Episode 14

Happy Reading

Sore menjelang, Eva baru saja mengistirahatkan tubuhnya setelah membereskan barang nya yang tak seberapa.

Tadi siang dengan bantuan sopir taksi, akhirnya Eva mendapatkan kontrakan yang nyaman, bangunan yang tak begitu luas hanya mempunyai satu kamar tidur ruang tamu dan kamar mandi, tapi membuat Eva memutuskan untuk mengambilnya untuk dia tempati, di samping harga sewa yang terjangkau juga tempatnya nyaman,'tak apa kecil juga toh ia hanya tinggal sendiri, pikirnya.

Di baringkan nya tubuh yang nampak lelah, kemudian di elus nya perutnya yang masih rata, 'maafkan mama sayang, karena saat ini membawa kamu ke dalam kehidupan yang sulit, tapi mama janji akan tetap menyayangimu, meskipun papa tak lagi bersama kita, bahkan mama belum sempat untuk memberi tahu kehadiran mu dalam perut mama,' Air mata Eva gak terasa mengalir tanpa mampu dia tahan. tangannya tak henti mengelus perut.

Sementara Adam nampak panik ketika mengetahui lemari pakaian Eva berkurang bahkan lebih dari setengah nya pakaian Eva sudah tak ada di tempatnya.

"Eva.. sayang.. kamu kemana, kenapa kamu pergi dari rumah kita," berkali-kali ia menghubungi Eva lewat ponsel nya, tapi di jawab hanya suara operator, bahwa nomor gak aktif atau di luar jangkauan.

" Mey.. kamu tahu Eva pergi dari rumah?" Adam menemui Meysa yang sedang menemani Difya main.

"Gak lah memangnya kenapa, apa dia pergi karena keberadaan aku di sini, Dam, maaf kalo keberadaan aku membuat Eva minggat dari rumah." Meysa pura pura terkejut lalu dengan tampang merasa bersalahnya, sungguh tipe manusia bermuka dua.

"Iya, Eva pergi membawa pakaiannya sedang yang tersisa hanya pakaian yang sudah gak terpakai lagi, ya Allah Eva... kamu kemana sih, di telpon gak di anggkat di chat juga jangankan di balas di baca pun enggak," Adam mengacak rambutnya prustasi.

"Ya sudah sih, Dam, yang penting kan dia pergi atas kemauannya sendiri bukan kamu yang usir, lagian jadi istri tuh ambekan, dikit dikit marah terus minggat, kekanak-kanakan banget tuh istrimu."

"Kalo gak bisa kasih solusi, bisa gak kalo kamu tuh diam, bikin pusing aja." Adam melitot pada meysa yang langsung terdiam.

Keesokan harinya Eva sedang bersiap untuk pergi bekerja, ia duduk di depan cermin untuk nemokes wajahnya biar gak terlihat pucat dan sembab bekas menangis semalam.

Setelah selesai ia pu keluar tak lupa mengunci rumah, di halaman Eva berpapasan dengan tetangga kontrakan nya mereka pun berkenalan.

"Mbak Eva mau berangkat kerja?"

Eva menganggukan kepala sambil menjawab, "iya mbak, ini lagi nungguin ojek, tak lama ojek yang di tunggu nya tiba, " mari mbak saya berangkat dulu."Eva menaiki kendaraan yang di pesannya tadi lewat aplikasi.

Sepuluh menit kemudian ia sudah nyampe di tempat kerjanya, "Eh... ternyata tempat aku sekarang deket ya ke tempat kerjaku, ah syukurlah." monolog Eva sambil turun setelah membayar ojek tersebut pergi untuk kembali mencari orang yang membutuhkan jasanya, sementara Eva berjalan ke arah kantin, sebab ia merasa lapar karena belum sarapan.

"Pagi bu Eva." Eli yang menjaga kantin menyapa ketika Eva menginjakan kaki di dalam kantin tersebut.

"Pagi Eli, aku minta bubur ayam sana teh tawar hangat ya!" numbuh nya.

"Baik bu, apa ada lagi, bu?" Eli tersenyum dan permisi pergi meninggalkan Eva untuk membuat pesanan nya, tak lama ia muncul kembali sambil membawa nampan berisi semangkuk bubur ayam juga satu gelas teh tawar, "silakan dinikmati, bu, jika ada perlu apa apa panggil saja!" lalu pergi untuk melayani pembeli yang lain yang mulai berdatangan hendak sarapan.

Waktu pukul 08.Eva sudah mulai menyibukkan dirinya dengan pekerjaan, ia sengaja berkutat dengan aktivitas agar ia sedikit melupakan masalah yang sedang menimpa rumah tangga nya.

"Va, lo sengaja ya matiin ponsel?" Lira mendekati Eva yang sedang sibuk di depan laptopnya. "Laki lo sejak semalam nanyain lo terus." duduk di depan Eva hanya terhalang meja yang penuh dengan kertas.

"Lo jangan angkat aja, rejek kek," ucap Eva tanpa mengalihkan matanya dari layar laptop.

"Ada masalah apa lagi?"

"Terlalu rumit, ra," keluh Eva mengalihkan pandangannya dari laptop ke wajah lira.

"Maksudnya... "

"Nanti pas makan siang, aku cerita, sekarang aku sibuk, oh ya... kalo mas adam ngehubungin lagi terus nanya nanya, bilang aja gak tahu dan satu lagi, bilangin gw gak masuk kerja, oke!"

