...Karya ini adalah fiksi. Karakter, grub, tempat, adegan, dan lain-lain yang muncul adalah imajinasi. Adanya kesamaan itu merupakan kebetulan, harap tidak ada kekeliruan dengan kenyataan....
Terjadi lagi ... terjadi lagi ..., sebaiknya aku memakai penyumbat telinga yang aku pakai tadi.
Ringo membuka kotak penyumbat telinga yang dia letakkan di dalam laci mejanya. Karena sepertinya sesuatu akan terjadi.
Baiklah, mari memulai hitungan mundur dari lima ... empat ... tiga ... dua ... satu ... nol .... Batin Ringo yang sedang menghitung mundur.
"WAH INI LUAR BIASA ...!!" Ucap murid-murid kelas 2-1 yang sangat senang karena kedatangan murid pindahan yang sangat cantik.
Amelia dan Ameliya terkejut dengan suara mereka yang sangat kuat dan bersemangat.
Bu Ichiba menyuruh mereka untuk diam supaya tidak mengganggu kelas lain yang sedang belajar walaupun itu tidak benar. "Murid-murid, silahkan diam."
Murid-murid yang tadinya berisik pun menjadi senyap.
Bu Ichiba melihat dua bangku kosong di tempat Ringo dan menyuruh Amelia dan Ameliya duduk di sana. "Baiklah, kalian berdua silahkan duduk di tempat Ringo."
Semua pandangan murid-murid yang di luar maupun di dalam kelas melihat ke arah Ringo dengan tatapan yang yang sangat iri, karena Ringo sangat beruntung bisa duduk bersama dua murid pindahan itu.
"Baik, Bu." Ucap serentak Amelia dan Ameliya.
Saat Amelia dan Ameliya berjalan ke tempat meja Ringo, mereka disambut dengan pertanyaan dan pujian dari para murid. Mereka berdua pun menjawabnya dengan sangat ramah.
Eh? Kenapa mereka berjalan ke sini? Apa jangan-jangan mereka bakalan duduk di sini? Karena Ringo sedang memakai penyumbat telinga, jadi dirinya kebingungan kenapa mereka berjalan ke arahnya.
Gak mungkin, itu tidak akan terjadi. Walaupun aku duduk sendiri, mereka tidak akan duduk di sini, 'kan masih ada tempat lain yang masih kosong. Sebaiknya aku melepaskan penyumbat telinga ini. Sambungnya.
Setelah Ringo melepaskan penyumbat telinga lalu memasukkan ke dalam lacinya, Amelia dan Ameliya sudah sampai di dekat meja Ringo. "Halo ..., apakah kami boleh duduk di sini?" Tanya Ameliya.
"Silahkan." Jawab Ringo yang cuek terhadap mereka berdua.
Dengan senyuman manis, Ameliya berkata. "Terima kasih."
"Ya." Dengan nada yang datar Ringo menjawabnya.
"Dasar Ringo! Sombong sekali. Aku ingin sekali memukulnya. Tapi, aku tidak berani karena ayahnya adalah seorang ilmuwan yang paling terkenal di negara ini." Murid-murid berbisik-bisik terhadap Ringo karena sikapnya yang dianggap tidak sopan.
"Iya, benar. Hanya karena ayahnya adalah Tangan Kanan Sang Raja. Dia malah bersikap seperti itu." Ucap teman sebelahnya.
Ayah Ringo yang bernama Amai Key adalah seorang ilmuwan yang sangat terkenal dan disegani oleh masyarakat. Karena penemuan-penemuannya sudah membuat Negara Smart menjadi Negara Tercanggih dan Termaju Di Dunia. Sebelum Ringo lahir, ayahnya sudah dilantik sebagai Tangan Kanan Sang Raja karena dia orang yang dermawan dan dapat dipercaya oleh Sang Raja saat bekerja sebagai Kepala Penelitian di Istana Kerajaan.
Ameliya lalu duduk di sebelah kanan Ringo. "Baiklah, aku duduk di sini."
Amelia juga duduk di sebelah kiri Ringo. "Permisi."
Kanan dan kiri, dan aku berada di tengah-tengah mereka. Sial! Mengapa takdir mempermainkan kehidupanku? Semoga saja aku bisa bertahan. Batin Ringo yang mempersalahkan takdirnya karena Amelia dan Ameliya telah duduk bersamanya.
"Hei, lihat itu! Ringo berada di tengah-tengah dua murid pindahan." Ucap murid yang berada di luar kelas.
"Iya, benar. Kenapa orang kaya selalu beruntung ...? Kenapa aku tidak dilahirkan sama orang kaya?!" Ucap salah satu murid yang iri terhadap Ringo.
Kerumunan murid-murid tersebut membuat Pak Suji datang ke kelas 2-1 dan membubarkan mereka lalu menyuruh mereka untuk kembali ke kelasnya masing-masing. "Hei, kalian semua! Masuk ke kelas kalian. Sekarang!"
"Sial! Ada Pak Suji." Murid-murid pun membubarkan diri dengan rasa kesal, karena mereka masih belum puas melihat dua murid pindahan yang cantik itu. Semua murid pun kembali ke kelasnya masing-masing.
"Sekolah ini terkenal karena kedisiplinannya, kenapa saat ada dua murid pindahan malah seperti ini? Emang secantik apa dua murid pindahan itu? Sampai-sampai mereka semua berbondong-bondong datang ke sini untuk melihatnya." Ucap Pak Suji yang keheranan terhadap para murid.
Pak Suji penasaran tentang kecantikan dua murid pindahan itu dan mencoba melihatnya langsung dari jendela. "Mana? Yang mana dua murid pindahan itu? Man — demi Planet Mars ...! Me-mereka cantik sekali ... mereka lebih cantik dari nenekku ..., mengapa aku dilahirkan terlalu cepat ...?!" Pak Suji sangat terkejut atas kecantikan dua murid pindahan itu dan sangat kecewa karena dia dilahirkan terlalu cepat.
Plak ...!
Tamparan yang melayang langsung ke arah kepalanya. Pak Suji kebingungan, siapa yang berani menamparnya apalagi di kepala. "Hei sialan! Siapa kau yang berani menamparku! Dasar sia—" Pak Suji berbalik ke belakang dan kaget karena yang menamparnya adalah istrinya sendiri. "B-Bunda?! Ke-kenapa Bunda ada di sini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Raita Amachua
Ini chapter 4
2023-06-05
0