13 ~ Berdebat

Sesampainya di kantor, Bunga dan juga Varo langsung menuju gudang, tempatnya bekerja. Namun, sebelum masuk kedalam gudang mereka berdua melakukan check clock ( ceklok ) terlebih dahulu. ( Yang gak tau ceklok cari di google )

"Bunga, kita perlu bicara sebentar saja," ucap Varo saat keduanya berjalan menuju ke loker.

"Bicara aja. Apakah kamu masih ingin membahas hubunganku dengan Candra? Varo ... meskipun aku dekat dengannya, bukan berarti aku menyukainya. Hatiku telah terkunci oleh seseorang yang sulit aku gapai, tapi akh yakin, suatu saat aku bisa menggapainya." Bibir Bunga mengembang dengan lebar.

"Bukan itu, Bunga! Aku hanya ingin tau apa alasan kamu menyembunyikan penyakitmu. Kamu bisa saja membohongi semua orang termasuk dengan orang tuamu, tetapi tidak denganku. Bunga ... penyakit kamu itu adalah penyakit yang serius. Kamu harus segera mendapatkan pengobatan sebelum terlambat!" ujar Varo tatapan datar kearah Bunga.

Seketika tubuh Bunga terasa membeku. Jantungnya kembali berdegup dengan sangat kencang manakala mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Varo. Bagaimana bisa Varo yang baru beberapa hari bertemu dengannya sudah mengetahui penyakit yang disembunyikannya. Padahal Bunga begitu rapat menyembunyikan penyakitnya agar tak ada satupun orang yang mengetahuinya. Namun, ternyata dugaannya salah. Varo adalah orang pertama yang mengetahui jika saat ini Bunga sedang menyembunyikan penyakitnya.

"Kenapa diam? Kamu enggak bisa memberikan penjelasan? Bunga ... sampai kapan kamu akan menjadi wanita yang sok kuat? Kamu itu lemah, Bunga. Lemah!" Varo membuang napas kasarnya.

"Kamu ngomong apa, sih. Aku enggak ngerti. Siapa yang sakit? Aku enggak menyembunyikan penyakit, karena aku sehat, Varo. Aku enggak sakit!" elak Bunga.

Bukan Bunga jika dia akan mengakui dengan mudah apa yang dia rasakan, karena bunga akan tetap kukuh dengan pendiriannya. Bunga tidak ingin mendapatkan belas kasihan dari orang lain, sehingga menganggapnya wanita yang lemah.

"Bunga, Aku tahu kamu adalah salah satu mahasiswa terpintar di kampus, tapi sayangnya kepintaranmu tidak akan bisa memintari diriku. Aku sudah tahu semuanya jika saat ini kamu sedang sakit," datar Varo.

Kini Bunga memberanikan diri untuk menatap mata Varo. Getaran aneh terus menjalar ke seluruh tubuhnya. "Kamu tahun dari mana jika aku sedang sakit?"

"Tidak perlu kamu tahu dari mana aku mengetahuinya. Yang ingin aku tahu, mengapa kamu menyembunyikan penyakitmu, Bunga!" sentak Varo saat Bunga masih kukuh dengan kebohongannya.

"Maaf," ucap Bunga dengan pelan. "Aku hanya tidak ingin membuat semua orang mengkhawatirkanku. Aku juga tidak mau semua orang mengasihaniku."

"Tapi cara kamu itu salah Bunga! Penyakitmu ini adalah penyakit mematikan. Bagaimana jika kamu .... argh .... sudahlah." geram Varo dengan alasan yang diberikan oleh Bunga. Bisa-bisanya Bunga mempunyai pemikiran seperti itu.

"Kamu sangat egois, Bunga! Kamu hanya memikirkan diri diri kamu sendiri. Dan itu adalah satu-satunya alasan mengapa aku membencimu. Aku membencimu, karena kamu yang selalu egois." lanjut Varo yang kemudian berlalu meninggalkan Bunga dengan dada naik turun.

Varo sengaja pergi karena tidak ingin lepas kendali dan tidak bisa mengontrol emosinya. Lebih baik menghindar daripada dia terus meluapkan amarahnya pada Bunga.

Air mata tumpah begitu saja setelah Varo berlalu. Sungguh diluar perkiraan jika ternyata Varo begitu cepat mengetahui penyakitnya.

"Varo, maaf ... " lirihnya sambil mengusap jejak air mata yang telah terus berjatuhan.

...***...

Hampir setengah hari Varo menjauh dari Bunga. Seharusnya mereka berdua satu tim, tetapi karena Varo sedang kecewa dengan Bunga, dia memilih untuk ganti tim. Varo hanya ingin menenangkan hatinya agar tak terbawa dengan suasana hatinya saat ini.

Sikap yang diambil Varo tentu saja membuat Bunga bersedih. Semua mimpinya telah sirna dalam sekejap mata.

Varo ... maaf bukan aku ingin egois, tetapi sungguh aku tidak ingin membuat semua orang mengkhawatirku dengan penyakitku ini Terlebih jika orang tuaku sampai mengetahuinya, aku yakin hanya akan membuat mereka bersedih saat mengetahui jika usiaku tak lama lagi. Aku hanya ingin pergi tanpa membuat orang-orang di sekitarku larut dalam kesedihannya.

Tiba-tiba saja, Bunga merasakan cairan hangat yang keluar dari hidungnya. Karena tak ingin ada yang mengetahui, Bunga langsung berlari menuju ke toilet sambil menutup bagian hidungnya dengan telapak tangan.

Varo yang sejak tadi hanya memperhatikan Bunga dari kejauhan langsung mengejar Bunga tanpa peduli dengan panggilan seniornya.

"Teruslah untuk menjadi wanita sok kuat," gerutu Varo dengan perasaan kalutnya.

...#Bersambung#...

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

kalau mau bicara dgn keluarga setidaknya keluarga mau berpikir mencari pengobatan yg lebih baik lagi walau manusia hanya berikhtiar dan berdoa semuanya ada dalam ketetapan Allah dan tentunya udah mulai mempersiapkan mental yg lebih kuat jika ada hal tak sesuai dgn prediksi

2024-08-18

0

ipit

ipit

kamu takut akan merasa dikasihani,justru sebaliknya hati kamu ingin perhatian dari orang yang kamu sayangi...,di saat orang menjauh,kamu menganggap orang itu tidak peduli kepadamu....,,

2023-06-07

0

Rahma Inayah

Rahma Inayah

bunga sok kuat padhl lemah km ank pr satu2 nya klu km tiada apa km gk sedih sm ortu mu ..klu gk pny uang ortu mu ya mkn gk ap2 ni ortu sultan ,gk mau berbagi gk mau cerita alasn tkut khwwtr akibat nya nnt kel mu kecewa jgn egois.bnr kta vino km egois

2023-06-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!