...Karya ini adalah fiksi. Karakter, grub, tempat, adegan, dan lain-lain yang muncul adalah imajinasi. Adanya kesamaan itu merupakan kebetulan, harap tidak ada kekeliruan dengan kenyataan....
Saat Ringo berjalan, dia sedang berpikir berapa lama ia tertinggal pelajaran. Udah berapa lama aku ketinggalan pelajaran?
Ringo memasuki kelasnya dan dia tidak melihat guru yang seharusnya sudah mengajar. Mana Pak Suji?
Mungkin dia sedang keluar jadi saat dia masuk, aku akan beri tau yang sebenarnya kenapa aku telat masuk. Ringo yang sedang berpikir kalau gurunya sedang keluar.
Ringo melihat Ameliya yang sedang kebingungan dan melihat Amelia yang bersikap tenang. Ringo tidak peduli dengan mereka berdua dan dia berjalan ke tempat duduknya dan ketika dia ingin duduk, dia harus melewati Ameliya terlebih dahulu. "Permisi, aku mau masuk."
"Oh, iya. Silahkan, Ringo." Ucap Ameliya.
Ringo duduk dan melihat ke dalam lacinya. Ternyata Wain sudah meletakkan bekal makan siangku. Terima kasih, Wain.
"Ringo, ada apa dengan kelas ini? Kenapa saat masuk, bunyi belnya sangat kuat? Sampai-sampai membuat telinga aku dan kakakku sakit?" Tanya Ameliya.
Gawat. Aku lupa memberitahu mereka.
"Itu karena kebetulan ruang kelas kita bersebelahan dengan speaker yang besar melebihi speaker toa. Kau tidak memakai penyumbat telinga." Ucap Ringo yang menjelaskan.
"P-Penyumbat telinga?" Ucap Ameliya yang keheranan.
"Iya, benar. Yang aku berikan tadi adalah penyumbat telinga yang aku buat sendiri." Ucap Ringo.
"H-Hebat ...! Pantas saja aku tidak tau apa yang kamu pakai tadi. Tapi, emang benar saat aku pakai tadi sebelum istirahat memang tidak kedengaran apapun, walaupun bunyi belnya tadi sangat nyaring. Aku memang bodoh." Ucap Ameliya yang kagum terhadap Ringo karena telah menciptakan penyumbat telinga versi dia sendiri.
Ameliya kembali berucap.
"Kakak, ternyata dia laki-laki yang jenius." Ucap Ameliya yang menunjuk ke arah Ringo.
Amelia lalu melihat ke arah Ringo dan berterima kasih kepadanya. "Terima kasih."
"Sama-sama." Jawabnya.
Ameliya sedang berpikir bagaimana caranya agar dia selalu bisa memakan tahu masakan ibu Ringo. Aku akui kalau tahu yang dimasak ibunya sangat enak, jadi aku harus memanfaatkan dia supaya dia bisa membawakan tahu masakan ibunya setiap hari. Tapi, bagaimana?
Aku tau. Aku harus minta nomor teleponnya, jadi aku bisa menyuruhnya untuk membawa tahu masakan ibunya setiap hari. Sambungnya.
"Ringo, maukah kamu memberikan nomor teleponmu?" Tanya Ameliya.
"Maaf, itu tidak bisa." Jawab Ringo yang menolak permintaan dari Ameliya.
A-Apa! Sialan ini berani menolak tawaran ku?! Dia ... dia orang pertama yang berani menolak tawaranku! Dasar Ringo sialan! Batin Ameliya yang marah terhadap Ringo, karena dia berani menolak permintaannya.
"K-Kenapa?" Tanya Ameliya.
"Kita baru kenal dan kau meminta nomorku? Sopankah itu?"
"T-Tapi, baru kali ini aku minta nomor seseorang loh, biasanya orang lain yang minta nomor teleponku seperti tadi."
"Jangan samakan aku dengan yang lain."
"M-Maaf, hehehe ...."
Ameliya kembali berucap.
"Jadi, kalau kita udah kenal lama, aku boleh minta nomor telepon kamu, 'kan?" Tanya Ameliya.
"Tidak juga." Jawab Ringo.
Pak Suji lalu masuk dan melihat Ringo yang baru masuk ke kelasnya. "Loh, Ringo? Dari mana kamu? Kok baru datang? Sudah dua puluh lima menit setelah bel masuk berbunyi. Jangan karena ayah kamu adalah Tangan Kanan Sang Raja, kamu jadi seenaknya saja di sekolah ini!"
Suasana berubah menjadi hening dan semua mata melihat ke arah Ringo.
Ringo lalu berdiri dan memberi penjelasan kepada Pak Suji kenapa dia terlambat masuk kelas. "Sebelumnya saya minta maaf atas keterlambatan masuk saya. Saya terlambat karena tadi disuruh Bu Ichiba untuk mengambil kotak yang berisi buku-buku lama."
"Satu kotak kok lama? 'kan kotaknya tidak terlalu besar. Kamu ini laki-laki atau apa?" Tanya Pak Suji
"Bukan satu tapi ada tujuh kotak." Jawab Ringo.
"Tujuh kotak kamu bawa sekaligus? Bapak tidak percaya."
"Saya membawa tiga kotak dan Atsui sama Kak Samui masing-masing membawa tiga kotak, yang kebetulan kami bertiga disuruh Bu Ichiba.. Kalau Pak Suji tidak percaya, ayo ikut saya. Oh, ya ada satu hal lagi, jangan bawa-bawa pekerjaan ayah saya." Ucap Ringo yang sudah selesai menjelaskan.
Semua mata melihat ke arah Pak Suji. Karena, ketika seorang guru membawa pekerjaan orang tua murid, itu salah satu perbuatan yang melanggar peraturan sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Raita Amachua
Ini chapter 10
2023-06-05
0