FATIMAH

FATIMAH

Episode 1

"Fatimaaah..... kamu ngapain sih ngerem aja di kamar, gak tahu orang tua lagi sibuk, keluaaarr... molor aja kerjaan lo, berguna dikit kek jadi anak!" itu sarapan pagi Fatimah, cacian makian juga kata kata kasar yang selalu ia Terima setiap paginya, seakan sudah jadi biasa.

Perlahan Fatimah menyimpan mukena dan sajadahnya, lalu ia melangkah keluar dari kamar, di depan pintu nampak bu Rohana sedang berkacak pinggang matanya melotot kearah Fatimah.

"Bagus ya, enak enakkan di kamar kayak ayam lagi ngeram, sini kamu, nih kerjain, ingat cuci yang bersih kalo sudah selesai bersihkan seluruh rumah, ibu mau ke pasar dulu, besok mau ada tamu, awas kalo sampai ada yang kotor!" keranjang cucian di lemparkan ke arah Fatimah sambil terus ngomel tiada henti setelah capek sendiri kemudian pergi, sedangkan Fatimah gak pernah bicara atau melawan satu kata pun. ia hanya menjalankan perintah ibunya bagai robot.

Setelah semua pekerjaannya selesai, ia menghempaskan bokongnya di sebuah kursi yang ada di teras belakang rumahnya, saking lelah di pejamkan matanya, namun baru saja terpejam ia melonjak kaget ketika suara barang jatuh dan pecah terdengar dari arah dapur.

Pyaar

'Astaghfirullah!" Fatimah memegang dadanya, kemudian berlari menghampiri suara tadi, ia termangu ketika mendapati makanan berserakan dan pecahan piring berhamburan.

Fatimah segera membereskan kekacauan akibat kucing tetangga yang maling ikan.

Namun belum juga selesai kembali ia di kejutkan oleh teriakan ibunya.

"Fatimaaahh... dasar anak tak berguna, sudah ku bilang tadi, bereskan... bereskan semua nya ini malah di Berantakin, kamu sengaja ya biar aku tuh darah tinggi?" Bu Rohana menghampiri Fatimah yang sedang berjongkok mengambil pecahan piring kemudian menjewer telinga Fatimah sampai meringis.

"Cepat bereskan semua, dan ingat gak ada jatah makan buat kamu, ingat ini hukuman buat kamu yang sudah berani melawan!" Bu Rohana menempelkan telunjuknya ke kening Fatimah kemudian menoyor nya, membuat tubuh Fatimah mundur.

Seperti biasa, Fatimah tidak melawan bahkan tanpa berkata apa apa, hingga dapur kembali kinclong seperti sebelumnya, ia beranjak ke kamarnya yang bersebelahan dengan dapur.

Dan di kamar lah ia baru menangis, meratapi nasibnya, tangisan yang terpendam, ia menutupi mulutnya dengan bantal, karena tak ingin suara tangis nya sampai terdengar keluar.

Sementara di luar.

"Lo, Mima ke mana bu, kok gak ikutan makan?" Pak Suganda bertanya heran karna di meja makan gak melihat mima (panggilan untuk Fatimah). "Maya, panggilin adikmu sana!" perintahnya pada maya Panggilan untuk Maryam kakaknya mima.

"Sudah gak usah, dia sudah duluan makan tadi, tuh lihat saja, bahkan dia gak ingat sama kita ngabisin ikan gak bersisa." bu Rohana cepat menghalangi Maya, yang akhirnya duduk kembali.

"Masa sih, biasanya juga gak pernah mendahului kita." pak suganda seakan tak percaya akan perkataan istrinya.

"Ya sudah kalo gak percaya." bu Rohana menggedikan bahunya, lalu melanjutkan makan seakan tanpa beban.

"Oh ya, pak, besok jadi kan tamu nya datang?" mengalihkan obrolan tentang mima.

"InsyaAllah jadi, bu, kamu sudah belanja kan? ingat jangan sampai kita malu ya bu, soalnya mereka tuh orang yang selama ini berjasa sama kita, sajikan makanan yang special!"

Fatimah meringis sambil memegang perutnya yang terasa melilit, ia merasa lapar sebab dari pagi belum terisi makanan sedikitpun apalagi dia habis mengerjakan semua pekerjaan rumah yang telah ibu nya bebankan. Perlahan ia bangun tujuan nya mau ke dapur untuk mengambil makanan supaya ia terbebas dari rasa lapar.

Begitu sampai di dapur bukan makanan yang ia dapat kan tapi piring kotor yang bertumpuk bekas keluarga nya makan tadi dan belum ada yang mencuci, karena biasanya dia sendiri yang mengerjakan.

Fatimah mengabaikan semuanya, ia beranjak ke dekat lemari terus membukanya, kosong...

"Aduuhh... "dia semakin meringis, dibukanya lemari yang tergantung di atas kompor, mencari mie atau apapun yang bisa dia makan, sial gak ada apa pun beranjak ke kulkas, matanya berbinar melihat aneka makanan dan juga buah buahan, tangannya terulur hendak mengambil puding, namun terhenti ketika mendengar suara sang kakak menegurnya.

