Episode 7

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Menyadari hal itu, aku langsung mengalihkan pandangan ku. Rasanya aku merasa takut saat matanya Ezra menatap ku seperti itu, di seperti monster yang hendak melahap mangsanya.

"Non......." Panggil mba Atmi mengagetkan ku.

"Iya mba,"

"Mba mau belanja ke toko sayuran, takutnya non Kayla jenuh di sini sendirian. Apa non mau ikut bersama mba?"

"Oh iya mba mau,"

Dengan senang hati aku langsung mengiyakan ajakan mba Atmi ini. Aku langsung menghampiri beliau yang berdiri di ambang pintu belakang.

Rasanya kehadiran mba Atmi ini, layaknya penolong bagi ku dari cengkraman Ezra barusan.

"Jauh nggak mba, tempatnya itu?"

"Tidak mungkin ada sekitar 100 meteran dari sini."

"Deket dong kalau cuma 100 meteran mah, itu jaraknya sama seperti jarak rumah ku ke sekolah yang di kampung." Jelas ku.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Di pertengahan jalan, langkah ku terhenti karna bunyi telpon masuk di HP ku.

"Mba,bentar ada yang menelpon ku."

"Ya sudah non ngobrol aja," balasnya sambil terus berjalan di depan ku.

Ternyata bunda lah yang menelpon ku, tanpa menunggu lama aku langsung mengangkatnya.

"Halo bunda......."

"Halo Kay....."

"Ya ampun nak, kamu sudah lupa sama bunda. Sampai-sampai tidak memberi kabar sama bunda dari kemarin."

"Bukan seperti itu bunda, hanya saja kemarin itu sesampainya di sini aku langsung beres-beres."

"Gimana, kamu betah enggak tinggal di sana?"

"Ya belum tahu betah atau enggaknya, kan baru juga semalam aku di sini."

"Semalaman bunda tidak bisa tidur, karena ingat sama kamu. Biasanya di rumah itu berisik dan ramai,tapi sekarang sepi hanya ada mba Ani yang menemani bunda."

"Ya ampun bunda, ini kan baru semalam aku nggak ada di rumah."

"Bunda hanya becanda saja,"

"Eh nak, nanti bunda telpon lagi. Itu ada yang beli soalnya,"

"Baik-baik ya kamu selama di sana,ingat kalau ada perlu apa-apa langsung kasih tahu bunda."

"Siap bunda,"

Setelah menyudahi telponnya, aku pun baru sadar kalau mba Atmi sudah berjalan cukup jauh di depan ku.

"Mba tunggu.......!" Seru ku.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah pulang dari toko, kami tidak sengaja berpapasan dengan Ezra. Sepertinya dia hendak pergi olah raga,bisa di lihat dari setelan baju yang dia kenakan.

"Mas Ezra mau olah raga yah," sapa mba Atmi.

"Iya......" Jawabnya singkat.

"Non,kalau non mau ikut saja sama mas Ezra."

"Tidak ah mba,"

"Kalau kamu mau ikut hayu aja," timpal Ezra.

"Baiklah, aku pun ingin tahu juga di sebelah sana ada apa."

Mba Atmi pun pamit lebih dulu dan hanya meninggalkan aku dan Ezra. Sebenarnya aku bisa saja menolak untuk ikut bersama Ezra, tapi aku juga penasaran karena dari tadi aku lihat banyak orang yang lewat ke arah dekat lapangan tenis.

"Tapi kamu harus ikut lari bersama ku,"

"Ih gak mau ah,"

"Aku mau jalan kaki saja." Balas ku.

"Nanti yang ada kami ketinggalan aneh."

"Ya udah iya......."

Dengan terpaksa aku pun ikut lari bersama Ezra menyusuri jalan yang tadi aku lewati bersama mba Atmi. Awalnya aku kira dia akan lari menuju lapangan tenis, tapi ternyata aku salah. Kami melewati lapangan tenisnya dan malah berlari jauh dari sana.

"Ezra, sebenarnya kita mau lari kemana sih?"

"Bukanya orang-orang pada berhenti di sana." Lanjut ku.

"Malas aku, di sana terlalu banyak orang."

"Terus?"

"Udah kamu ikuti saja aku, tidak usah berisik." Timpalnya.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah berlari sekitar 10 menitan, kami pun akhirnya berhenti di tepi danau buatan yang ada di dalam komplek perumahannya.

"Akhirnya......." Seru ku senang.

Rasanya kaki ku sakit sekali, karena aku memang tidak biasa olah raga pagi saat masih di desa pun.

"Kenapa? Pasti kamu jarang olah raga."

"Sok tahu kamu," balas ku.

"Kelihatan kali, itu buktinya kamu langsung pijitin kaki kamu karena kesemutan."

"Lagian kamu sih, dari tadi nggak ada istirahatnya."

"Namanya juga lari,Key."

Mendengar dia menyebut nama ku terasa aneh di dengar. Aku langsung merinding di buatnya.

Saat kami tengah beristirahat dan menikmati pemandangan yang ada di sekitar danau, terdengar suara wanita yang memanggil nama Ezra dari kejauhan.

Aku dan Ezra pun sontak langsung melihat ke arah sumber suara barusan, aku bisa lihat ada seorang wanita tengah berjalan ke arah kami berdua.

"Sial......'' Gumam Ezra.

Tampak raut wajahnya tidak nyaman dengan kehadiran wanita yang barusan memanggil namanya itu. Ezra langsung memalingkan wajahnya dan pura-pura tidak melihat kedatangan wanita itu.

"Harusnya tadi kita nggak istirahat di sini," ucapnya pelan.

"Aku kan nggak tahu, ya maaf."

"Dia masih jauh kan?" Tanyanya.

"Lumayan,"

"Sebaiknya kamu pulang lebih dulu dan tidak perlu melihat kebelakang."

"Hah? Maksudnya gimana sih, aku....."

"Udah nggak usah banyak tanya. Aku bilang kamu pulang sekarang,"

Melihat sorot matanya, aku pun langsung beranjak dari duduk ku dan langsung lari sekuat tenaga.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sepanjang perjalanan aku penasaran, kenapa Ezra meminta ku untuk pulang duluan dan menyuruh ku untuk tidak melihatnya kebelakang. Apa ada sesuatu yang di sembunyikannya.

Dengan penuh penasaran, tidak terasa aku pun akhirnya sampai di rumah dan langsung menuju dapur untuk mengambil minum.

"Loh non, kok sendirian. Mas Ezra nya mana?"

"Itu dia mba,"

"Tadi pada saat kami tengah beristirahat di tepi danau yang di sana itu. Tiba-tiba saja ada wanita yang menghampiri dan memanggil Ezra. Makanya dia menyuruh ku untuk pulang lebih dulu."

"Apa dia pacarnya Ezra?"

Mendengar pertanyaan ku barusan, mba Atmi malah tertawa. Aku pun di buat heran dengan reaksi mba Atmi barusan.

"Kenapa mba?"

"Itu bukan pacarnya, sepertinya itu non Caca anaknya bu Rusli."

"Setahu mba, dia naksir sama mas Ezra. Tapi sayangnya mas Ezra tidak meresponnya dan malah kesal saat mba Caca berusaha untuk mendekatinya."

"Oh gitu ceritanya...."

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah selesai mandi dan mengganti pakaian, aku pun langsung keluar berniat untuk sarapan. Namun baru saja aku buka pintu, aku malah melihat Ezra tengah berdiri sendirian di dekat tangga.

"Kamu kenapa? Sepetinya lesu banget."

"Tau ah," balasnya.

Dia pun malah langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintunya dengan kasar.

"Ya ampun, sedikit-sedikit baik. Tapi tiba-tiba jadi jahat, gak jelas." Gumam ku.

Tidak lama kemudian, dia membuka kembali pintu kamarnya.

"Kay......" Panggilnya.

"Apa?"

"Aku bisa minta tolong nggak,"

"Minta tolong apa dulu?" Tanya ku kembali.

"Tolong keluarin duri dari tangan ku ini," ucapnya sambil menujukkan jari telunjuknya.

"Hem......."

Meski pun aku merasa kesal dengan sikapnya barusan, melihat tangannya yang bengkak rasa kesal ku pun langsung luntur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!