Episode 11

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Anggap saja,dia lagi diet mungkin." Ucap Rama.

"Ih enggak, aku cuma nggak mau makan aja."

"Ya kalau nggak mau makan, kayaknya lebih baik kamu pergi deh. Aku sumpek tahu lihat kamu, tiap hari ganggu Ezra aja kerjaannya."

"Ezra aja nggak keberatan aku terus mengikutinya selama ini, kok kamu yang sewot." Timpalnya.

"Yakin Ezra nggak keberatan?"

"Menurut ku dia sudah merasa bosan aja, karena kamu itu bengal nggak bisa di bilangin. Udah tahu Ezra nggak suka sama kamu, masih aja kekeh deketin dia."

"Ish kamu ini, kok malah kamu yang ribut sih." Timpal Caca tidak terima.

Aku dan Luna hanya bisa diam dan menyimak obrolan Rama dan Caca yang semakin panas. Sedangkan Ezra sedari tadi hanya diam saja tidak mengatakan apa-apa.

"Oh itu cewek ceritanya naksir sama Ezra," bisik Luna.

"Iya kali,"

"Kasihan yah, kalau itu terjadi sama aku,nggak mau lah. Aku akan lebih memilih untuk cari cowok lain aja, yang bisa menerima aku."

"Ya kan itu kamu," balas ku.

"Kasihan aja, udah tau Ezra nya cuek kayak gitu. Masih aja kekeh buat deketin dia,"

"Udahlah nggak usah di hiraukan, lagian bukan urusan kita ini." Timpal ku.

Kami pun melanjutkan kembali makan siang kami yang sempat tertunda. Dan tidak lama setelahnya Ami datang menghampiri kami untuk gabung makan siang bersama aku dan Luna.

"Udah selesai?" Tanya ku.

"Udah dong, makanya aku buru-buru ke sini untuk makan."

"Tumben sepi, pada kemana yah?" Ucapnya sambil celingukan melihat ke sekeliling kantin.

"Hai Ram......" Sapanya.

"Uy......" Balas Rama.

"Haduh, pemandangan yang sangat membosankan." Ucap Ami sambil berbalik menghadap ke arah ku.

"Maksud kamu apa?" Tanya Luna.

"Ya itu, cewek yang ada di samping Ezra."

"Si Caca," lanjutnya.

"Oh namanya Caca," sambung Luna.

"Sejak dari kelas satu dia ngejar-ngejar cintanya Ezra. Tapi tidak pernah sekali pun Ezra merespon dia."

"Hah, selama itu?" Tanya ku meyakinkan.

"Iya, sampai-sampai satu sekolah ini udah tahu."

"Nanti aku ceritakan deh, nggak enak ada orangnya di sini." Lanjutnya.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah selesai makan, kami bertiga memilih untuk bersantai dulu di taman yang berada di belakang gedung kelas kami. Di sini suasananya cukup tenang, karena hanya ada beberapa orang saja yang berkunjung ke taman ini.

"Ayo ceritakan, aku penasaran dengan kelanjutan cerita kamu tadi."

"Ya ampun Luna, aku tidak menyangka kamu penasaran banget."

"Singkatnya waktu itu kami masih kelas satu, pas semester ke dua tepatnya. Ezra itu sempat dekat dengan salah seorang siswi berjama Naila."

"Mengetahui Ezra tengah dekat dengan Naila,si Caca ini langsung dong tidak tinggal diam. Hampir tiap hari aku lihat dan dengar juga dari anak-anak, dia mengerjai Naila. Bahkan pernah suatu ketika Caca sengaja mengurung Naila di gudang sekolah semalaman dan menyiram bajunya dengan air es." Jelas Ami.

"Hah masa sih, dia tega melakukan itu semua?"

"Udah kejadian Lun,"

"Saking terobsesinya Caca sama Ezra, dia pasti bisa melakukan hal-hal ekstrim sama cewek yang di anggapnya menghalangi dia untuk dekat dengan Ezra."

"Kalau kayak gitu sih, udah keterlaluan banget."

"Terus gimana keadaan Naila setelah itu?" Tanya ku penasaran.

"Dia keluar dari sekolah, karena merasa tidak tahan dengan perlakuan buruk yang di terimanya selama ini. Semenjak saat itu, tidak ada satu pun yang berani deketin Ezra karena takut dengan Caca." Balasnya.

"Meskipun dia sendiri tahu, kalau Ezra tidak menyukainya?"

