05 ~ Pingsan

Sebisa mungkin Bunga tetap fokus, meksipun kepalanya terasa sakit. Bahkan penglihatannya sudah mulai sedikit kabur.

Semakin lama perutnya pun terasa melilit. Mungkin karena Bunga belum sempat sarapan sehingga perut dan kepalanya terasa sakit. Keringat dingin mulai bercucuran di wajah Bunga. Bahkan tubuhnya ikut bergemetar karena menahan rasa sakit yang sedang menyerangnya.

"Bunga, kamu kenapa?" tanya Candra dengan pelan saat melihat Bunga meletakkan kepalanya diatas bangkunya.

"Aku gak papa, Can. Cuma sakit perut aja," balas Bunga dengan pelan juga.

"Kamu sakit lagi? Atau kamu mau BAB, biar aku izinkan."

"Enggak usah. Aku enggak apa-apa, kok. Bentar lagi juga enakan lagi. Mungkin efek dari datang bulan," kilah Bunga.

Bunga terpaksa berkilah karena tak ingin membuat Candra mengkhawatirkan dirinya.

"Oh ... kamu lagi halangan? Pantes aja kamu loyo kayak gitu."

Perbincangan pelan itu tak luput dari pendengaran Varo yang duduk di bangku sebelah Bunga. Awalnya Varo juga merasa khawatir saat Bunga meletakkan kepalanya di bangku. Namun, setelah mendengar penjelasannya, kini Varo bisa bernapas dengan lega. Ternyata Bunga hanya sedang datang bulan saja.

Syukurlah. Aku pikir dia memang sedang sakit. batin Varo dengan perasaan leganya.

Hampir lima belas menit Bunga masih berada di posisi yang sama dimana kepala diletakkan diatas bangku, hingga membuat dosen yang sedang memberikan materi tertarik untuk mendekati bangku Bunga.

Dua ketukan jarinya mendarat di bangku Bunga, tetapi tak ada respon dari Bunga.

"Astaga ... ini kelas untuk belajar, bukan untuk tidur! Hei ... bangun atau kamu akan mendapatkan hukuman untuk berlari memutari lapangan basket sebanyak seratus kali," ujar sang dosen sedikit mengancam.

Baru kali ini sang dosen menemukan mahasiswa tertidur di dalam kelasnya, para hari juga masih pagi.

"Udah terlambat masuk, tidur lagi. Kalau enggak niat untuk kuliah, kenapa tadi datang?"

Candra yang berada dibelakang Bunga mencoba untuk memberitahu jika Bunga sedang sakit perut, karena beberapa menit yang lalu dia dan Bunga sempat terlibat percakapan singkat.

"Dia sedang sakit, Pak," celetuk Candra, agar sang dosen tidak memberikan hukuman untuk Bunga.

"Sakit?"

"Iya. Tadi Bunga bilang kalau dia sedang sakit perut, makanya dia terlambat masuk," jelas Candra.

Sang Dosen pun mencoba untuk membangunkan Bunga dengan cara menggoyangkan bahunya dengan pelan.

"Bunga, apakah kamu sedang sakit? Jika kamu sakit, lebih baik kamu istirahat di rumah. Bunga ... bangun!"

Sedikitpun tak ada pergerakan dari Bunga. Tentu saja membuat sang Dosen merasa panik dan mencoba untuk mengangkat kepala Bunga yang menempel di bangku.

"Astaga .... " pekik sang Dosen dengan keterkejutan.

Varo yang yang sejak tadi masih terus memperhatikan Bunga tersentak dengan suara pak dosen yang terkejut saat melihat keadaan Bunga.

"Astaga, Bunga ... " Dengan sigap, Varo langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Pak itu darah," ujar Varo saat melihat noda merah tepat di bawah wajah Bunga. Seketika ucapan Varo menghebohkan semua teman-temannya yang terkejut sekaligus penasaran. Tak terkecuali Candra yang duduk dibelakang Bunga.

"Iya. Hidungnya berdarah," celetuk salah satu teman yang melihat hidung Bunga mengeluarkan darah.

"Pak, dia harus segera di bawa ke rumah sakit. Jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan," saran Varo dengan rasa kekhawatirannya.

Sang dosen hanya bisa mengiyakan, karena dia masih shock saat melihat darah dari hidung Bunga. "Iya. Cepat bawa dia ke rumah sakit!"

Tanpa memikirkan rasa benci yang dimiliki, Varo segera membopong tubuh Bunga keluar dari kelas. Banyak pasang mata yang heran melihatnya, tetapi dia tidak peduli. Saat ini yang diinginkan Varo adalah menyelematkan Bunga.

Sesekali mata Varo memperhatikan wajah Bunga yang terlihat sangat pucat. Mendadak seperti ada rasa iba yang datang secara tiba-tiba ke dalam hatinya. Padahal sebelumnya Varo sama sekali tidak ingin peduli dengan Bunga. Namun, saat melihatnya tak berdaya, hati Varo sedikit tersentuh.

"Heii anak baru ... aku ikut!" teriak Candra yang mencoba untuk mengejar Varo.

...***...

Sesampainya di rumah sakit, Bunga langsung diperiksa oleh tim dokter dan diberikan infus karena kondisi tubuh Bunga yang lemah. Varo dan Candra yang menunggu sudah tidak sabar untuk menunggu dokter keluar dari ruang dimana Bunga diperiksa. Kedua pria itu sangat mengkhawatirkan keadaan Bunga.

"Apakah Bunga pernah mengalami seperti ini?" tanya Varo para Candra.

"Tidak. Bunga tidak pernah pingsan seperti ini. Ini adalah kali pertama aku melihat Bunga pingsan di dalam kelas. Mungkin karena dia sedang datang bulan sehingga dia pingsan," celetuk Candra.

Apa hubungannya datang bulan dengan pingsan? Apakah dia tidak melihat jika hidung Bunga mengeluarkan darah. Aku yakin Bunga sedang sakit.

Tak berselang lama, pintu ruangan pun dibuka. Dokter dan dua perawat keluar dari ruangan Bunga. Dengan cepat Varo langsung menanyakan bagaimana keadaan Bunga.

"Kalian tenang aja, teman kalian tidak apa-apa. Dia hanya sedikit kelelahan, terlebih dia juga belum sarapan jadinya dia pingsan. Kalian masuk aja, dia juga udah siuman kok," ujar sang dokter.

Varo mengangguk dengan pelan dan langsung bergegas masuk untuk melihat keadaan Bunga.

...***...

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

sakit apa yah selalu keluar darah dari hidung ?

2024-08-18

0

Pujiastuti

Pujiastuti

lanjut kak tetap semangat upnya 💪💪💪💪

2023-06-03

0

Rahma Inayah

Rahma Inayah

semoga hati varo gk lgi di liputi rasa dendam dan berdamai dgn keadaaan

2023-06-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!