Keesokan harinya Nesya tengah menikmati hari weekend bersama Ibunya. Dia sarapan roti selai bluberry buatan Isabel. Nesya merasa roti itu buatan terbaik sepanjang masa oleh Ibunya.
"Hari ini teman-teman Mama mau datang, kamu jangan pergi ya, kamu kenalan dulu sama sahabat Mama" ujar Isabel.
"Sahabat Mama mau datang? siapa Ma?" tanya Nesya.
"Tante Helma dan Om Ednan mau datang hari ini" ujar Isabel.
"Ooo Om Ednan juga ada ya Ma" ujar Nesya lagi.
"Iya dong sayang kami dulu bersahabat berempat, salah satunya sudah meninggal dunia" ujar Mama lagi.
"Om Chiko ya Ma?" tanya Nesya lagi.
"Kok kamu kenal dengan Om Chiko?" tanya Isabel.
"Kan Mama sering cerita" jawab Nesya berpura-pura, dia tidak mungkin mengatakan bahwa ia sudah bertemu dengan Tante Helma sebelumnya.
"Ooo begitu ya Mama sampai lupa sudah bercerita apa saja" ujar Isabel.
"Sepertinya nanti aku tidak bisa berjumpa teman-teman Mama, Nesya masih ada tugas kelompok" ujar Nesya lagi.
"Ya sudah tidak apa-apa sayang" jawab Isabel.
Siang harinya Ednan dan Helma datang bersama Qenzo putera Helma. Nesya sudah pergi terlebih dahulu untuk kerja kelompok. Qenzo sudah tidak sabar berjumpa dengan Nesya di rumahnya.
Setibanya di rumah Nesya, Qenzo sungguh tidak percaya Nesya tinggal di rumah sebesar itu. Ternyata keluarga Nesya kaya raya. Akan tetapi wanita itu tidak pernah sombong. Qenzo semakin mengagumi sifat dan kepribadian Nesya yang baik hati.
"Halo Sabel" ujar Helma.
"Haiiii Helma" ujar Isabel senang.
"Ini siapa?" tanya Isabel lagi.
"Ini puteraku namanya Qenzo, dia teman Nesya loh" ujar Helma.
"Oalah gantengnya, mirip seperti mendiang Chiko" ujar Isabel senang.
"Ini kami bawakan makanan" ujar Ednan lagi menyodorkan oleh-oleh mereka.
"Sayang sekali Nesya sudah pergi, kalau dia tahu Qenzo temannya ikut dia pasti senang" ujar Isabel.
"Nesya kemana Tante?" tanya Qenzo.
"Katanya kerja kelompok, tugas kalian banyak sekali ya" ujar Isabel.
"Haha iya Tante" jawab Qenzo terpaksa padahal mereka tidak punya tugas kelompok.
"Kenapa Nesya sampai berbohong untuk kerja kelompok" ujar Qenzo dalam hatinya.
"Kalau kamu bosan kamu bisa masuk lihat-lihat foto masa kecilnya Nesya" ujar Isabel memberikan usul.
"Iya kamu lihat-lihat foto dulu" ujar Ednan.
"Iya Pa" jawab Qenzo dan beranjak menelusuri foto-foto Nesya saat kecil.
"Pa?" tanya Isabel tidak mengerti saat anak Helma dan Chiko memanggil Ednan dengan sebutan Papa.
"Dia sudah terbiasa memanggil Ednan dengan sebutan Papa, sejak dia kecil aku dan Chiko selalu kerja siang malam sampai-sampai tidak ada waktu bermain dengan Qenzo, Ednan lah yang merawat dia saat kami kerja, sampai-sampai dia memanggil Ednan dengan sebutan Papa" jelas Helma.
"Oooo karena itu, pantas saja dia memanggilmu dengan sebutan Papa, dia besar bersamamu saat Helma dan Chiko sibuk bekerja" ujar Isabel mengerti.
"Iya aku juga sudah menganggap Qenzo sebagai puteraku, dia anak yang baik dan penurut" ujar Ednan sangat menyayangi Qenzo.
Qenzo yang tengah melihat-lihat foto Nesya sangat senang kala menemukan foto masa kecil gadis itu. Nesya yang berada di foto itu tengah tertawa saat ulang tahunnya yang ke lima dan mencomot kue hingga wajahnya belepotan.
Dengan sigap Qenzo mengeluarkan handphone nya dan mengabadikan foto itu di handponenya. Dia juga memoto foto-foto Nesya yang lain tanpa melewatkan satu foto pun. Qenzo sangat senang bisa datang ke rumah Nesya walaupun tidak bisa berjumpa dengan gadis itu. Setidaknya ia memiliki foto-foto masa kecil Nesya gadis impiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments