Qenzo memberikan surat panggilan orangtua untuk menghadiri wawancara Universitas yang akan dituju oleh para siswa. Wali kelas mereka ingin berdiskusi dengan para orangtua mengenai bakat dan keunggulan anak mereka sehingga cocok dengan jurusan yang akan di ambil.
"Mama datang ya?" pinta Qenzo pada Helma.
"Iya nanti Mama datang" jawab Ibu Qenzo.
Sama halnya dengan Qenzo, mau tidak mau Nesya harus memberikan surat itu pada Isabel. Dia tidak mau Isabel berjumpa dengan Om Ednan nanti di sekolah. Karen setahu Nesya Ayah dari Qenzo itu adalah Ednan.
"Apa Mama utus Tante Sandrina saja agar Mama tidak kelelahan?" tanya Nesya pada Isabel.
"Memangnya boleh kalau mengutus orang lain?" tanya Mama Isbael yang belum tahu apa-apa.
"Ini hanya masalah kecil Ma, hanya membahas tentang dimana universitas yang cocok dan jurusannya" ujar Nesya.
"Tante Sandrina pasti lebih paham Ma, karena Kak Suho sudah kuliah" ujar Nesya mencoba meyakinkan.
"Ya sudah kalau Nesya ingin Tante Sandrina yang datang nanti Mama beritahu dia" ujar Isabel mengabulkan permintaan puterinya yang masuk akal.
"Yang benar Ma?" tanya Nesya bersemangat.
"Iya sayang" jawab Isabel yang kemudian menghubungi Sandrina.
"Halo Sandrina kamu mau kan bantu Kakak?" tanya Isabel.
"Bantu apa Kak?" tanya Sandrina.
"Besok kamu ke sekolah Nesya untuk membahas Universitas yang akan ia tuju, katanya kamu akan lebih paham karena Suho sudah kuliah" ujar Isabel.
"Tentu saja aku mau, besok aku akan kesana" jawab Sandrina menyetujui permintaan Kakaknya.
Besya sangat lega karen Mamamya tidak perlu berjumpa atau papasan dengan Om Ednan di sekolah. Dia juga belum siap kalau Qenzo tahu bahwa Ayahnya dan Ibu Nesya saling menyukai.
"Maafin Nesya Ma" ujar Nesya dalam hati.
Keesokan harinya para orangtua mulai berdatangan ke sekolah mereka. Nesya melihat-lihat apakah Tantenya sudah datang atau belum.
"Ibumu akan datang ya?" tanya suara yang begitu ia kenali.
"Hemm bukan, Ibuku tidak bisa datang dan digantikan oleh Tanteku" ujar Nesya pada Qenzo.
"Kalau kamu siapa yang datang?" tanya Nesya pura-pura tidak tahu.
"Ibuku" jawab Qenzo.
Nesya benar-benar terkejut mendengar jawaban Qenzo. Ibu? berarti istri dari Om Ednan masih hidup. Bagaimana bisa dia mendekati Ibunya padahal dia masih memiliki istri.
"Apa mereka sudah bercerai?" tanya Nesya dalam hati.
Nesya benar-benar kecewa pada Om Ednan, dia mengira Om Ednan sudah Duda. Terlebih lagi Om Ednan adalah Ayah dari Qenzo pria yang ia sukai.
"Begini amat sih" ujar Nesya kesal pada keadaan.
Qenzo tidak mengerti kenapa gadis itu keliatan resah belakangan ini. Biasanya sifat Nesya yang ceria membuat dirinya begitu bersemangat.
Qenzo ingin bertanya apakah Nesya adalah masalah. Akan tetapi dia takut kalau Nesya akan membenci dirinya. Dia mengurungkan niatnya dan menunggu beberapa saat dengan harapan Nesya akan kembali seperti dulu.
Helma datang belakangan karena harus pulang kerja terlebih dahulu. Di ruangan dia bertemu dengan wajah yang ia kenali.
"Sandrina" ujar Helma.
"Kak Helma" jawab Sandrina senang ada wanita yang ia kenali.
"Bukannya puteramu sudah kuliah?" tanya Helma.
"Aku disini untuk perwakilan Kak Isabel Kak, dia punya puteri kelas tiga disini" ujar Sandrina.
"Astaga aku tidak tahu mereka bahkan sekelas, Nesya ya?" tanya Helma memastikan.
"Iya Kak, berarti anak Kakak sekelas dengan Nesya?" tanya Sandrina.
"Iya namanya Qenzo" jawab Helma senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments