namanya juga peruntungan."
"Iya yah, yang penting kita sudah berusaha."
"Heeh......"
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Nama ku Kayla Nafisah, aku anak tunggal dari ibu bernama Sabrina. Beliau merupakan orang tua tunggal untuk ku, karena sejak lahir ayah ku pergi meninggalkan aku dan ibu. Sampai umurku menginjak 18 tahun, ayah ku itu belum pernah menampakan hidungnya atau pun sekedar memberi kabar pada kami berdua.
Mulanya ayah beralasan akan bekerja ke Hongkong, ikut bersama temannya. Namun setelah setahun beliau pergi, sama sekali tidak ada kabar atau pun berita yang sampai pada kami.
Bunda sudah berusaha untuk mencari informasi terkait menghilangnya ayah saat itu, namun yang anehnya itu keluarga ayah seperti menutup akses untuk bunda atau pun aku.
Sejak saat itu, bunda pun kembali memulai kehidupan kami di kota kecil. Dan bunda pun memulai buka usaha toko kebutuhan atau kelontong di desa kami. Dari hasil usaha itu lah, bunda dan aku bisa bertahan sampai saat ini.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Sekarang aku menginjak kelas XI SMA Negri di kota ku, tahun ini aku berminat untuk mengikuti pertukaran pelajaran yang sudah rutin di adakan setiap tahunnya.
Untungnya teman ku Luna atau sering di panggil Lulu pun sama berminat untuk ikut program itu.
Aku dan Lulu sudah berteman sejak kepindahan ku dulu ke desa. Saat itu aku dan dia sama-sama baru menginjak kelas 4 SD. Aku ingat betul, saat itu dia lah yang lebih dulu mendekati aku untuk berteman. Karena kondisi keluarga ku yang tidak lengkap,di barengi cerita-cerita yang di gunjingan kan oleh tetangga di desa kebanyakan anak-anak lain pada saat itu enggan berkawan dengan ku.
Hanya Lulu lah, yang saat itu satu-satunya orang yang mau berteman dan bermain dengan ku sampai saat ini.
Sebulan yang lalu, aku dan Lulu tidak sengaja melihat pengumuman kalau dalam waktu dekat ini akan ada program pertukaran pelajar ke salah satu sekolah favorite di Jakarta. Awalnya aku tidak begitu meminati untuk mengikuti program itu, karena aku merasa minder dan tidak yakin dengan kemampuan ku.
Namun Lulu meyakinkan dan mengajak ku untuk mencobanya. Terlebih lagi, aku mendapatkan dukungan penuh dari bunda.
Hari ini sebulan sudah sejak aku mengikuti seleksinya dan seharusnya dalam waktu dekat hasilnya sudah harus di umumkan oleh pihak sekolah.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Saat jam istirahat tiba, seperti hari biasanya aku dan Lulu langsung pergi menuju kantin sekolah. Namun langkah kami terhenti saat Syifa teman satu angkatan kami, memanggil nama kami berdua.
"Kenapa Syif?" Tanya Lulu.
"Itu kalian harus lihat, pengumuman yang di pasang di mading." Ucapnya.
"Emangnya ada apa?" Tanya ku.
"Ah kalian lihat aja. Biar kalian yang langsung lihat," balasnya sambil tersenyum.
Melihat ekspresi Syifa membuat aku curiga, pasti yang di maksudnya itu, ada sangkut pautnya dengan program pertukaran pelajar kami.
"Ya udah yuk, sebaiknya kita lihat dulu. Baru nanti kita ke kantin, aku udah penasaran."
Untungnya jarak dari tempat mading nya tidak begitu jauh,hanya berjarak sekitar 100 meter saja.
Alangkah bahagia dan campur sedih, aku melihat nama ku berada di jajaran siswa yang berhasil lolos dan bisa mengikuti program pertukaran tahun ini.
David Rahadian.
A. Syifa Wijaya
Kayla Nafisah
Luna Agustin
Ternyata perkiraan Lulu tadi benar adanya, hanya ada 4 siswa yang berhasil lolos mengikuti program tahun ini.
"Yes......."
"Akhirnya setelah perjuangan dan proses yang sudah kita lalui selama ini."
"Kita bisa sampai ke titik ini, Kay."
Lulu terlihat sangat bahagia,tida hentinya dia terus melompat kegirangan. Sampai-sampai siswa lain yang lewat pun di buat keheranan dengan tingkahnya itu.
"Lu, udah."
"Malu itu di lihatin sama anak-anak lain, malu."
Aku pun langsung menariknya dan membawanya langsung ke kantin untuk makan siang.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Setibanya di kantin, kami langsung di hadapkan dengan kehadiran Dea dan Hera. Sorot mata mereka berdua memancarkan ketidak sukaan terhadap aku dan Lulu. Mereka merupakan siswi yang satu angkatan dengan aku saat ini, namun kami berada di kelas yang berbeda. Dulunya mereka berdua merupakan teman satu SD dan SMP dengan aku dan Lulu.
"Mau buat ulah apa lagi sekarang mereka berdua," ucap Lulu pelan.
"Sudahlah, kita mendingan tidak usah menghiraukan mereka berdua."
Belum sempat aku menghindari mereka, Dea sudah lebih dulu menarik tangan ku dengan kasar.
"Apa-apaan sih kamu?" Bentak ku.
"Oh sombong yah kamu, mentang-mentang kamu lulus program pertukaran pelajar itu."
"Makin besar kepala aja dia," sambung Hera.
"Iya emang,"
"Mau kalian apa sih? Enggak bosen apa cari gara-gara sama kami berdua." Ucap Lulu.
"Enggak, selama teman kamu ini....."
"Selama aku kenapa? Sebenarnya salah aku apa sih sama kalian. Sejak dulu kalian hobi banget cari gara-gara sama aku."
"Perasaan aku nggak pernah cari masalah sama kalian." Lanjut ku.
"Masalah nya itu kamu, karena kamu terlahir tanpa seorang ayah." Timpal Dea sambil tertawa.
Mendengar hal itu, mata ku langsung terasa panas. Rasanya ingin sekali aku membalas ucapan Dea, namun aku langsung lemah saat seseorang menyinggung tentang kehidupan ku.
"Eh kamu itu lama-lama keterlaluan juga yah,"
"Emang kamu tahu apa tentang kehidupan Kay, sampai-sampai kamu berani menghakimi dia seperti ini." Lanjut Lulu.
"Eh Lulu, kamu kok mau sih berteman dengan dia."
"Udah dia nggak punya ayah, jangan-jangan dia anak haram lagi." Sambung Hera.
"Jaga ya mulut kamu,"
"Kamu tidak punya hak untuk menghakimi aku seperti itu."
"Aku diam bukan berarti aku tidak bisa menghadapi kamu selama ini. Hanya saja aku malas, berurusan dengan anak manja seperti kamu." Tunjuk ku.
Amarah ku sudah membeludak tak terbendung, selama ini aku memilih untuk diam saat mereka berdua menghina ku dan mencaci ku.
"Wah udah berani kamu, ngelawan sama kita." Dea tidak terima dan tangannya sudah bersiap untuk melempar pukulan ke arah wajah ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments