Episode 9

Happy Reading

(Pov Fatimah)

Saat itu aku adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama di kotaku dan sedang mengikuti magang di sebuah perusahaan, aku bareng 3 orang lainnya di tempatkan di satu divisi, dan di situlah pertama kali aku bertemu dan berkenalan dengan sosok pria tinggi putih ganteng dan baik menurutku, dia Adam Januari Prasetyo, dia adalah stap di kantor itu,dia juga kerap membantuku dan teman teman ketika kami mendapat kesulitan atau kurang paham, dengan kesabaran yang dia punya sehingga kami pun paham apa yang harus kami lakukan.

"Va, lo ngerasa gak kalo kak Adam tuh suka sama kamu," Ucap temanku yang bernama Indah suatu hari, sambil nyikut tanganku.

"Jangan ngaco deh NDah, mana ada gitu." aku melirik Indah lalu pandangan ku alihkan ketika Indah memberi isyarat dengan matanya, dan jantungku berdesir ketika aku bersitatap dengan kak Adam, untuk menghilangkan rasa gugup, ku angguki kepala ku tanda hormat pada kak Adam yang lagi tersenyum ke arah ku, "Ya Alloh kenapa jantungku jadi dugem begini," ku gigit bibir bawah ku sambil menundukan kepala sekedar menghilangkan rasa gugup yang melanda.

"Ekhem... ekhem..." Indah berdehem menggodaku, tanganku terjulur untuk mencubit pinggang indah, karena malu kepergok saling tatap dengan ka Adam.

Pulangnya ketika aku lagi nunggu angkot untuk pulang, kak Adam lewat lalu menawarkan tumpangan, aku menolaknya karena rasa tak enak, ia menungguku sampai angkot datang, 'biar gak ada yang ganggu, katanya, ' aku hanya bisa mengucapkan terimakasih.

Hari berlalu, kak Adam semakin memperlihatkan perhatian lebih kepadaku, jika saatnya makan siang dan aku belum bisa meninggalkan ruangan, dia selalu membawakan makanan ke meja ku, sehingga teman teman yang lain semakin gencar menggodaku dan kerap menjodohkan aku dan kak Adam jadian, aku hanya bisa menulikan telingaku, sebab semakin aku mengelak mengatakan bahwa aku dan kak Adam gak ada apa-apa mereka semua tak percaya.

"Eva, lo tuh beneran polos apa gimana sih?" Nindy menggeser kursinya lebih dekat dengan kursi yang sedang ku duduki. aku hanya bengong tak mengerti apa yang Nindy maksud, "Eeh, malah bengong, lo pikir aja sendiri kalo kak Adam gak menyukaimu mana ada nungguin kamu pas pulang kerja sampai lo dapat angkot." Aku menatap Nindy sekilas lalu berpikir, memang selama ini kak Adam selalu menunggui aku sampai aku naik angkot yang ke arah rumah, tak jarang menawari aku untuk mengantarnya, namun aku selalu menolaknya, perasaan gak enak selalu timbul dalam pikiran ku, karena aku biasa mandiri, dan itu berlangsung sampai masa magang ku berakhir dan aku kembali ke kampus untuk menyelesaikan pendidikan ku, dan sejak saat itu aku tak pernah bertemu dengan kak Adam.

Hingga saat aku selesai dan saatnya wisuda dia datang mengucapkan selamat sambil memberi aku buket bunga dan sebuah boneka yang jadi maskot saat aku wisuda, tentu aku sangat terkejut, kok dia bisa tahu, pikirku.

"Selamat ya Eva, sekarang kamu sudah sarjana, " Ucap nya sambil tersenyum menyodorkan buket bunga dan boneka.

"Kak Adam!! kok tahu kalo hari ini aku wisuda?" Aku menutup mulut dengan kedua tangan.

Dia hanya tersenyum bikin jantungku kembali dugem ' aahh ada apa dengan hatiku..??

"Di Terima nggak?" kak Adam kembali menyodorkan bunga dan boneka yang dia bawa.

Aku segera menerimanya, "Makasih kak, tapi kakak tahu dari mana kali aku hari ini wisuda?"

"Apa sih yang gak tahu tentang mu." ucapan kak Adam membuatku cengo.

"Maksudnya?"

"Gak ada sekali lagi selamat nya." kak Adam mengulurkan tangan untuk menyalami ku, tapi kemudian tertawa saat tanganku penuh dengan bunga dan boneka pemberian nya. ketika orang tua ku menghampiri, ia pun menyalami mama, papa, ayah ibu dan semua saudaraku yang datang mengantarkan aku meraih gelar sarjana.

Sejak saat itu kak Adam sering maen ke rumah bahkan saat aku interview pun dengan senang hati ia mengantar bahkan menungguku sampai selesai bahkan ketika keterima bekerja Kak Adam lah orang yang pertama mengucapkan selamat.

Tapi sejauh kami bersama tak pernah terucap sebuah kata cinta atau perasaan apa pun dari mulutnya, bahkan ketika mama dan papa menanyakan tentang hubungan kami aku hanya bisa menjawab, " kami hanya berteman." dan menang seperti itu kenyataan nya, dan aku tak pernah berharap lebih walau tak di pungkiri bahwa saat bersamanya ada rasa nyaman bahkan merasa kehilangan ketika ia lama tak bertemu, 'apakah ini rindu?'

"Neng, sebenarnya kamu dan Adam itu pacaran atau apa?" suatu malam saat selesai makan papa menanyakan status hubungan ku dengan kak Adam, mama dan papa sejak mengangkat aku menjadi anaknya memanggil ku dengan panggilan Eneng, atau neng.

