****Happy Reading****
Sementara itu wanita cantik berumur 22 th sedang duduk sambil terisak di sebuah bangku yang terletak di sebuah taman di jalan mesjid Agung, sambil memegang dadanya.
"**Aku berharap ini semua hanyalah mimpi, **
mas Adam, kenapa kamu tega membohongi aku selama ini, bahkan kamu sudah mempunyai anak. kamu harus jelaskan sama aku mas, ya aku harus minta kejelasan, bahkan aku sekarang sedang mengandung buah hati kita, mas, apa yang harus ku lakukan."
Hati dan pikiran Eva terus berkecamuk seakan sedang berperang antara menerima kenyataan atau... hatinya masih bimbang, HP nya berulang kali berbunyi, tapi ia sengaja membiarkannya, bahkan beberapa pesan masuk pun ia abaikan.
"Ra... kamu di mana, malam ini aku nginap di rumahmu ya," Ia pun mengirimkan pesan pada sahabat nya. tak lama balasan pesan dari Lira masuk.
"Aku di rumah, ada apa?"
"Aku mau nginap di rumahmu malam ini, kamu gak keberatan kan?"
"Tapi kenapa, fa, kamu gak papa kan, sekarang kamu di mana, suami mu mana?"
Karena perasaannya gak enak akhirnya lira menelpon Eva.
["Hallo.. Eva, ada apa kalo ada masalah cerita.. "]
[ Mas Adam, Ra... hiks..] Eva terisak
[ Va, ada apa dengan Adam, sakit kah? ]
[ Mas Adam, selingkuh, Ra.. aku belum berani pulang, hiks]
[ Eva.. kamu gak lagi bercanda kan? ]
mendengar pertanyaan lira malah membuat eva semakin terisak membuat lira semakin khawatir.
[ Eva, sebutkan posisimu, jangan kemana-mana, aku jemput kamu ke sana oke! ]
Setelah menyebutkan posisinya berada Eva pun memutuskan sambungan telponnya lalu mematikan data seluler nya, kembali terisak, hatinya benar-benar sakit, atas kejadian tadi yang ia alami dan masih merasa gak percaya, hingga tak lama seseorang menghampiri nya.
Setelah tahu siapa orang yang menghampiri nya itu Eva segera menghambur memeluk nya.
"Ra... "
Lira balas memeluk tubuh Eva yang sesenggukan sampai tubuh itu terguncang, kemudian ia mengajaknya duduk kembali di bangku taman.
"Ceritakan apa yang sudah terjadi!" pintanya lembut sambil memegang kedua tangan Eva memberi kekuatan.
Cerita pun mengalir dari mulut Eva tentang kejadian tadi di kedai bakso, dimana ia akan memberi kejutan kehamilannya kepada Adam, namun belum sempat kata terucap seorang anak menghampiri mereka dan memanggilnya papa pada Adam, gak ada yg terlewat Eva menceritakan semuanya karena ia menganggap bahwa lira sahabat yang paling ia percaya.
"Kamu kenal dengan perempuan tadi?" tanya lira setelah beberapa saat Eva menyelesaikan ceritanya.
Eva menggelengkan kepalanya, "Tapi aku pernah melihatnya di foto mas Adam waktu kuliah, mungkin itu mantan pacarnya dulu."
"Aku harus bagaimana, Ra?"
"Sebaiknya kamu tenangkan dulu hatimu, dan minta pada Adam untuk menjelaskan siapa perempuan dan anaknya tadi, baru nanti kamu memutuskan apa yang terbaik untuk kehidupan kalian, dan sebaiknya kamu jangan dulu menceritakan soal kehamilan kamu, Oke.. ayok, sekarang aku antar kamu pulang, aku yakin Adam sedang kebingungan mencari mu, jangan memutuskan sesuatu ketika sedang emosi, yok!" beberapa kali lira mengusap lembut bahu Eva seakan memberi kekuatan.
Keduanya pun bangkit, lira mengantarkan Eva sampai halaman rumahnya, bertepatan pintu rumah terbuka dari dalam, dan muncul Adam dengan raut cemas.
"Sayang... syukurlah akhirnya kamu pulang, mas khawatir nyari nyari kamu dari tadi, Lira.. makasih ya udah ngantar Eva." Adam melihat ke arah lira yang masih duduk di atas jok motor nya.
"Hehe.. iya mas, kebetulan aku tadi lagi keluar dan ketemu Eva dan mengantarkan nya ke sini, mas Adam, Eva, aku pulang dulu ya udah malam, assalamu'alaikum." pamit lira setelah memeluk Eva, lira pun pergi meninggalkan halaman rumah Eva Fatimah Az-zahra.
"Waalaikumsalam, makasih, Lira.. " jawab keduanya.
