Chapter 12. Penjahat Yang Menyamar (3)

...Karya ini adalah fiksi. Karakter, grub, tempat, adegan, dan lain-lain yang muncul adalah imajinasi. Adanya kesamaan itu merupakan kebetulan, harap tidak ada kekeliruan dengan kenyataan....

Wain berdiri dan berpura-pura untuk membela Ringo. "Sudah hentikan, Pak Suji! Seorang guru, tidak pantas membawa senjata apapun termasuk juga senjata tajam yang bapak bawa. Bapak membawa senjata tajam dan mengancam Ringo. Apa kau pantas disebut seorang guru?! Karena masalah sepele, bapak mengancamnya?!"

"Hei, kau! Diam! Jangan ikut campur!" Ketus Pak Suji terhadap Wain.

Ringo heran kenapa Wain ikut campur, karena Wain bukan dari rencananya. K-kenapa Wain ikut campur? Ini, ini tidak sesuai dengan rencana yang telah aku buat. Rencana yang telah aku buat adalah rencana yang tidak melibatkan orang lain. Kecuali mereka.

"Dari tadi bapak yang banyak bicara. Karena Ringo telat dua puluh lima menit saja malah jadi seperti ini. Bapak tega mengancam dia? Kalau bapak tidak ingin dia terlambat masuk kelas, tanyakan saja sama Bu Ichiba, kenapa dia disuruh saat waktu istirahat!?" Ucap kesal Wain yang menanyakan kepada Pak Suji.

"Sekali lagi kau bicara! Akan aku habisi kau!" Ucapnya yang mengancam Wain dengan senjatanya.

Tiba-tiba Bu Ichiba masuk ke kelas 2-1.

"A-ada apa ini?" Tanya dirinya yang keheranan.

Pak Suji melihat ke arah Bu Ichiba untuk memastikan apakah dia kawan atau lawan. A-apakah dia kawan atau lawan?

"Ada apa ini? Pak Suji, ada apa ini sebenarnya?" Tanya Bu Ichiba sekali lagi.

Pak Suji meletakkan pisaunya ke meja guru. "Sebelum aku beritahu yang sebenarnya. Aku akan memberi satu pertanyaan kepada ibu."

"Apa itu?"

"Ketika ada uang orang lain yang kebetulan jatuh dihadapan ibu, apakah ibu mengambilnya atau mengembalikannya?" Tanya Pak Suju kepada guru yang di hadapannya, untuk memastikan apakah dia itu kawan atau lawan.

Saat Bu Ichiba mendengar pertanyaan dari Pak Suji, dia sadar karena itu adalah pertanyaan untuk memberi tahu kalau guru tersebut adalah bosnya yang sedang menyamar. Pertanyaan i-itu, itu pertanyaan dari bos. Berarti, dia adalah bosku. Kalau begitu, aku akan menjawabnya sesuai apa yang direncanakan tadi.

"Saya ambil." Jawabnya dengan yakin.

Pak Suji lega atas jawaban dari Bu Ichiba karena jawabannya benar. Baguslah, ternyata dia adalah anak buahku.

Saat Ringo mendengar jawaban dari Bu Ichiba, Ringo curiga bahwa dia juga bukan Bu Ichiba yang asli. Karena, seorang guru ataupun orang lain tidak boleh mengambil uang yang jatuh (bukan miliknya) kecuali uangnya sendiri. Untuk memastikan lagi, Ringo melihat ke arah saku baju Bu Ichiba yang ternyata mempunyai alat ilegal yang sama seperti punya Pak Suji. Ternyata wali kelasku ini juga palsu. Kalian bekerja sama dan membuat drama seperti ini. Tch ... sepertinya aku akan menambahkan sedikit drama.

"Bu Ichiba, Pak Suji telah mengancam Ringo dengan senjata tajamnya." Ucap Wain yang mengadu.

Lalu Bu Ichiba melihat ke arah Ringo. Oh, anak ini. Ternyata begini bentuk anak dari Tangan Kanan Sang Raja. Bersiap-siaplah, kalau kau hari ini akan mati.

"Dia sudah terlambat masuk ke kelas aku, namun dia sangat tidak sopan!" Ucap Pak Suji yang menjelaskan kepada Bu Ichiba.

"Benarkah begitu, Ringo?"

"Mungkin. Tapi kita lihat sekarang, siapa yang tidak sopan. Apakah karena terlambat masuk, gara-gara membantu ibu yang wali kelasku sendiri, dia harus mengancam aku dengan senjata tajam itu?" Tanya balik Ringo.

"Itu karena kau yang mulai duluan!"

"Tapi ... apakah harus dengan senjata tajam?" Tanya Ringo lagi.

"...." Pak Suji terdiam tak bisa berkata-kata.

"Loh, kok diam?" Tanya Ringo.

Ringo kembali berucap.

"Oh ya, hampir lupa. Bu Ichiba kenapa ada di sini? Bukankah ibu harus ke Rumah Sakit Pasti Sehat? Suami ibu 'kan lagi koma, seharusnya ibu harus cepat-cepat pergi ke sana 'kan?" Tanya Ringo.

"I-itu karena ibu menyuruh kamu untuk mengambil kotak-kotak yang berisi buku-buku lama." Jawabnya yang mulai panik.

"Benarkah begitu?" Tanya Ringo.

"Y-ya, b-begitulah."

J-jangan sampai mereka ketahuan. Aku harus melakukan sesuatu. Batin Wain yang mencoba untuk melindungi Pak Suji dan juga Bu Ichiba supaya tidak ketahuan.

"Ringo, sudahlah. Berdamai saja." Ucap Wain.

Ringo melihat ke arah Wain dan melihat ada alat ilegal yang berada di saku bajunya. Tch ... ternyata dia juga palsu. Akan gawat kalau aku tidak melihatnya dengan teliti tadi.

"Kenapa Wain? Seharusnya kau tidak melindungi mereka. Apa kau juga palsu?" Tanya Ringo.

"A-apa maksud kau, Ringo? M-mana mungkin aku palsu, dan aku tidak mungkin melindungi mereka. A-aku berbuat seperti itu supaya para murid tidak takut." Ucap Wain yang berusaha meyakinkan Ringo agar berdamai.

Saat Pak Suji mendengar itu, dia baru tau kalau Wain itu adalah anak buahnya yang juga sedang menyamar. T-ternyata dia juga anak buahku, hampir saja aku bunuh dia.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***