Bungw dan Varo telah sampai di perusahaan milik ayahnya Bunga. Karena semua sudah diurus oleh orang dalam, maka kedua hanya tinggal menunggu arahan dari manager saja. Berdekatan dengan Varo, tentu saja membuat dada Bunga bergerumuh dengan sangat kencang, terlebih saat ini Varo terlihat lebih mencair dan sesekali mengajaknya untuk berbicara.
"Em ... Varo, bisakah kamu merahasiakan dari semua orang jika aku sedang magang di perusahaan milik ayahku sendiri?" Bunga memecahkan keheningan saat duduk menunggu manager yang akan mengarahkan mereka berdua.
"Kamu enggak usah khawatir. Tanpa minta pun aku tidak akan menceritakan pada orang lain jika aku dan kamu sedang magang di perusahaan ayah kamu. Tapi ngomong-ngomong, aku dan ayah kamu sudah lama tak bersua, bisakah aku bertemu dengannya?" tanya Varo.
"Tentu saja. Nanti setelah dapat arahan dari manajer kita langsung aja ke ruangan ayah. Ayah pasti akan senang jika kamu mendatanginya," ujar Bunga dengan senyum tipis di bibirnya.
Varo hanya mengangguk dengan pelan, tetapi matanya masih menatap Bunga tanpa ekspresi.
Tak berapa lama seorang pria yang tak lain adalah manajer pemasaran datang menghampiri keduanya. Bahkan sang manager tidak mengenali jika bunga adalah anak dari Bosnya, karena memang Kara tidak pernah memperkenalkan anaknya kepada karyawannya. Hanya orang-orang terdekat saja yang mengetahui bahwa bunga adalah anak Askara.
"Apakah kalian berdua yang ingin magang di perusahaan ini?" tanyanya.
Keduanya langsung mengangguk pelan. "Iya, Pak. Kami berdua yang mau magang," jawab Bunga dengan cepat.
"Baiklah, perkenalkan nama saya adalah Heru. kalian berdua bisa memanggil saya dengan panggilan Pak Heru. Saya adalah manajer pemasaran di perusahaan ini dan saya juga yang bertanggung jawab atas kalian berdua. Jadi kapan kalian bisa aktif untuk megang di sini?" tanya Pak Heru.
"Lebih cepat lebih baik. Bagaimana kalau besok aja, Pak. Bisa kan, Pak? celetuk Bunga.
"Bisa. Mari saya jelaskan poin-poin penting tentang apa yang harus kalian lakukan dan tidak boleh kalian lakukan. Nanti saya juga akan saya ajak untuk berkeliling ke gudang. Nanti di sana ada senior kalian yang akan membimbing kalian."
Lagi-lagi Bungan dan Varo hanya bisa mengangguk dengan pelan dan mengikuti langkah Pak Heru. Sambil berjalan sambil menjelaskan tentang poin-poin penting.
Ini adalah kali kedua Bunga datang ke perusahaan milik ayahnya setelah 15 tahun berlalu. Dulu sewaktu dirinya masih berusia 6 tahun dirinya pernah diajak oleh ayahnya untuk mengunjungi perusahaan. Namun, setelah 15 tahun berlalu ternyata perusahaan ayahnya sudah berubah menjadi besar dan luas.
"Nah, ini adalah gudang tempat packing. Disinilah kalian berdua akan bekerja. Ingat, setiap hari kalian harus masuk on time dan tidak boleh telat, karena setiap telat, gaji kalian akan dipotong sepuluh ribu per 1 menit. Jadi jangan sampai kalian telat, jika tidak ingin gaji kalian minus. Mengerti?" jelas Pak Heru.
"Iya, Pak. Kami mengerti."
Hampir 15 menit Pak Heru membawa Bunga dan juga Varo mengelilingi gudang, dan kini akhirnya pak Heru membawa keduanya menuju ke kantin. Pak Heru tahu jika keduanya sudah lelah dan memintanya untuk beristirahat sejenak di dalam kantin.
"Nah ini adalah kantin tempat para karyawan untuk beristirahat dan makan siang. Kalian pesan saja saya yang akan bayar, tapi hanya khusus hari ini saja. Untuk kedepannya kalian bayar sendiri. Ya itung-itung ini adalah penyambutan untuk kalian," jelas Pak Heru.
