18 ~ Pergi Ke Mall

Untuk hari ini Bunga menolak saat hendak diantar pulang oleh Varo dengan alasan ingin arah rumah sakit dengan arah rumahnya berlawanan. Bunga ingin ke rumah sakit sendirian.

"Aku tidak apa. Kamu pulang aja!" Untuk kesekian kalinya Bunga menolak tawaran Varo saat ingin diantar ke rumah sakit.

"Apakah kamu yakin?"

Bunga mengangguk dengan pelan. "Iya. Aku yakin. Udah ... kamu enggak usah khawatir. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Apakah kamu tidak percaya padaku?"

"Baiklah. Kalau kamu enggak mau aku antar, aku pulang duluan ya. Berikan aku kabar tentang hasilnya nanti!"

Bunga hanya mengangkat kedua jempolnya sebagai jawaban atas permintaan Varo.

Tubuhnya masih membeku mantap mobil yang berangsur meninggalkan pelantaran kantor. Ada rasa sesak dalam dadanya, tetapi Bunga juga tak ingin egois. Bagaimanapun, Varo bisa tumbuh besar seperti sekarang karena orang tua angkatnya, jelas saja Varo akan lebih mengutamakan acara orang tuanya daripada dirinya.

Langkahnya gontai sambil menunggu Galang datang untuk menjemputnya. Bunga sengaja menghubungi Galang, untuk menjemput daripada harus pulang bersama dengan ayahnya.

Dari arah belakang suara klakson mengagetkan Bunga. Dan saat mobil berhenti disampingnya, Bunga terkejut karena ternyata itu adalah mobil ayahnya.

"Ayo naik!" titah ayahnya.

Bunga menggeleng dengan pelan karena dia sedang menunggu Galang.

"Maaf Pak, saya sedang menunggu adik saya untuk menjemput," ucap Bunga dengan formal.

Askara langsung menautkan kedua alisnya. Saat ingin memprotes ternyata ada beberapa karyawan yang sedang berjalan di samping Bunga. Seketika Askara menyadari jika saat ini Bunga sedang bersandiwara.

"Baiklah. Hati-hati di jalan! Jangan tunggu adikmu di luar pagar karena itu sangat berbahaya. Tunggu saja di dekat scurity!" ujar Askara yang kemudian menutup kembali kaca jendelanya.

"Tumben gak pulang sama Varo? Apakah mereka sedang berantem?" pikir Askara. Namun, Askara tak ingin ikut campur dengan hubungan Bunga dengan Varo. Biarkan mereka berjalan dengan naluri mereka masing-masing. Berantam dan berselisih paham itu adalah hal wajar untuk kaum remaja.

Dan hampir lima belas menit Bunga masih setia menunggu mobil Galang datang. Rasanya memang sangat bosan, tetapi mau bagaimana lagi, Bunga enggan untuk memesan taksi.

"Galang lama amat, sih? Padahal biasanya lima menitan juga udah sampai tuh anak!" gerutu Bunga yang sudah tak sabar menunggu kedatangan Galang. "Jangan-jangan dia masih tidur."

Bunga yang tak sabar pun segera mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Galang, namun tiba-tiba suara klakson kembali mengagetkan dirinya.

Tinnn .... tinnn...

Bunga yang sudah hafal dengan mobil Galang langsung membuka pintu mobil untuk naik. "Lama banget, sih? Aku hampir jamuran nungguin kamu!" protes Bunga dengan bibir yang telah mengerucut.

"Udah syukur dijemput! Bukannya terima kasih malah ngomel," cibir Galang dengan helaan napas panjangnya.

"Ya udah jalan!" perintah Bunga.

Namun,. karena suasana hati Bunga sedang tidak baik, dia meminta Galang untuk langsung mengantarnya ke sebuah mall, karena Bunga ingin cuci mata sebenar di sana.

"Kita ke mall ya!" Perintah bunga pada Galang.

"Mau ngapain? Aku belum baru bangun tidur, belum mandi," balas Galang dengan rasa malas.

"Halah ... mandi enggak mandi kamu udah ganteng. Emangnya orang tau kalo kamu enggak belum mandi? Enggak kan?"

Sebuah pujian yang membuat Galang tiba-tiba melayang saat dikatakan dia ganteng, karena faktanya memang seperti itu. Tingkat kepedeannya meningkatkan 99 persen. Dengan bibir tersenyum, Galang pun langsung mengambil jalan untuk ke mall. Bunga yang melihat ekspresi adiknya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Muka pas-pasan aja seneng banget kalau dipuji ganteng, batin Bunga dengan senyum tipisnya.

"Emangnya ke mall mau ngapain? Tumben enggak diantarin ayang Varo. Biasanya lengket kayak perangko." cibir Galang.

"Ayang dari Hongkong? Aku sama Varo itu cuma temenan bisa aja. Lagian Varo enggak mungkin bisa digapai," ucap Bunga dengan lemah.

"Kenapa begitu? Apakah Varo udah married?"

Kepala Bunga menggeleng dengan pelan. "Belum. Tapi aku dan Varo itu ibarat langit dan bumi, jadi enggak bakalan bisa tergapai. Biarlah hubungan kami begini, asalkan Varo tidak membenciku lagi."

"Kak, jika kamu menginginkan sesuatu, kejar dan gapailah! Tidak akan ada kata tidak mungkin jika kamu belum mencobanya. Aku tau kalau kakak itu cinta sama Varo, tapi Kakak pengecut untuk mengakui perasaan Kakak sendiri. Apakah aku harus turun tangan untuk masalah asrama Kakak?" tanya Galang yang seakan bisa memahami perasaan Bunga.

"Sok tau! Udah jalan yang benar! Tau apa kamu tentang cinta!" cibir Bunga.

"Kak Bunga terlalu meremehkanku. Gini-gini pacarku ada dua. Kakak belum tau bagaimana caranya aku menaklukkan orang yang dicintai kan? Nanti aku kasih resepnya untuk menaklukkan si Varo itu!" Galang tertawa pelan.

"Ih ... kamu tuh anak kemarin sore, Galang! Jangan mainin anak orang! Kena karma baru tau rasa!" Bunga merasa terkejut dengan pengakuan sang adik yang memiliki dua orang pacar sekaligus.

"Gak usah iri. Aku bisa kok bantuin Kak Bunga untuk dapatin Varo. Udahlah, gak usah munafik. Aku tuh udah bisa baca pikiran kalau Kak Bunga yang memiliki perasaan sama Varo, tapi tak bisa tak bisa tersampaikan. Tentang besok aku bantuin kok."

Bunga hanya bisa mengembangkan kepalanya. Meskipun memang benar apa yang dikatakan oleh Galang, tetapi Bunga tak akan pernah bisa untuk menggapai Varo. Biarlah cinta untuk Varo tetap tersimpan dalam hati agar tak menyakiti Varo jika kelak dia pergi.

Tak butuh waktu lama, mobil yang dikemudikan oleh Galang telah sampai di sebuah pusat pembelanjaan terbesar di kotanya. Namun, baru saja Varo keluar dari mobil, netranya menangkap sosok yang begitu familiar untuknya.

'Itu kayaknya Varo deh. Tapi jalan sama siapa ya? Apakah Varo emang udah ada yang punya. Tapi kak Bunga kok gak pernah cerita? Ah, mungkin aja itu saudaranya aja' Varo mencoba untuk menepis prasangkanya.

"Galang, ada apa?" tanya Bunga saat menyadari Galang bergeming di samping mobil. Seketika diapun tersentak.

"Ah, tidak ada, Kak. Aku hanya mengingat-ingat kayaknya ATM aku gak ada isinya deh," ucap Galang dengan pelan.

"Ya ampun ... cuma masalah itu. Udah ah, gak usah dipikirin. Ayo masuk!" ajak Bunga yang telah menarik tangan Galang untuk masuk kedalam.

"Tapi Kak—" Galang mencegah langkah kakaknya. "Kita pindah Mall aja ya. Kayaknya mall ini enggak lengkap."

"Enggak lengkap gimana? Ini satu-satunya mall terbesar dan terlengkap. Emangnya kamu mau cari apa?" tanya Bunga dengan rasa heran.

"Kak seberapa aku .... "

"Udahlah, gak usah pikirin isi dompetmu. ATM ku gal akan habis untuk bayarin jajan kamu?" tegas Bunga yang memaksa tangan Galang untuk masuk ke dalam mall.

Galang hanya bisa pasrah dan berdoa agar mereka tak bertemu dengan Varo di dalam sama. Apa yang akan terjadi jika kakaknya tau Varo sedang jalan bersama dengan wanita lain. Dia yakin hati kakaknya akan langsung patah sebelum berjuang.

...#BERSAMBUNG#...

Terpopuler

Comments

ipit

ipit

smoga mereka berdua tidak ketemu......

2023-06-11

0

Ainisha_Shanti

Ainisha_Shanti

samakan saja doa kita Galang. semoga Bunga tak terserempak dengan Varo.

2023-06-10

2

Pujiastuti

Pujiastuti

aku kok malah naunya Bunga ketemu sama Varo dan Varo juga liat Bunga kok malah pergi dimall bukan pergi kerumah sakit,,,,,

lanjur kak 💪💪💪

2023-06-09

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!