"Heeei! Bengong aja!" seru Candra saat menghampiri Bunga di meja kantin.
Hampir lima belas menit Bunga masih terpaku pada sosok pria yang duduk diseberang. Siapa lagi jika bukan Alvaro. Dalam diam rasanya ingin sekali Bunga menyapa Alvaro lebih jauh, tetapi melihatnya yang terus acuh, membuat Bunga mengurungkan niatnya dan memilih untuk melihatnya dari kejauhan.
Hampir lima belas tahun mereka berdua berpisah dan putus komunikasi, karena Alvaro dibawa menetap di luar negeri orang orang tua angkatnya.
"Candra," gumam Bunga yang kini mengalihkan pandangan matanya pada Candra, satu-satu teman dekatnya.
"Kamu ngapain bengong disini? Mikirin tempat magang?" tanya Candra dengan asal.
"Enggak juga." Bibir Bunga tersenyum tipis. "Hari ini tuh aku sedang bahagia, Can. Kamu tau enggak kalau aku baru aja ketemu teman lama yang sering aku cerita sama kamu itu, tapi .... " Bunga menjeda ucapannya saat mengingat jika Alvaro sama sekali tak mengenalinya.
"Tapi apa?" Kening Candra langsung mengernyit.
"Dia sama sekali nggak ingat sama aku," ucap Bunga dengan lemah.
"Kok bisa gitu? Apakah kamu yakin jika kamu sedang tidak salah untuk mengenali seseorang kan? Atau mungkin dia pangling sama kamu. Emangnya kamu ketemu dia dimana?" tanya Candra ingin tau.
Sejenak Bunga terdiam dengan pandangan yang kini telah menatap kearah Alvaro lagi. Rasa bahagia yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata karena bisa melihat Alvaro lagi setelah lima belas tahun berpisah.
"Aku bertemu dengannya di ... " Belum sempat Bunga menjelaskan tentang pertemuannya dengan Alvaro, tiba-tiba pesanan Candra datang.
"Terima kasih," ujar Candra saat semangkok mie telah disodorkan untuknya.
Karena pandangan Bunga untuk memantau Alvaro sempat terhalang oleh embak-embak pelayanan, akhirnya Bunga kehilangan jejak Alvaro. Pria yang sejak tadi di pantau telah lenyap tak berjejak.
"Varo kemana, ya?" lirih Bunga dengan pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Candra.
"Kamu nyari siapa?" tanyanya.
Bunga yang sempat celingukan untuk mencari keberadaan Alvaro langsung tersentak. "Ah, enggak. Aku enggak nyari siapa-siapa kok. Em ... aku ke toilet dulu ya!"
Candra hanya mengangguk kepalanya dengan pelan. "Iya udah sana! Jangan lama-lama!"
Bunga berjalan pelan menuju ke toilet. Namun, baru saja hendak masuk ke toilet wanita, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang dari samping.
Jantung Bunga berdetak lebih kencang, bahkan bola matanya membulat dengan lebar. Ketakutan akan tindakan pelecehan, membuat tubuh Bunga bergemetar dengan hebat. Namun, setelah melihat siapa pelakunya, Bunga langsung mengelus dadanya.
"Varo," ucapnya dengan pelan saat mengetahui pelakunya adalah Alvaro.
Alvaro masih terdiam tanpa kata, tetapi tatapannya begitu tajam dan menusuk. Seolah rasa benci yang dimilikinya selama lima belas tahun yang lalu kembali memuncak.
"Aku tidak tau kenapa aku harus bertemu denganmu lagi, padahal aku sudah berdoa agar tak lagi dipertemukan denganmu," ujar Alvaro dengan bengis.
Seketika Bunga terbelalak dengan lebar dengan penjelasan Alvaro. Itu artinya Alvaro masih mengingat dan mengenali dirinya.
"Varo, kamu masih mengenaliku aku?" Bunga langsung membungkam mulutnya dengan telapak tangan karena saking terkejutnya.
Mata Alvaro masih menatap Bunga dengan tatapan tajamnya.
"Bagaimana aku tidak mengenalimu sementara tak wajahmu saja masih sama," datar Alvaro.
Jantung Bunga kian bergemuruh dengan kencang. Ternyata teman lamanya masih mengenali dirinya. "Tapi mengapa tadi kamu mengatakan jika kamu tidak mengingatku. Varo ... selama ini kamu kemana? Mengapa setelah hari perpisahan sekolah saat itu kamu langsung menghilang? Ayah dan Bunda sampai menyiarkan hilangnya kamu di stasiun televisi. Berharap ada yang menemukan keberadaanmu. Namun, nyatanya tak membuahkan hasil. Tak ada satu orang pun menemukan keberadaanmu." Sekilas Bunga menjelaskan ingatan masa lalunya.
Meskipun telah lima belas tahun berlalu, tetapi wajah Alvaro tak mengalami banyak perubahan. Dan kini malah terlihat lebih bersinar. Bunga saja hampir tak bisa bernapas saat menatap Alvaro dengan jarak dekat.
"Tak perlu kamu tahu dimana selama ini aku berada dan jangan pernah sekalipun kamu membahas masa lalu, karena aku sudah menguburnya!" tegas Alvaro.
"Iya, aku minta maaf. Aku berjanji tidak akan membahas masa kecil kita."
"Bagus! Satu lagi .... jangan pernah mengatakan kepada siapapun jika aku dan kamu pernah saling mengenal. Jangan sok akrab denganku, karena aku tidak suka dengan sikapmu yang sok baik itu!" tegas Alvaro lagi.
Kenapa Varo ... kenapa kamu masih menyimpan rasa benci itu padaku? Apa salahku sehingga rasa benci yang kamu miliki masih bertahta? Padahal semua sudah berlalu selama lima belas tahun, tetapi rasa bencimu masih tersimpan
"Iya, aku tahu. Tapi Varo .... " Bunga menjeda ucapannya. Susah payah dia menelan kasar salivanya. Ingin sekali mengeluarkan segala unek-unek dalam hati, mengapa sampai sat ini Varo masih membenci dirinya.
"Apa?" datar Varo yang masih menatap mata Bunga dengan tatapan tajam.
"Ah, itu ... apakah masih ada yang ingin dibahas lagi? Aku ingin ke toilet."
Alvaro membuang napas kasar dan segera membuang tatapannya. "Tidak ada. Aku hanya ingin mengatakan itu saja padamu. Anggap saja kita tak pernah mengenal dan aku juga ingin kamu tidak udah sok akrab denganku!"
"Iya, aku mengerti." Bunga pun kemudian berlalu meninggalkan Alvaro dengan dada yang terasa sesak.
Sebenarnya banyak yang ingin ditanyakan pada AlVaro, tetapi Bunga hanya bisa memendam dalam benaknya.
Varo ... tidak bisakah saat ini kita berteman dan melupakan apa yang telah terjadi di masa kecil kita? Bukankah kamu menginginkan jika kita tak saling mengenal sebelumnya. Varo ... aku hanya ingin bertemu denganmu
Bunga langsung membasuh wajahnya agar tak terlihat jika matanya telah berkaca-kaca karena menahan air mata agar tak membasahi pipinya.
Bunga ... jangan menangis! Bukankah kamu sudah berjanji untuk tidak mengeluarkan air mata lagi? Ingat Bunga, kamu harus bahagia
Setelah mengelap wajahnya dengan tisu, Bunga langsung mengoles pipinya dengan bedak, agar tak terlihat pucat.
"Varo ... selamat datang kembali. Meskipun kamu tidak pernah menganggap aku sebagai teman, tetapi kamu adalah temanku. Aku berharap suatu saat kamu bisa menerimaku sebagai temanmu," ucap Bunga sebelum meninggalkan toilet.
...#BERSAMBUNG#...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Neulis Saja
bunga, temen apa temen, ok temen tapi mesra kan?🤭
2024-08-18
0
༄𝑓𝑠𝑝⍟🥀⃞🕊️⃝ᥴͨᏼᷛtrisak⃟K⃠👏
Ada sesuatu kah di masa kecil) m
2023-07-07
0
Arif Muzakki
jangan lemah bunga,jika varo melakukan itu kamu juga harus melakukan hal yg sama,jangan jadi bunga yg lemah kamu harus berani
2023-06-21
0