Lira meninggalkan Eva sambil mengitakan atas semua permintaan yang Eva ucapkan walaupun hatinya juga penasaran ada apa dengan Eva.

"Ini sih bener bener gila, Eva... lantas dengan kejadian ini elo diam aja..?" lira nampak kaget ketika mereka makan siang, Eva menceritakan kejadian di mana Adam membawa istri siri dan anaknya untuk tinggal bareng di kontrakannya.

"Aku pergi dari rumah, rasanya aku gak sanggup untuk meneruskan pernikahan ini, ra, hatiku terlalu sakit." Eva meremas dadanya wajahnya menengadah menahan buliran air mata yang hendak turun, terbukti dari kedua mata nya yang mengembun.

"Lantas sekarang lo tinggal di mana?" lira menggenggam kedua tangan Eva untuk memberi kekuatan, ia tahu betapa besar rasa cinta Eva untuk adam, "Eva, ingat ada janin yang ada di perut mu sekarang, lo haru tenang jangan banyak pikiran, kasian bayimu."

"Aku tinggal di kontrakan,soal kehamilan ku, aku belum ngasih tahu mas Adam, Ra..., ku pikir juga gak ada gunanya, biarkan saja supaya ia gak tahu bahwa aku sedang mengandung anaknya."

Lira nampak terdiam mendengar ucapan Eva sahabatnya, ia turup prihatin dengan keadaan Eva. "Aku dukung apa pun keputusan mu, jangan sungkan untuk meminta bantuan, aku siap dan selalu ada untukmu, Eva," keduanya lantas berpelukan. Lalu mereka meninggalkan cafe karena waktu istirahat sudah selesai.

Sore hari.

"Eva tunggu, aku antar kamu sekalian mau tahu dimana kamu tinggal sekarang." Lira menyampirkan tangannya di bahu Eva lantas keluar menuju parkiran namun keduanya tertegun saat mendapati Adam di dekat gerbang.

"Eva, itu Adam, kamu mau menemuinya nggak?" Lira menunjuk seorang lelaki yang sedang duduk di atas motornya sambil matanya tak melepaskan pandangan ke arah orang yang keluar dari gedung perkantoran.

"Aduh... gimana Ra, aku belum siap untuk bertemu mas Adam sekarang," keluh Eva sambil memutar badan kembali masuk dan duduk di kursi dekat pintu.

Lira berpikir sejenak, lalu ia menjentikkan ibu jari telunjuknya. "Gini aja lo sekarang keluar lewat jalan belakang, trus tunggu dekat penjual rujak, aku akan mengalihkan perhatian Adam, gimana?"

"Baiklah, makasih, Ra, kalo gitu aku pergi dulu. " Eva pun berjalan ke arah belakang yang terdapat kantin, lalu pergi menuju gerbang belakang yang biasa di lewati oleh orang-orang pekerja gudang.

Sementara Lira melenggang menuju tempat motornya terparkir, Adam yang melihat lira jalan sendirian bergegas menghampiri.

"Ra, tunggu sebentar, Eva mana?" tanyanya setelah ia sampai di depan lira.

"Mas Adam? bikin kaget aja." Lira pura pura terkejut dengan kedatangan Adam suami sahabat nya itu. Adam tersenyum sambil minta maaf karena telah membuat lira terkejut. (pandai akting ternyata Lira).

"Eva mana, Ra?" Adam celingukan untuk mencari keberadaan Eva istrinya.

"Loh, bukannya Eva masih cuti ya, kan waktu itu tante halimah sakit, dia kan izin mau merawat mama nya, memangnya mas Adam gak nemenin." tanya balik lira membuat Adam cengengesan.

"Ah iya.. aku kan waktu dari sana langsung pulang, sedang Eva katanya sih mau langsung ke tempat kerja, jadi dia belum masuk ya," Adam mengusap pundak, sedangkan lira memalingkan wajahnya sambil mencebikan bibir mengumpat akan kebohongan Adam.

"Eemn. .. kalo gitu aku permisi dulu ya, Lira," ucap Adam sambil pergi ninggalin lira.

'Dasar lelaki gede waduk, huh.'

"Mas.. mas Adam, tunggu! " teriak lira

Adam menghentikan langkah nya menunggu lira yang berjalan tergesa ke arah nya.

"Mas Adam mau nyusulin Eva, kan, sampai kan salam ku pada Eva ya mas, semoga tante halimah cepat sembuh, dan bilangin suruh Eva sabar dengan semua ujian hidup yang sedang ia alami." ucapan lira membuat Adam tertegun.

"Maksudmu, apa? Ra, ujian?"

"Iya, mama nya kan lagi sakit, mas, pasti Eva sedih, tolong jaga dan hibur dia ya, mas, kasian, ya udah aku pulang dulu mas, dah sore, assalamu'alaikum." Lira meninggalkan Adam yang masih tertegun di tempat nya, sedang lira setelah membalikan badan ia langsung tersenyum sinis, sambil mencebik kesal.

Makasih buat reader kesayangan yang masih mengikuti Fatimah sampai sejauh ini. jangan lupa tinggalkan jejak like komen gift juga vote, putar iklan juga ya. lop sekebon ❤❤❤

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Ikut casting aja biar lebih pas,😜

2023-12-23

1

Putra Al - Bantani

Putra Al - Bantani

salam buat kita dengan aktingnya ya hehehe

2023-11-17

1

auliasiamatir

auliasiamatir

lira pandai akting ya, ikut ftv aja lira, 😁

2023-10-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!