"Yup benar sekali. Maklum lah, namanya juga salah satu anak dari salah donatur di sekolah ini. Jadi kelakuannya seenak dia dan kekanak-kanakan banget."

"Ah pantas, dia punya kekuasaan di sekolah ini."

"Sebenarnya sih, ada yang lebih berkuasa di banding dia....."

"Siapa?" Tanya aku dan Luna bersamaan.

"Rama,"

"Dia pewaris dari pendiri sekolah ini,"

"Hah?"

"Kalian pasti tidak menyangka kan, karena dari tampilan dia sendiri tidak kelihatan."

"Iya,"

"Ezra pun salah satu anak yang bisa di bilang berkuasa di sini, kakeknya dia itu donatur terbesar di sekolah ini."

Mendengar cerita Ami barusan, aku merasa tidak heran. Karena aku bisa melihat dari kondisi keluarga Ezra saat ini, rumahnya saja berada di dalam kawasan yang elit saat ini.

"Udah ah ceritanya, lain kali aja. Aku mau tiduran dulu, lumayan masih ada waktu sekitar 40 menitan lagi." Ucapnya langsung rebahan di atas rumput.

Melihat Ami melakukan hali itu, aku dan Luna pun ikut melakukannya juga. Rasanya cukup menyenangkan juga, terlebih lagi di sini itu sepi tidak banyak orang.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sebelum kembali ke kelas, aku pun ijin untuk pergi ke kamar mandi terlebih dulu. Dan membiarkan Ami dan Luna untuk pergi ke kelas lebih dulu.

Di pertengahan jalan, aku malah bertemu dengan Ezra yang tengah berjalan sendirian tanpa kehadiran Rama atau pun Caca.

"Kay," panggilnya.

"Kenapa?" Tanya ku kebingungan.

"Ada yang harus aku katakan sama kamu."

"Apa?"

"Bicara aja, jangan sungkan." Balas ku.

"Sebaiknya kamu ikut aku,"

"Kemana?" Tanya ku kembali.

"Udah ikuti aku saja."

Sepertinya dia khawatir akan ada yang melihat aku dan dia tengah bersama dan memicu kesalah pahaman nantinya.

Kami pun akhirnya sampai di ruangan studio musik, yang berada di lantai 3.

"Ada apa? Sepertinya ada hal penting yang ingin kami katakan. Sampai-sampai kamu bawa aku ke sini,"

"Ami pasti sudah cerita tentang Caca sama kamu kan?"

"Ah masalah itu,"

"Iya dia memang sudah menceritakannya sama aku."

Raut wajahnya tampak kebingungan dan tampak frustasi. Melihatnya seperti itu, aku hanya bisa diam dan berusaha untuk menenangkannya.

"Sudah kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku,"

"Kedepannya aku bisa saja berangkat sekolah sendiri, kan di rumah kamu ada motor juga kan. Kita bisa saja tidak saling kenal selama di sekolah. Kalau kamu khawatir Caca takut berbuat hal yang aneh-aneh terhadap ku." Jelas ku.

"Itu salah satunya, aku hanya pusing saja. Gimana caranya supaya aku bisa lepas dari dia. Aku sudah cukup frustasi dengan kelakuan dia selama ini,"

"Gimana aku bisa dekat dengan yang lain, kalau Caca selalu berbuat seenaknya dia." Lanjutnya.

"Akan sulit juga sih, hadapin orang seperti itu. Dia nggak bakalan sadar juga, dengan apa yang pernah di lakukannya selama ini."

"Itu dia......."

"Menurut aku dengan kita pura-pura tidak saling kenal pun, itu bukan lah solusi yang tepat. Soalnya apa, lama kelamaan bakalan ketahuan juga kan."

"Mending kita terang-terangan saja dan tidak menyembunyikan bahwa saat ini kita tinggal di dalam satu rumah." Jelasnya.

"Kamu yakin? Apa kamu tidak khawatir dengan apa yang akan di lakukan Caca nantinya?"

"Aku akan bisa saja hadapin dia, masalahnya itu di kamu. Apa kamu bisa menghindar dari dari Caca?"

"Ya aku pun tidak tahu, tapi aku tidak takut sih. Selama aku benar, lagi pula aku cukup jago bela diri."

Mendengar ucapan ku barusan, Ezra malah tertawa.

"Ada yang salah, kenapa kamu malah tertawa?"

"Enggak lucu aja, aku dengarnya."

"Masalah itu harusnya di hadapi, bukan malah di hindari. Dengan kita menghindarinya, tidak akan menyelesaikan masalah." Balas ku.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!