15 ~ Dinner

Akhirnya Bunga bisa bernapas dengan lega ketika targetnya telah tercapai. Semua itu karena bantuan dari Varo. Dia yang membantu untuk menyelesaikan target 5000 pcs. Namun, saat melihat kesekelilingnya, Bunga merasa terheran karena suasana sudah sepi dan hanya menyisahkan mereka berdua. Dengan kening yang mengernyit, Bunga bertanya kepada Varo, "Kok sepi? Kemana perginya semua orang?"

"Tentu saja mereka telah pulang. Lihat sekarang udah jam berapa!" balas Varo yang kini telah berjalan untuk meninggalkan gudang. "Ayo buruan keluar!

Bunga terbelalak dengan lebar saat melihat jarum jam yang menempel di dinding. Ternyata saat ini jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

"Astaga ... ini beneran udah jam tujuh malam?" Dia pun langsung mengejar Varo yang sudah berjalan keluar.

"Makanya kalau kerja itu jangan banyak melamun biar cepat setelah!"

"Siapa juga yang melamun?" kilah Bunga dengan gugup.

Ya, memang sepanjang bekerja Bunga lebih banyak mencuri pandangan pada Varo, hingga dia kurang konsentrasi pada pekerjaan. Bahkan beberapa kali Bunga mendapatkan teguran dari seniornya karena melakukan kesalahan yang sama.

"Kamu pikir aku enggak tahu kalau kamu dari tadi itu banyak ngelamunnya daripada kerjanya," komentar Varo.

Sebelum keduanya pulang, terlebih dulu mereka mengganti pakaiannya sebelum meninggalkan kantor. Dan pada akhirnya rencana Varo untuk membawa Bunga ke rumah sakit harus tertunda.

"Karena hari ini kita pulang tidak sesuai dengan prediksi, maka rencana kita ke rumah sakit kita tunda. Lain kali jika kita pulang lebih awal Aku akan segera membawamu ke rumah sakit. Malam ini kita langsung pulang aja. Aku tahu kamu juga udah capek," ucap Varo saat hendak menjalankan mobilnya.

"Iya, aku tahu."

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang untuk membelah jalanan yang tidak begitu padat. Iringan lagu boyband asal Korea mengiringi perjalanan mereka. Hampir sepanjang perjalanan tak ada sepatah kata yang terucap dari bibir keduanya. Keduanya sama hanyut dalam musik yang mereka dengar, hingga pada akhirnya mobil Varo berhenti di sebuah restoran yang tak asing untuk Bunga.

"Kita ngapain kesini?" tanya Bunga dengan heran.

"Kamu bisa baca tulisan itu?" Tunjuk Varo pada sebuah tulisan Restoran.

"Iya. Aku tahu itu restoran," ucap Bunga.

"Ya udah apalagi? Kami taukan restoran dekat tempat apa?"

Bunga hanya mengangguk dengan pelan. Kedua alisnya menaut secara bersamaan. "Kita mau makan?" tanyanya.

"Enggak! Kita mau nginep! Ya jelas mau makanlah Bunga! Baru juga kerja satu hari langsung oleng. Dasar payah!" cibir Varo.

Bibir Bunga langsung mengembang dengan lebar saat menyadari jika saat ini Varo sedang mengajaknya makan malam. Momen yang dirasa cukup sulit untuk digapai, perlahan berjalan mendekat dengan sendirinya. Tentu saja Bunga merasa sangat bahagia, bisa dinner bersama dengan Varo yang selama ini dia rindukan.

"Em ... Varo, aku ke toilet dulu ya," pamit Bunga saat keduanya sampai disebuah meja.

"Oke. Jangan lama-lama!"

"Siap." Bunga pun langsung menuju ke toilet. Kali ini dia membasuh wajahnya bukan karena hidungnya yang mengeluarkan darah, tetapi dia hanya ingin memperbaiki polesan make up agar tak terlihat pucat, karena hampir satu harian bercampur dengan keringat. Tak lupa Bunga juga menyemprotkan parfum agar aroma keringatnya tak tercium oleh Varo.

"Ya ampun ... mimpi apa sih bisa dinner sama Varo?" Wajah Bunga tak hentinya memancarkan kebahagiaan.

"Jika Varo bisa seperti ini setiap hari padaku, lalu apa alasanku tak ingin bertahan lebih lama? Aku harus bisa bertahan lama demi Varo? Bukankah itu adalah salah satu impianku? Bunga ... lihat, Varo sudah kembali. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada! Kamu harus sembuh, Bunga!" Begitulah Bunga bercerita pada bayangannya di cermin.

Hampir lima belas menit Varo menunggu Bunga yang izin ke toilet. Rasanya sudah tidak tenang karena takut jika Bunga kenapa-napa di dalam sama. Dan pada saat Varo hendak beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba Bunga telah muncul dan langsung menarik sebuah kursi di depan Varo.

"Maaf lama," kata Bunga.

"Kamu ngapain sih di toilet? Tidur?" sinis Varo yang merasa kesal karena dibuat menunggu terlalu lama. Namun, seketika Varo mengernyit saat memperhatikan ada yang berbeda pada wajah Bunga. "Belum mandi udah dandan!" cibir Varo.

Bunga tak ambil hati dengan ucapan Varo, karena memang seperti itu sifat Varo. Bunga mencoba untuk memahami bagaimana sifat Varo yang kadang terasa dingin dan kadangkala terasa dingin. Saat ini Varo itu ibarat vitamin untuk Bunga yang bisa menghambat penyakitnya agar tak terlalu cepat menghilangkan.

"Ya kali di toilet tidur."

Terpopuler

Comments

Arif Muzakki

Arif Muzakki

mulutnya pedas banget kyk cabe

2023-06-21

0

ipit

ipit

nah gitu kamu harus banyak banyak berpikir positif...,,varo aja semangat untuk kesembuhan kamu masa kamu gak sih....,, lanjut thoooor..... mkin seru ajah...

2023-06-09

0

Pujiastuti

Pujiastuti

lanjut kak tetap semangat ya upnya

2023-06-07

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!