"Emm, neng gak tahu pa, sejauh ini kak Adam tak pernah mengatakan perasaannya." aku menundukan kepala karena aku juga bingung sebenarnya mau dibawa kemana hubungan ini.

"Gak mungkin kan kalian berteman biasa saja, kamu kan sudah dewasa, bahkan sudah saatnya menikah, sebaiknya kamu tanyakan langsung kalo ia berniat cuma berteman dengan mu, sebaiknya kurangin pertemuan mu, papa pikir jika ada lelaki yang mau dekat dan melamar pun akan mundur karena berpikir bahwa kamu dan Adam punya hubungan lebih, kamu pasti paham kan maksud papa?" aku hanya bisa mengangguk dalam hati membenarkan semua perkataan papa.

Sejak malam itu, aku mencoba untuk membatasi pertemuan dengan kak Adam, kalo ia mengajak ketemu, aku menolak dengan alasan sibuk dan banyak kerjaan, jika dia chat dan nelpon aku hanya balas dan jawab seperlunya. Bahkan ketika ia datang menungguku di tempat aku bekerja, aku selalu menghindar dan bilang bahwa aku mau lembur.

Hingga suatu hari ketika sedang duduk menunggu ojol yang telah ku pesan, dia kembali datang hingga aku tak lagi bisa membuat alasan untuk menghindar saat ia mengajak aku untuk sekedar ngopi.

"Eva, kamu kenapa selalu menghindari aku, sengaja kan, aku tak tahu apa masalah nya, tolong kamu jelaskan, jika aku ada yang salah tolong maafkan dan kasih tahu apa salahku." setelah duduk di sebuah cafe yang tak jauh dari tempat aku bekerja kak Adam menanyakan alasanku yang selama ini sengaja menghindari nya.

"Eeuu... euu siapa yang menghindar kak, ak--aku gak gitu." ucapku agak gugup, dengan pertanyaan kak Adam.

"Kamu pikir aku gak tahu?" Adam menatap Eva dengan tajam seolah mau menembus mata itu mencari kejujuran dari Eva. "waktu kamu bilang mau lembur saat aku menjemput mu, kamu keluar dan pulang dan gak lembur, itu yang kamu bilang tidak menghindar, kenapa, Eva?"

"Kak... kita ini manusia yang sudah sama-sama dewasa, seharusnya kakak paham." ucapku lirih.

"Paham, maksudmu?" Adam kembali menatap Eva sambil maju mendekat hingga wajah mereka hanya berjarak sekitar beberapa centi membuat Eva segera memundurkan wajahnya gugup.

"Aku gak mau semua orang salah paham pada hubungan kita, su-sudah saatnya aku mencari teman hidup dan menikah, begitu pun dengan kakak, kalo kita masih dekat begini--"

"Oohh, maksudnya aku menghalangi cowok yang mencintaimu dan mau jadi pacarmu, begitu?" Adam tersenyum sinis.

"Bukan begitu, kak,"

"Halah.. gak usah ngelak deh, oke aku ngerti tapi kamu gak pernah bertanya kenapa selama ini aku selalu mendekatimu."

"Kenapa, kak?" Eva menatap Adam seolah bingung.

"Eva, Gak ada pertemanan tulus antara seorang lelaki dengan perempuan," Adam kembali menatap Eva mereka saling tatap.

"Aku pikir selama ini kamu bakal mengerti dan paham, Eva, atau kamu pura-pura."

"Kak, aku gak ngerti arah pembicaraan mu, sebaiknya aku pulang sudah sore juga," Eva yang semakin bingung segera meraih tas nya untuk pergi. namun Adam segera menahannya.

"Tunggu, Eva! kamu beneran gak tahu? selama ini aku mencintaimu dan berharap kamu jadi teman hidupku, aku ingin menikah dengan mu." Eva kembali mendudukkan tubuhnya saking terkejut dengan semua perkataan Adam.

"Kak.. "

"Masih kurang jelas? baiklah," Adam menghirup napas dalam-dalam lalu mengeluarkan nya dengan kasar seakan melepaskan beban yang berat.

"Eva Fatimah Az-Zahra, maukah kamu menikah dengan ku dan menerima semua kekuranganku dan hidup bersama selamanya denganku Adam Januar Prasetyo?" Adam menggenggam kedua tangan Eva dan menatap tepat pada kedua mata Eva yang membeliak kaget.

"Ka--kak Adam melamar ku?" ucapnya tak percaya.

"Enggak aku lagi maen sinetron, ya Allah Eva, iya aku melamar mu, kamu mau kan nikah dengan ku?" Adam menghembuskan napas kesal.

"Melamar kok gak ada romantis romantis nya." Ucap Eva polos membuat Adam memencet hidung Eva.

"Kamu jawab dulu, masalah romantis belakangan."

"Terima.. gak yaa.. " goda Eva sambil tangannya di dagu seolah berpikir.

"Ah.. kelamaan... " Adam berdiri dan mengajaknya pergi.

"Iya deeeh, aku terima," Ucap Eva lirih.

Apa?? gak kedengeran?" Adam menghentikan kaki nya yang baru selangkah.

Terpopuler

Comments

Putra Al - Bantani

Putra Al - Bantani

mampir kak

2023-11-09

1

auliasiamatir

auliasiamatir

dammmm dammm ingat anak kek..

CINTA TULUS MANTAN PREMAN KAMPUNG hadir lagi thor

2023-10-07

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

wah, ada rindu di sini😍

2023-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!