14 ~ Pilihan Dari Varo

Varo menggedor semua pintu toilet untuk menemukan keberadaan Bunga. Dia yakin jika saat ini keadaan Bunga sedang tidak baik-baik saja.

"Bunga!" Varo berteriak memanggil nama Bunga. Beruntung saja semua pintu yang didobrak tak ada penghuninya, sehingga Varo merasa aman. Tinggal satu pintu no yang berada di ujung. Satu-satunya toilet yang terdengar dengan gemercik air dan dalam. Tak salah lagi, Varo pun langsung menggedor pintu tersebut.

"Bunga, kamu di dalam kan?" teriak Varo dengan keras.

Bunga yang berada didalam toilet segera membasuh hidungnya agar darah segara hilang. Namun, belum sempat Bunga selesai Bunga membasuh hidungnya, tiba-tiba pintu toilet sudah didobrak dari luar. Bunga pun langsung menoleh dan mengusap hidungnya dengan sebuah tisu yang telah tersedia.

"Varo .... apa yang kamu lakukan?" tanya Bunga dengan rasa terkejut.

Mata Varo masih menatap tajam kearah Bunga. Bahkan tisu yang diagungkan Bunga untuk mengelap hidungnya telah berubah menjadi warna merah.

"Sampai kapan kamu akan berpura-pura kuat, Bunga. Aku ingin detik ini juga kamu harus berterus terang pada ayah kamu jika saat ini kamu sedang sakit dan butuh pengobatan. Tolong jangan egois, Bunga! Ayo!" Tangan Varo menarik pelan lengan Bunga. Namun, Bunga segera menepisnya.

"Varo, tolong jangan paksa aku! Aku punya alasan tersendiri mengapa aku tidak ingin memberitahu mereka. Aku tidak mau mereka bersedih jika mengetahui aku sakit. Terlebih Bunda. Varo ... tolong," rengek Bunga yang tiba-tiba terisak.

Helaan napas panjang terdengar begitu berat. Sebisa mungkin Varo tetap menjaga emosinya agar tak membuat suasana semakin keruh.

"Bunga, aku tidak tahu dengan jalan pikiranmu. Tapi sudahlah itu adalah hakmu, tapi karena aku sudah tahu penyakitmu maka aku tidak akan membiarkanmu menyerah begitu saja. Kamu berhak untuk sembuh dengan caraku sendiri, karena kamu sendiri yang bersikeras tidak ingin memberitahu keluargamu. Jika kamu menganggapku teman, jangan memprotes!" tegas Varo.

"Segera bersihkan wajahmu dan ayo kita kembali ke gudang. Sepulang kerja, aku akan membawamu ke rumah sakit. Jangan membantah!"

Tak ada perlawanan, Bunga pun segera membersihkan sisa-sisa darah yang masih keluar dari hidungnya sebelum mengikuti langkah Varo keluar dari toilet.

"Varo ... tolong jangan katakan apapun sama ayah dan bunda. Aku enggak mau membuat mereka bersedih saat mengetahui penyakitku," pinta Bunga dengan mengiba.

"Tergantung kamu. Jika kamu mau nurut denganku, aku tidak akan memberitahu orang tuamu. Tapi kalau kamu enggak mau nurut, terpaksa aku akan memberitahu orang tuamu, bagaimana?" Varo memberikan sebuah tawaran pada Bunga.

Lagi-lagi Bunga tak bisa melawan. Dia memilih untuk mengikuti keinginan Varo. "Baiklah aku akan nurut," ucapnya dengan pelan.

"Bagus. Jadilah wanita penurut dan jangan sok-sokan menjadi wanita kuat, karena kamu itu lemah!"

...***...

Baru saja kembali ke gudang, keduanya mendapatkan tatapan tajam dari senior mereka. "Darimana kalian berdua?" tanyanya dengan ketus.

"Maaf tadi ada keperluan urgent dari kampus," jawab Varo dengan cepat.

"Oh ...! Lain kali kalau pergi usahakan izin terlebih dahulu. Cepat lanjutkan lagi pekerjaan kalian! Hari ini kalian harus bisa packing 5000 pcs," ujar seniornya.

Bola mata Bunga langsung mendelik dengan lebar. "Hah? 5000 pcs? Enggak salah?" protesnya.

"Kenapa? Enggak setuju? Ya udah cari perusahaan lain aja untuk magang. Itu memang sudah target untuk anak baru."

Bunga benar-benar tak habis pikir dengan jumlah target yang diberikan untuk karyawan baru. Apakah selama ini telah terjadi ketidak adilan pada karyawan baru?

Ini enggak beres. Masa iya 5000 pcs. Yang bener aja! Masa iya ayah enggak manusiawi dalam memberikan target untuk karyawannya

"Bunga, sudahlah. Kembali kerja aja! Ingat niat kita!" tegur Varo.

"Iya ... iya." Bunga pun langsung kembali ke tempatnya untuk melanjutkan pekerjaannya.

Memang benar apa yang dikatakan oleh ayahnya jika berada di posisi pemasaran itu ternyata sangat berat, karena target satu hari harus bisa mengurus 5.000 pcs barang akan akan didistribusikan ke konsumen.

"Kalau kayak gini, sampai pulang aku enggak bisa dapat target," rutuk Bunga yang merasa keberatan dengan jumlah target yang diberikan.

"Udah gak usah ngomel. Kerjain aja!" sahut Varo dari belakang Bunga.

"Kamu ngapain kok ada disini?" tanya Bunga yang terkejut. "Eh, bukannya tadi kamu pindah tim?"

"Udah gak usah banyak protes. Kerjain aja biar cepat selesai!"

Bunga pun mengangguk pelan dan melanjutkan lagi pekerjaan. Sesekali matanya melirik Varo yang kini telah duduk di sampingnya.

Tuhan ... izinkan aku melihat Varo lebih lama lagi. Aku masih ingin melihat dia tersenyum, karena selama ini aku belum pernah melihat senyumnya. Varo ... apakah sulit bibirmu untuk tersenyum?

Tanpa disadari Bunga menaikkan garis bibirnya, membuat Varo yang melihat sekilas langsung memprotesnya. "Kamu ngapain senyum-senyum gitu? Jangan bilang otak kamu lagi traveling ya," tebak Varo.

...#BERSMABUNG#...

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

ya gak apa2 lah otaknya treveling tapi kerja terus biar tdk jenuh

2024-08-18

0

Ainisha_Shanti

Ainisha_Shanti

Varo dingin tapi perhatian

2023-06-08

1

ipit

ipit

lanjut thor....

2023-06-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!