" Kamu lagi ngapain, awas kalo ngambil puding, itu punya ku buat nyuguhin temen temen yang sebentar lagi mau datang."

"Minta dikit ya, kak, aku lapar." Fatimah menatap kakak nya tatapan memelas.

"Enggak.. enak aja, minggir." maya mendorong tubuh Fatimah agar menjauh, lalu mengambil puding dan membawanya ke depan karena sudah terdengar beberapa temennya datang.

"Kak... aku lapar, dari tadi belum makan apa apa." Fatimah mengikuti kakaknya.

"Terus, aku peduli gitu.. BODO AMAT."

Fatimah hanya menatap kepergian kakaknya dengan tatapan sendu.

Fatimah masuk ke kamar dengan perasaan sedih, di ambilnya dompet yang tergeletak di atas meja, di bukanya hanya terdapat 2 lembar 5 ribuan, di ambilnya selembar kemudian kembali pergi menuju warung dan membeli mie instan lalapan pakcoy, lalu di masak.

"Wuuiiihh... enak banget ya jadi tuan putri, bangun makan trus tidur lagi." bu Rohana yang baru datang meletakkan belanjaan nya di atas meja lalu melotot ke arah Fatimah yang lagi makan mie. saking laparnya tak di gubris nya perkataan ibunya, ia tetap anteng memakan makanannya yang baru separuh nya, sampai terjengkat kaget ketika tangan ibunya dengan sengaja menumpahkan makanannya.

"Ibuu.. apa apaan sih." Fatimah segera berdiri karena kuah mie mengucur di atas pangkuan nya.

"kamu yang kenapa, sudah budek kamu, makan aja yang di gedein, tuh lihat piring kotor numpuk malah enak enakan makan,"

"Apa ibu bilang, aku enak enakan makan? gak salah, justru kalian yang seenaknya, makanan habis gak bersisa, aku kelaparan, lantas cucian bekas kalian makan aku yang harus kerjakan? apa apa aku yang kerjakan, masih bilang aku anak gak berguna, bu, dasar orang tua gak punya perasaan." Fatimah membalas tatapan tajam ibunya, sementara bu Rohana yang baru mendengar Fatimah melawannya replek melayang kan tamparan ke pipi mulus Fatimah.

"Berani kamu melawan ibu, hah!"

Plak tamparan kembali di layangkan ke pipi Fatimah, sehingga menimbulkan panas di kedua pipinya, lalu...

PRAAANG...

Fatimah membanting mangkuk ke atas lantai hingga hancur.

"KAMU..!" bu Rohana kembali melotot ke arah Fatimah, giginya bergemeluk menahan marah.

"Apa... mau nampar lagi? belum puas nyiksa aku, sok silahkan, bunuh aku sekalian, kalo cuma bikin aku kelaparan, aku masih bisa nahan, Sekarang bunuh aku bu... bunuuh!"

Fatimah meraih pisau dapur kemudian menyodorkan ke arah ibu nya, yang nampak tertegun.

Bu Rohana nampak shok, dengan teriakan Fatimah, yang biasanya diam aja walaupun ia perlakukan seenak jidatnya.

Suara barang yang di banting di tambah teriakan Fatimah membuat yang mendengar berlarian menghampiri ke arah dapur, termasuk pak Suganda yang saat itu sedang berada di belakang dekat kolam, ia nampak tertegun melihat putrinya sedang mengarahkan pisau ke arah ibunya.Buru buru ia mendekati anaknya.

"Istighfar nak, nyebut, apa yang kau lakuin." pak Suganda mencoba meminta pisau yang ada di tangan Fatimah, dia menyangka, bahwa Fatimah akan melukai istrinya, setelah pisau berpindah ke tangannya ia meletakkan kembali ke tempatnya.

"Nak, kamu kenapa sampai hilang kontrol begitu? ingat dia itu ibumu, dosa jika kamu berbuat sesuka mu apalagi berniat untuk menyakiti nya." Pak Suganda memegang bahu Fatimah lalu mendudukan nya di kursi yang tadi ia tempati.

"Tahu tuh, cari sensasi aja, lo." Maya menatap Fatimah sambil bergidik ngeri melihat tatapan tajam Fatimah, seumur umur baru kali ini dia melihat Fatimah marah. Sementara bu Rohana nampak masih shock.

"Minum bu," menyodorkan segelas air minum ke arah istrinya yang langsung di minum sampai tandas.

"Siapa yang mau bercerita, kenapa ni dapur sampai begini, kayak habis kena gempa!" untuk menghilangkan suasana tegang pak Suganda bercanda sambil memunguti pecahan mangkok yang banting sama mima.

"Pak, aku hanya ingin kalian jujur." lirih Fatimah berucap setelah beberapa saat sambil menatap ayah dan ibunya yang duduk di hadapannya.

"Tentang apa?"

"Sebenarnya aku anak siapa?"

Terpopuler

Comments

Aprilia

Aprilia

Keren bangettt🥲🥹

2024-09-23

1

Aprilia dwi

Aprilia dwi

ok habis permisi

2024-08-12

1

Rita Riau

Rita Riau

tu emak,, saraf kali 🤔🤭 anak di bikin di bikin babu
maaf ya Thor izin mampir 🙏🏼😍

2024-05-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!