"Ayok masuk, sayang, di luar dingin." Adam merengkuh bahu Eva mengajak masuk ke dalam rumah, namun Eva segera menepis kan tangannya Adam yang tersampir di bahunya, dan dengan cepat beranjak masuk ke dalam menuju kamar.
"Sayang.. maafkan atas kejadian tadi, mas--"
"Aku ngantuk, mau istirahat, besok aja bicaranya." ketua Eva ia pun mengambil baju tidur di lemari kemudian membawanya keluar kamar. "Aku tidur di kamar tamu."
Adam hanya melongo menatap tubuh Eva yang keluar dari kamar mereka.
.
Pagi hari setelah melaksanakan kewajiban 2 raka'at nya, Eva kembali merebahkan tubuhnya, gak ada niat sama sekali buat ke dapur menyiapkan sarapan suaminya. bahkan ke luar kamar pun rasanya enggan, malas buat ketemu sama Adam.
Sementara Adam yang juga baru bangun segera membersihkan diri lalu setelah sholat ia keluar kamar berharap dapat melihat istrinya di dapur, namun saat kakinya menginjakkan kakinya yang tercipta hanya keheningan, tak di temui sosok seorang istri yang biasa sibuk berkutat dengan panci dan penggorengan, hatinya berasa hampa.
tok
tok
tok
Diketuk nya pintu kamar yang di tempati istrinya semalam.
"Yang.. sayang, udah bangun, ini udah siang." serunya, namun gak ada jawaban dari dalam membuat nya khawatir. Di ketuk nya kembali pintu yang tertutup rapat sambil terus memanggil Eva. tak berapa lama, suara kunci di putar.
Ceklek... pintu pun terbuka.
"Ada apa sih mas, kalo mau sarapan beli saja, aku gak masak, lagi malas." Ucap Eva ketus.
"Mas cuma khawatir, sayang, baiklah kamu mau sarapan apa, biar mas buatin." Imbuh nya.
"Gak usah, aku mau mandi dulu, biar sarapan di kantin kantor." Eva ngeloyor pergi masuk ke dalam kamar mengambil baju kerja dan handuk lalu keluar lagi untuk mandi di kamar mandi belakang.
"Loh, mau mandi di mana? kenapa gak mandi di dalam aja."
Eva hanya sekilas menatap jengah ke arah Adam, lalu kembali melangkahkan kakinya kearah dapur. tak sampai 15 menit sudah keluar lagi dengan pakaian lengkap, berias asal lalu keluar menenteng tas.
"Mau berangkat sekarang, biar ku antar sekalian cari sarapan." Adam segera menyambar kunci motor di atas meja tivi tapi kembali tubuhnya melemas setelah tawaran nya di tolak dengan tegas oleh Eva.
"Kamu masih marah, Sayang, mas minta maaf." Ucap Adam sambil menatap lesu kearah Eva.
"Pikir aja sendiri," ketus Eva sambil melangkahkan kaki nya keluar kemudian mengeluarkan hapenya memesan ojol.
Adam yang hendak menyusul Eva urung karena suara hapenya, tampak nama pemanggil di layar, lalu di gesernya tanda yang bergambar telpon warna hijau.
"Ada apa sih," belum juga ucapan salam selesai Adam telah menyambar dengan ketus, malas rasanya gegara kejadian semalam ia di cuekin Eva istrinya.
"Kenapa kamu ingkar janji mas, difya jadi ngambek semalam nungguin kamu, malah sekarang juga belum mau ngomong, kamu ke sini dong biar bujuk difya! "
"Maaf aku gak bisa. " jawab Adam.
"Tapi mas--"
"Kamu kan ibunya, apa gak bisa buat ngebujukin dia, prihal segitu aja masa harus aku terus." bentak Adam ia merasa kesal, sebab selama ini ia harus terus membujuk difya jika sudah ngambek, sedang sibuk pun dia harus nyempetin waktu nemuin anak dan istri siri nya itu. Sebelum kejadian semalam, Adam merasa gak keberatan karna rasa sayangnya terhadap difya, tapi hari ini ia di buat pusing sebab Fatimah gak peduliin dirinya.
"Ta- tapi, mas-"
"Aah, sudahlah!"
Klik.
Adam memutuskan sambungan teleponnya kemudian di banting nya ke sopa hingga mental dan..
PRAANG....
Saking keras nya sampai hancur, kasian padahal hape gak bersalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
FT. Zira
tandanya masih.. udah itu aja🫣
2024-01-11
1
💞Amie🍂🍃
tiga iklan udah nemplok kakak, yuk semangat lagi upnya
2023-12-21
0
💞Amie🍂🍃
Eps yang menyedihkan
2023-12-21
0