Karena Pak Heru mempunyai pekerjaan lain akhirnya dia pun meninggalkan Bunga dan Varo di kantin.
Setelah tinggal mereka berdua rasanya begitu canggung, karena Varo yang memasang wajah datarnya.
"Bunga, apakah saat ini kamu sedang menyembunyikan sesuatu dari semua orang?" Tiba-tiba Varo yang bukan sebuah pertanyaan yang terus mengganjal di dalam pikirannya.
Bunga terkejut mendengar pertanyaan Varo. Bola matanya membulat dengan lebar dengan jantungnya yang berdetak lebih kencang, bahkan napasnya juga terasa terasa sesak.
"Maksud kamu aku menyembunyikan tentang masalah apa ya. Perasaan aku nggak menyembunyikan apa-apa deh," kilah Bunga dengan rasa gugup.
"Benarkah? Mungkin hanya perasaanku aja. Sudahlah lupakan pertanyaanku tadi." Varo membuang napas beratnya. Matanya pun bisa menangkap jika saat ini rumah sedang gugup.
"Bunga," panggil Varo.
"Iya, ada apa?" Bunga menelan kasar salivanya karena ditatap oleh Varo dengan tajam.
"Aku ingin menarik ucapanku dan aku mau menerimamu pertemananmu. Apa kamu masih mau berteman?"
Bunga Hampir tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Varo. Rasanya mustahil Varo mau menerima permintaan pertemanan, mengingat pertemuan pertama, Varo mengatakan bahwa dia tidak akan pernah untuk mau berteman dengannya. Bahkan Varo juga meminta agar Bunga tidak menceritakan kepada siapapun bahwa sebenarnya mereka berdua itu adalah teman semasa kecil.
"Varo, kamu serius dengan ucapanmu? Kamu sedang tidak mengerjaiku kan?" Bunga masih merasa tidak percaya.
"Apakah terlihat seperti seorang pembohong. Kamu sudah mengenalku sejak kecil, seharusnya kamu tahu bagaimana sifatku. Tapi kalau kamu enggak mau berteman denganku juga enggak apa-apa kok."
"Eh ... enggak gitu, Varo. Aku hanya terkejut saja dengan keinginanmu. Dengan senang hati jika kamu mau berteman denganku," ucap Bunga dengan wajah berbinarnya.
Bibir Varo pun terangkat tipis saat melihat senyum yang mengembang di bibir Bunga.
"Ya udah, kamu makan makananmu habis ini aku antar aku untuk bertemu dengan ayahmu!"
Bunga mengangguk pelan dan mulai memakan menu pesanannya. Begitu juga dengan Varo. Keduanya menikmati pesanannya, tetapi dengan tiba-tiba Varo tersedak. Dan saat ingin minum, Varo baru menyadari jika air minumnya telah habis.
"Astaga .... Varo, kamu kenapa? Aduh, mana minummu abis lagi. Bentar ya, aku ambilin minum dulu. " Dengan rasa panik, Bunga langsung meninggalkan Varo untuk memintakan air putih.
Bunga maafkan aku. Mungkin dengan cara seperti ini aku tau apa yang sedang kamu sembunyikan, karena aku yakin jika saat ini kamu sedang menyembunyikannya sesuatu. Kamu memang pintar untuk bersandiwara untuk menyembunyikan apa yang kamu rasakan dan aku tidak suka dengan hal itu, Bunga! Kamu sok-sokan kuat, padahal kamu itu lemah.
Dengan terpaksa, Varo mengambil satu tablet yang yang dikatakan vitamin dari dari dalam tas Bunga. Mungkin dengan cara seperti itu Varo bisa mengetahui apa yang sedang disembunyikan oleh Bunga.
...#BERSAMBUNG#...
...Boleh dong minta taburan bunga dan kopinya 🤭 Eh, kali aja ada yang mau hibahkan votenya untuk novel ini hihihi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Neulis Saja
good job varo 👍
2024-08-18
0
ipit
hmmmm varo varo..... memang ya kamu.....😄😄😄, bagus lanjutkan misimu....
2023-06-06
0
Pujiastuti
ternyata Vano sengaja tersedak biar Bunga pergi sebentar dan Vano bisa ambil obatnya Bunga
2023-06-05
0