Keesokan harinya Nesya datang ke sekolah dengan perasaan campur aduk. Qenzo menatapnya tapi tidak berani menyapa. Pria itu pasti takut Nesya akan marah-marah lagi padanya. Nesya duduk dan memandangi ke arah Qenzo lagi.
Selepas bel mata pelajaran berakhir, anak-anak segera berlarian ke kantin. Nesya mengumpulkan keberaniannya untuk mengajak Qenzo berbicara. Dia menghampiri Qenzo ke bangku pria itu.
"Zo bisa ngomong sebentar?" tanya Nesya.
"Nesya, tentu saja boleh" jawab Qenzo tersenyum.
"Zo aku boleh tanya sesuatu nggak?" ujar Nesya ingin memastikan untuk terakhir kalinya.
"Boleh dong" jawab Qenzo.
"Nama Papa kamu siapa Zo?" tanya Nesya pelan-pelan.
"Papa kandung aku sudah meninggal Nes, namanya Chiko" ujar Qenzo dengan mata berbinar.
"Sorry aku gak tau" jawab Nesya merasa bersalah sudah berpikir lain.
"Tapi kamu memanggil seseorang dengan sebutan Papa juga?" tanya Nesya lagi.
"Aku punya sosok Papa kedua yang sudah aku anggap seperti Papa ku sendiri, sejak kecil dia sudah merawatku saat Papa dan Mama sibuk kerja, dia bahkan membiayai uang sekolah ku" jawab Qenzo.
"Dan dia adalah Om Ednan?" tanya Nesya lagi.
"Kok kamu tahu Nes?" tanya Qenzo.
"Aku benar-benar sudah salah paham" ujar Nesya begitu malu pada dirinya sendiri.
"Maksud kamu?" tanya Qenzo.
"Aku mengira kamu adalah anak kandumg Om Ednan, laki-laki yang akan menikahi Mamaku" ujar Nesya.
"Jadi kamu selama ini tidak tahu kalau Papa Mama aku bersahabat dengan Mamamu dan juga Om Ednan?" tanya Qenzo merasa heran.
"Aku tahu mereka bersahabat, tapi aku gak tahu Mama dan Papa mu itu Tante Helma dan Om Chiko" jawab Nesya lirih.
"Jangan bilang kamu bersikap dingin padaku selama ini karena sudah salah paham?" tanya Qenzo lagi.
"Iya aku begitu malu, maafin aku ya, aku kira kamu akan jadi saudara tiri aku" ujar Nesya menahan rasa malu.
"Hahaha pantas saja, aku heran dengan perubahan sikap mu yang begitu tiba-tiba padaku" jawab Qenzo.
"Kamu jangan tertawa dong, aku malu nih" ujar Nesya menutup wajahnya.
"Jadi kamu masih suka kan sama aku?" tanya Qenzo tanpa basa-basi.
"Kamu sedang menembak aku?" ledek Nesya.
"Tidak-tidak, itu sama sekali tidak romantis" jawab Qenzo tidak mau terburu-buru.
"Ya sudah kita kembali ke kelas" ajak Nesya.
"Ayo Nes" jawab Qenzo tersenyum senang.
Qenzo sungguh bahagia saat mengetahui Nesya menjauhi dirinya hanya karena salah paham. Mengetahui perasaan Nesya yang tidak berubah membuat Qenzo bersemangat kembali untuk menyatakan cintanya pada Nesya.
*******
Helma baru saja membersihkan kamar putera semata wayangnya. Dia menyusup rapi seluruh barang milik Wenzo. Saat Helma hendak memasukkan buku Qenzo ke dalam laci mejanya, wanita itu tidak sengaja melihat sebuah foto di laci meja Qenzo.
Helma sangat terkejut melihat foto itu dan tulisan dibelakangnya. Foto itu berisi dua orang anak SMA yang sedang tersenyum. Qenzo bersama Nesya berfoto sangat dekat, tangan Nesya menggenggam erat tangan Qenzo. Terlihat tulisan di belakang foto itu sangat romantis dan membuat Helma tersenyum.
"My first love, Nesya Clara Quena" isi foto tersebut.
"Wah ternyata dunia begitu sempit, anak semata wayangku menyukai puteri dari sahabatku" ujar Helma tersenyum.
"Selera mu begitu bagus Nak" lanjut Helma lagi.
Dia segera mengembalikan foto itu ke laci seperti semula. Helma takut Qenzo akan canggung jika tahu Helma mengetahui rahasianya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments